Ada Ancaman Resesi Global, Sektor Saham Ini Masih Mampu Bertahan

Analis menuturkan, seandainya terjadi resesi global dapat memberikan dampak negatif bagi hampir semua sektor saham. Namun, ada beberapa sektor yang akan tangguh.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 23 Feb 2023, 07:26 WIB
Analis menilai jika resesi global terjadi dapat mempengaruhi pasar modal dan berdampak negatif terhadap sejumlah sektor saham. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Resesi global dinilai bisa terjadi jika inflasi masih tinggi. Lantaran, hal tersebut dapat menggangu daya beli dari masyarakat. Lantas, bagaimana prospek pasar modal dan sektor saham di masa mendatang?

Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis mengatakan, jika resesi global terjadi dapat berdampak bagi pasar modal dan bisa berdampak negatif pada sejumlah sektor.

"Jika terjadi resesi global pastinya akan memiliki dampak negatif bagi global walaupun tidak begitu signifikan, karena ekonomi indonesia yang masih kuat menjadi daya tarik juga bagi investor asing," kata Abdul saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Kamis (23/2/2023).

Menurut ia, ketika terjadi resesi global dapat memberikan dampak negatif bagi hampir semua sektor. Meski demikian, Abdul melihat masih ada beberapa sektor yang tangguh, seperti sektor transportasi, ritel dan consumer goods (konsumer).

"Dengan adanya mobilitas masyarakat yang sudah kembali normal akan menjadi katalis positif bagi sektor-sektor tertentu, seperti sektor transportasi, ritel dan consumer goods (konsumer)," kata dia.

Bagi para investor, Abdul merekomendasikan beli saham ICBP dengan target harga Rp 12.350 per saham dan IMAS dengan target harga Rp 1.270 per saham.

 

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheril Tanuwijaya menuturkan, ekonomi dunia baru berangsur pulih dari pandemi COVID-19. Namun, disusul konflik geopolitik yang sudah satu tahun belum ada tanda-tanda damai dan malah semakin memanas.  Selain itu, masih ada ketidakpastian kenaikan suku bunga di tengah inflasi tinggi.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 


Ada Sektor Saham Bertahan di Tengah Potensi Resesi Global

Aktivitas pekerja di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Saat resesi umumnya pertumbuhan ekonomi akan minus sehingga kinerja emiten juga akan kurang baik. Sehingga pelaku pasar akan memilih instrumen safe haven atau yang tingkat risikonya rendah," kata Cheril.

Cheril menyebutkan, secara umum semua sektor saham akan dirugikan dengan adanya resesi global. Namun, ia melihat masih ada sektor saham yang masih tangguh seperti konsumen primer.

"Sektor yang masih bisa tumbuh adalah sektor defensive seperti konsumen primer. Di Indonesia kasusnya lumayan unik, mobilitas masyarakat kita sudah balik ke pre-pandemi sehingga sektor ritel juga masih menjanjikan apalagi menjelang bulan Ramadhan," kata dia.

Untuk strategi sahamnya, Cheril merekomendasikan saham MAPI dengan target harga Rp 1.700 per saham, Rp 10.500 per saham dan MYOR dengan target harga Rp 2.930 per saham.

 


Resesi Global Membayangi, Saham-Saham Ini Masih Tangguh

Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, resesi global dinilai dapat menimbulkan dampak negatif terhadap pasar modal. Lantaran, investor akan lebih waspada dalam mengalokasikan dana untuk berinvestasi.

Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei menuturkan, jika terjadi resesi global,  investor akan lebih berhati-hati dalam mengalokasikan dana dan menahan diri untuk ekspansi bisnis hingga kondisi ekonomi kembali pulih.

Menurut ia, terdapat sejumlah sektor yang akan terdampak oleh resesi global di antaranya perbankan, konsumer, properti, konstruksi dan teknologi.

"Sektor yang terkena dampak jika terjadi resesi antara lain perbankan dan consumer yang terkait daya beli masyarakat, juga yang sensitif dengan suku bunga seperti properti, konstruksi dan teknologi," kata Jono saat dihubungi Liputan6.com, Senin (20/2/2023).

Meski demikian, Jono melihat ada sektor saham yang masih tangguh di tengah potensi resesi. Ia bilang, sektor yang diuntungkan di antaranya komoditas.

"Sektor yang dapat diuntungkan yang terkait komoditas terutama saat ini terkait emas dan nikel seperti, ANTM dan MDKA," kata dia.

Bagi para investor, Jono merekomendasikan beli saat tren pelemahan untuk saham ANTM dan MDKA.

"Strategi membeli saham di kondisi yang belum pasti lebih baik buy on weakness," ujar dia.

 


Dampak Resesi Global terhadap Pasar Modal

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, dampak resesi global dinilai berpotensi memberikan pengaruh negatif bagi pasar modal Indonesia. Akan tetapi, dampak resesi global tidak begitu signifikan.

Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis menuturkan, dampak resesi global tidak begitu besar bagi pasar modal Indonesia. Lantaran, perekonomian Indonesia yang masih kuat menjadi daya tarik investor asing terhadap pasar modal Indonesia.

Menurut ia, sektor yang mendapatkan dampak negatif dengan adanya resesi global, yakni sektor yang memiliki penjualan ekspor ke negara negara global yang terdampak pelemahan ekonominya.

"Jika terjadi resesi hampir semua sektor akan mengalami perlambatan, tetapi saat ini investor bisa mencari sektor-sektor yang diuntungkan dari mulai normalnya mobilitas masyarakat dan pelemahan harga komoditas seperti sektor consumer goods," kata Abdul saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (19/2/2023).

Bagi investor, Abdul merekomendasikan beli saham ICBP dengan target harga Rp 12.350 per saham. "Kami merekomendasikan buy ICBP dengan target price Rp 12.350," kata dia.

Sementara itu, CEO PT Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Suryawijaya mengatakan, dalam setiap siklus baik resesi ataupun bukan pasti selalu ada kesempatan yang tersedia.

Dia menyebutkan, investasi masih akan terus diminati dan masih ada sektor saham yang menarik untuk dicermati oleh para investor, seperti sektor konsumer, properti, serta keuangan.

"Sektor masih menarik alias yang dapat bertahan lebih ke konsumer (non cyclic), properti, keuangan (bank)," ujar dia.

Untuk rekomendasi saham, William memilih saham PWON, ASRI, CTRA,UNVR, KLBF, INDF, BBCA dan BBRI.

Meski demikian, tetap saja ada beberapa hal yang perlu diwaspadai, seperti emiten yang berkaitan dengan pertambangan. Lantaran, kenaikan sektor yang berbasis komoditas ini dari sisi harga komoditas nya rentan terhadap tekanan.

 

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya