Wall Street Beragam, The Fed Kembali Tegaskan Sikap Terhadap Inflasi

Wall street beragam pada perdagangan Rabu, 22 Februari 2023 setelah rilis risalah pertemuan the Fed. Hal ini ditunjukkan dengan indeks Nasdaq catat penguatan sendirian.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Feb 2023, 07:13 WIB
Wall street bervariasi pada perdagangan Rabu, 22 Februari 2023 usai risalah rapat the Fed. (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Rabu, 22 Februari 2023. Wall street beragam seiring pelaku pasar mencerna hasil ringkasan pertemuan terbaru bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) untuk mencari petunjuk tentang langkah bank sentral berikutnya terhadap inflasi.

Dikutip dari CNBC, Kamis (23/2/2023), pada penutupan perdagangan Rabu, 22 Februari 2023, indeks Dow Jones melemah 84,50 poin atau 0,26 persen menjadi 33.045,09. Indeks S&P 500 melemah tipis 0,16 persen ke posisi 3.991,05. Indeks Nasdaq naik tipis 0,13 persen ke posisi 11.507,07.

Sementara itu, hasil risalah pertemuan the Fed juga mencatat data inflasi yang diterima selama tiga bulan terakhir menunjukkan pengurangan sambutan untuk laju kenaikan harga bulanan. Namun, itu menekankan secara subtansial lebih banyak bukti kemajuan di berbagai harga untuk meyakinkan inflasi berada sesuai jalur.

Risalah dirilis setelah Presiden The Fed St Louis James Bullard memperingatkan pada Rabu, 22 Februari 2023 kalau perjuangan bank sentral melawan inflasi masih jauh dari selesai.

Kekhawatiran yang meningkat the Fed akan melanjutkan kenaikan suku bunga yang menakuti investor pada Selasa, 21 Februari 2023 dan mendorong saham dalam kinerja terburuk pada 2023.

Chief Global Strategist LPL Financial Quincy Krosby menuturkan, rilis risalah rapat tidak mengubah lintasan pasar karena investor tetap teguh dalam keyakinan kalau the Fed tidak akan berlanjut lebih jauh dengan kenaikan suku bunga.

“Ini bukan pasar yang berpikir the Fed harus berlanjut setelah Juni dengan kenaikan suku bunga. Ini adalah pasar yang berkaitan dengan laba, margin, tekanan margin,” ujar dia.

 

 


Saham Palo Alto Melonjak

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Di sisi lain, saham Palo Alto Networks naik 12,5 persen setelah perusahaan angkat perkiraan laba pada 2023. Coinbase mencatat pendapatan melebihi harapan, tetapi saham turun 1,4 persen.

Selain itu, saham Intel melemah lebih dari 2 persen setelah produsen chip itu akan memangkas dividen. Intel mengumumkan dividen triwulanan akan dipangkas menjadi USD 0,125 per saham dari USD 0,365. Penurunan dividen itu lebih dari 60 persen.

“Keputusan untuk mengurangi dividen triwulanan mencerminkan pendekatan dewan yang disengaja untuk alokasi modal dan dirancang untuk memposisikan perusahaan menciptakan nilai jangka panjang,” tulis Intel dalam keterangan tertulisnya.

Intel menambahkan, peningkatan fleksibilitas keuangan akan mendukung investasi penting yang diperlukan untuk melaksanakan transformasi Intel selama periode ketidakpastian ekonomi makro.


Penutupan Wall Street pada Selasa 21 Februari 2023

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Selasa, 21 Februari 2023 seiring suku bunga lebih tinggi terus menekan sentimen pasar. Di sisi lain, kumpulan kinerja laba emiten ritel terbaru menimbulkan kekhawatiran tentang keadaan konsumen.

Dikutip dari CNBC, Rabu (22/2/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones anjlok 697,10 poin atau 2,06 persen ke posisi 33.129,59, dan catat penurunan terburuk indeks sejak 15 Desember ketika melemah 2,3 persen.

Indeks S&P 500 tergelincir 2 persen ke posisi 3.997,34, dan menandai hari terburuk sejak 15 Desember 2023, ketika melemah 2,5 persen. Semua sektor saham tertekan dengan saham discreationary konsumen alami koreksi terbesar yang mencapai 3,3 persen. Indeks Nasdaq anjlok 2,5 persen ke posisi 11.492,30.

Imbal hasil obligasi Amerika Serikat atau treasury bertenor 10 tahun naik menjadi 3,9 persen. Sedangkan imbal hasil obligasi AS bertenor dua tahun naik menjadi 4,7 persen. Tingkat imbal hasil tersebut mencapai tingkat yang tidak terlihat sejak November 2022. Hal ini seiring pelaku pasar yang bergulat dengan data inflasi yang lebih panas dari perkiraan.

Di sisi lain, pelaku pasar khawatir inflasi yang masih tinggi akan menyebabkan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu lebih lama yang dapat menyebabkan ekonomi mengalami resesi.

“Saya pikir itu adalah pasar saham yang akhirnya mengikuti apa yang dikatakan pasar treasury selama beberapa minggu,” ujar Chief Market Strategist Art Hogan, B.Riley dikutip dari CNBC.

 


Investor Perhatikan Pesan The Fed

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Hogan menambahkan, alih-alih satu katalis utama untuk penurunan pasar, efek kumulatif dari data dan pesan the Fed menyebabkan investor memperhatikan.

“Sekarang saya pikir pasar saham mengejar fakta pejabat the Fed serius, dan data ini mungkin berarti suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lama, ini hanya atasi ketertinggalan,” ujar dia.

Sementara itu, Home Depot, salah satu jajaran di Dow Jones mencatat kinerja buruk dengan merosot 7 persen. Home Depot mencatat pendapatan lebih lemah dari perkiraan pada kuartal IV.

Sementara itu, the Fed akan merilis risalah pertemuan 31 Januari-1 Februari pada Rabu, 22 Februari 2023 waktu setempat. Bank sentral AS menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin pada pertemuan itu.

LPL Finance mengatakan, pasar sudah mulai mendengarkan pesan the Federal Reserve. Strategist LPL Finance Jeffry Bucgbinder dan Quincy Krosby menuturkan, indikator ekonomi baru-baru ini termasuk indeks harga konsumen dan penjualan eceran menunjukkan inflasi masih menguat. “Pasar berjangka the Fed Funds dengan cepat menyesuaikan probabilitas juga, memperkirakan potensi kenaikan suku bunga pada pertemuan the Fed Juni,” tulis Strategist LPL Financial.

Strategist LPL Financial juga menyampaikan apa yang telah menarik perhatian pasar, bagaimana pun adalah kemungkinan kecil untuk menaikkan suku bunga 50 basis poin pada pertemuan Maret 2023.

 

 

Hampir 99 persen kekayaan dunia dimiliki, hanya oleh 1 persen kelompok tertentu (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya