Liputan6.com, Jakarta Kurs jual dan beli dolar Amerika Serikat atau kurs USD terhadap Rupiah terpantau bertahan Rp. 15.000 pada Kamis, 23 Februari 2023.
Sejak pekan lalu, kurs jual dan beli USD telah berdiri di angka tersebut.
Advertisement
Melansir laman resmi Bank Indonesia, Kamis (23/2/2023) kurs jual USD terhadap Rupiah hari ini dipatok Rp 15.294,09 per USD, dan kurs beli Rp 15.141,91.
Poundsterling Inggris hari ini memiliki kurs jual Rp 18.530,32 per pound dan kurs beli Rp 18.338,37. Kurs jual Euro hari ini sebesar Rp 16.294,32, dan kus beli Rp 16.129,16.
Adapun dolar Australia atau AUD dengan kurs jual senilai Rp 10.444,33 per AUD dan kurs beli Rp 10.337,38 per AUD.
Mata uang di negara ekonomi besar kawasan Asia, Yen Jepang hari ini memiliki kurs jual senilai Rp 11.359,25 per 100 Yen dan kurs beli Rp 11.243,71 per 100 Yen. Selanjutnya ada Yuan China dengan kurs jual Rp 2.218,46 dan kurs beli Rp 2.196,20.
Kurs jual Won Korea Selatan hari ini dipatok Rp 11,73 dan kurs beli Rp 11,61 per Won, dan kurs jual dolar Hong Kong sebesar Rp 1.949,76 per HKD dengan kurs beli Rp 1.930,33 per HKD.
Berlanjut di kawasan Asia Tenggara, kurs jual dolar Singapura atau SGD hampir menyentuh Rp.11.500.
Kurs jual SGD dipatok Rp 11.419,47 dan kurs beli Rp 11.303,31 per SGD. Ringgit Malaysia hari ini memiliki kurs jual Rp 3.448,50 per Ringgit dan kurs beli Rp 3.409,57 per Ringgit.
Sementara itu, kurs jual Peso Filipina sebesar Rp 277,27 dan kurs beli Rp 274,31 per PHP, dan kurs beli Baht Thailand sebesar Rp 442,54 per Baht dan kurs beli Rp 437,88.
Rupiah Hari Ini Menguat ke 15.190 per Dolar AS di Tengah Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga The Fed
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada kamis pagi ini menguat. Penguatan nilai tukar rupiah hari ini terjadi di tengah kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed naik lebih tinggi.
Mengutip Antara, Kamis (23/2/2023), rupiah pada Kamis pagi naik 10 poin atau 0,07 persen ke posisi 15.190 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.200 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menjelaskan, notulensi rapat The Fed yang dirilis dini hari tadi mengisyaratkan bahwa The Fed belum akan berhenti menaikkan suku bunga acuannya tahun ini.
Ia melanjutkan, ekspektasi kenaikan yang lebih besar dibandingkan rapat sebelumnya juga semakin meningkat, menurut CME FedWatch Tools. Hal ini bisa menjadi pelemah rupiah ke depannya terhadap dolar AS.
Risalah dari pertemuan Fed 31 Januari hingga 1 Februari mengatakan sebagian besar pejabat mendukung kenaikan seperempat poin karena kecepatan yang lebih lambat akan lebih baik memungkinkan mereka untuk menilai kemajuan ekonomi menuju penurunan inflasi ke target 2,0 persen.
Tetapi beberapa peserta langsung menyukai peningkatan 50 basis poin yang lebih besar pada pertemuan tersebut, atau mengatakan bahwa mereka dapat mendukungnya.
Serangkaian data dalam beberapa pekan terakhir telah menandakan aktivitas bisnis yang kuat di ekonomi terbesar dunia itu, pasar tenaga kerja yang ketat, penjualan ritel yang kuat, dan harga produsen bulanan yang lebih tinggi.
Data yang lebih panas dari perkiraan telah membantu menjaga dolar lebih kuat, tetapi juga menambah kekhawatiran bahwa Bank Sentral AS kemungkinan perlu mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama jika inflasi ingin mencapai target Fed.
Advertisement
Pengaruh Pasar Saham Asia ke Nilai Tukar Rupiah
Di sisi lain, Ariston menuturkan pasar saham Asia tidak seluruhnya bergerak negatif pagi ini. Kemungkinan pasar mengambil peluang membeli aset-aset berisiko di level rendah. Sentimen tersebut bisa menjaga rupiah tidak terlalu melemah.
Ia memproyeksikan pelemahan rupiah hari ini bisa ke arah 15.230 per dolar AS, dengan potensi tertahan di kisaran 15.150 per dolar AS.
Fundamental Ekonomi Kuat, BI Yakin Rupiah Tak Bakal Melemah di 2023
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, gerak nilai tukar rupiah sepanjang tahun cenderung mengalami penguatan seperti yang telah terjadi di awal tahun. Hal ini dasarkan pada perbaikan kondisi fundamental perekonomian Indonesia hingga akhir 2022.
"Kami meyakini nilai tukar rupiah akan menguat karena faktor fundamental, semuanya memberikan justifikasi bahwa nilai tukar akan menguat," kata Perry dalam acara Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022 di Jakarta, Senin (30/1/2023).
Perry menyampaikan, kian membaiknya faktor fundamental tersebut tercermin dari peningkatan aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia. Perry mencatat, aliran modal asing masuk sebesar USD 2,4 miliar ke pasar keuangan Indonesia.
Advertisement