Dana Masyarakat Ngendon Bank Rp 690 Triliun, Jokowi: Itu Enggak Baik untuk Pertumbuhan Ekonomi

Jokowi meminta masyarakat mau menghamburkan uangnya demi perputaran roda ekonomi. Dia telah meminta bantuan pemerintah daerah dan aparat terkait kelancaran event seni dan olahraga.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 23 Feb 2023, 11:45 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus mendorong perputaran ekonomi pasca pandemi, salah satunya dengan menggerakkan belanja masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus mendorong perputaran ekonomi pasca pandemi, salah satunya dengan menggerakkan belanja masyarakat.

Namun, ia mendapati data, tabungan masyarakat di perbankan pada 2022 naik menjadi Rp 690 triliun. Jokowi mengaku tak senang dengan realita tersebut.

"Rp 690 triliun dana masyarakat ditahan dan tidak dibelanjakan artinya masyarakat ngerem tidak ingin belanja. Tidak ingin datang ke restoran, tidak ingin datang ke mal, tidak ingin datang ke toko. Belanja tidak, lebih baik disimpan di bank, ini tidak boleh," serunya dalam pembukaan Rakernas APPSI, Kamis (23/2/2023).

"Kita harus mendorong masyarakat agar belanja itu bisa sebanyak-banyaknya untuk men-triger pertumbuhan ekonomi kita," pinta Jokowi.

RI 1 juga mengaku terus berupaya agar masyarakat mau menghamburkan uangnya demi perputaran roda ekonomi. Untuk itu, dia telah meminta bantuan pemerintah daerah dan aparat terkait kelancaran event seni dan olahraga.

"Sehingga kemarin saya sudah titip ke Kapolri, dan sekarang saya ketemu gubernur, wakil gubernur dan sekda untuk izin-izin masalah ini jangan ada yang dihambat. Karena menyangkut belanja masyarakat yang ditahan Rp 690 triliun tadi, biar itu keluar," ungkapnya.

 

"Enggak apa-apa digunakan untuk nonton konser, nonton sepakbola. Biarkan spending masyarakat, entah makan di warung, PKL, belanja kaos atau event olahraga," ujar Jokowi.

 

Juga berkaitan dengan perkembangan destinasi pariwisata di daerah, Jokowi tak ingin itu terhambat, lantaran hal tersebut turut bersangkutan dengan belanja atau konsumsi masyarakat/rumah tangga.

"Hati-hati mengenai ini. Kelihatanya sepele, tapi jangan sampai Rp 690 triliun itu tetap ngendon, ditabung di bank. Ndak, itu enggak baik untuk pertumbuhan ekonomi," tegas Jokowi.


Pengusaha Pede Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Capai Target 5,3 Persen

Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sejumlah negara di dunia tengah dibayang-bayangi ancaman resesi global. Tak sedikit negara mengalami kesulitan ekonomi dan kemudian meminta bantuan dari IMF.

Lantas, bagaimana peluang Indonesia, apakah akan mengikuti arus ikut jatuh resesi? Tenang, hal itu masih jauh. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih di kisaran 5,3 persen.

Adapun, definisi resesi adalah pertumbuhan ekonomi sebuah negara negatif dua kuartal berturut-turut.

Ekspor Masih Kuat

Menko Airlangga menjamin, banyak hal yang dipunyai Indonesia untuk tidak masuk ke jurang resesi. Ketergantungan pada pasar ekspor yang relatif rendah atau kurang dari 50 persen menjadikan negara-negara seperti Indonesia, Jepang, Brasil, Tiongkok, dan Amerika Serikat memiliki resiliensi yang tinggi melalui dukungan pasar domestik yang kuat.

Menko mencatat hingga akhir 2022, nilai ekspor Indonesia mencapai USD299,57 miliar atau tumbuh 29,40 persen (yoy). Sedangkan sisi impor juga mengalami pertumbuhan yang hampir setara yakni 25,37 persen (yoy) atau sebesar USD245,98 miliar.

Lebih lanjut, Airlangga optimis kinerja ekspor dalam perdagangan internasional Indonesia pada tahun 2023 diproyeksikan akan tumbuh sebesar 12,8 persen (yoy) dan impor akan tumbuh lebih tinggi yakni sebesar 14,9 persen (yoy).

Tidak hanya itu, kebijakan zero Covid-19 di China juga menjadi salah satu stimulus ekspor Indonesia. Maklum saja, ekspor Indonesia paling tinggi sampai saat ini adalah China. Selagi ekonomi China masih tumbuh, maka ekspor Indonesia juga masih ciamik

Masih tumbuhnya ekspor Indonesia inilah menjadi salah satu senjata hadapi ancaman resesi global.

Konsumsi Domestik Masih Tinggi

Senada dengan Menko Airlangga, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga memastikan Indonesia tahan terhadap resesi global.

permintaan domestik khususnya konsumsi swasta diyakini akan mendongkrak perekonomian RI di tahun 2023. Berkat pencabutan kebijakan PPKM, kepercayaan konsumen semakin baik dan secara langsung menumbuhkan konsumsi swasta.

"Darimana asalnya yaitu konsumsi swasta yang lebih cepat dari yang kita perkirakan dengan adanya PPKM dan adanya confident dari konsumen. Confident dari konsumen itu menumbuhkan konsumsi swasta. Dua sumber itu terutama di samping ada sumber-sumber lain. Jadi itu adalah jawaban," ujarnya.

Infografis Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Produk Domestik Bruto 2019-2021. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya