Liputan6.com, Jakarta - Data statistik yang dilaporkan Seastats, Rabu, 22 Februari 2023, menunjukkan jenis-jenis daging terpopuler di setiap negara di Asia Tenggara. Dari sebelas negara di Asia Tenggara, daging unggas adalah yang paling banyak dikonsumsi, dengan menjadi daging yang paling banyak dimakan di lima negara. Menyusul di posisi kedua, terdapat empat negara yang lebih sering memakan daging babi daripada jenis daging lainnya.
Kelima negara yang lebih sering mengonsumsi daging unggas, seperti daging ayam, bebek, kalkun, itik, hingga burung, adalah Indonesia, Malaysia, Singapura, Myanmar, dan Filipina. Sementara, empat negara yang sering mengonsumsi daging babi sehari-hari adalah Thailand, Laos, Vietnam, dan Kamboja.
Baca Juga
Advertisement
Berbeda dengan yang lainnya, masyarakat Brunei Darussalam lebih sering memakan daging domba dan kambing. Timor Leste juga unik karena kulinernya didominasi oleh hasil tangkapan laut seperti ikan.
Salah satu faktor perbedaan jenis protein utama yang sering dimakan ini adalah karena agama. Di negara seperti Indonesia dan Malaysia yang memiliki populasi muslim paling banyak, daging babi hampir tidak pernah dimakan. Dikutip dari The Asean Post pada Kamis, 23 Februari 2023, populasi Muslim di Indonesia berada di sekitar 87 persen, sedangkan Malaysia 61 persen.
Negara seperti Vietnam dan Thailand, yang kulinernya banyak dipengaruhi oleh masakan Tiongkok, lebih condong mengonsumsi daging babi. Bahkan, Vietnam adalah produsen dan konsumen daging babi terbesar kedua di Asia setelah Cina, dan produsen daging babi terbesar keenam di dunia, menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat.
Produksi Unggas dan Babi Meningkat Tajam
Dalam beberapa dekade terakhir, produksi, penjualan, dan kebutuhan konsumsi daging di Asia Tenggara semakin berkembang. Hal ini mengikuti laju pertumbuhan jumlah penduduk dan ekonomi.
Menurut data Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, negara Asia Tenggara telah menunjukkan pertumbuhan urbanisasi yang kuat. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita kawasan ini telah tumbuh sebesar 3,4 persen per tahun selama dekade terakhir dan diproyeksikan tumbuh sedikit lebih cepat.
Seiring dengan meningkatnya pendapatan daerah, konsumsi daging juga meningkat. Setiap negara Asia Tenggara memiliki preferensi daging yang berbeda, seperti yang tercermin dari tingkat konsumsi dan produksinya.
Dilansir dari Departemen Pertanian Amerika Serikat, produksi dan permintaan daging sapi dan produk sapi seperti susu cukup kecil di Asia Tenggara. Sementara, semua negara di kawasan ini diproyeksikan untuk meningkatkan konsumsi dan produksi daging babi dan unggas selama dekade berikutnya.
Produksi unggas di Asia Tenggara meningkat sebesar 56 persen dalam satu dekade terakhir, tumbuh dari 5,9 juta metrik ton (mmt) menjadi 9,2 mmt pada 2018, dan diperkirakan akan mencapai 12,3 mmt pada 2028. Pertumbuhan produksi daging babi di wilayah tersebut lebih lambat; meningkat 23 persen dari 2009 hingga 2018 dan diperkirakan akan meningkat 21 persen pada 2028.
Laju tersebut dapat dikaitkan dengan preferensi keseluruhan kawasan Asia Tenggara yang lebih banyak mengonsumsi daging unggas daripada daging babi, karena sebagian besar negara Asia Tenggara memproduksi lebih banyak unggas.
Advertisement
Pengaruh India dan China
Perbedaan jenis daging yang banyak dikonsumsi di negara-negara Asia Tenggara juga bergantung kepada ragam kuliner tiap negaranya. Dikutip dari foodnetwork.com, masakan-masakan tradisional di Asia Tenggara menggabungkan prinsip-prinsip masakan Cina serta rasa kompleks yang berasal dari bumbu dan rempah-rempah India.
Makanan di kawasan ini bisa terasa manis, asam, asin, pedas, dan pahit dalam satu gigitan. Melalui pengaruh penjajahan, beberapa daerah juga mengadopsi sedikit masakan dari Prancis, Belanda, maupun Spanyol.
Daging babi juga merupakan salah satu jenis daging yang paling banyak dimakan di Asia Tenggara. Babi bisa diberi pakan makanan-makanan sisa dapur, sehingga biaya pemeliharaan hewan relatif rendah. Setelah disembelih, hewan besar tersebut dapat memberi makan banyak orang.
Masyarakat Asia Tenggara yang mengonsumsi daging babi dipengaruhi masakan Cina. Bahkan ketika warga sekitar menyebut 'daging', mereka secara otomatis menyiratkan daging babi, menurut South China Morning Post. Masyarakat Cina juga lebih menyukai rasa daging babi daripada daging sapi karena rasanya yang lebih manis secara alami.
Konsumsi Daging Ayam Indonesia Meningkat
Di Indonesia, olahan daging ayam adalah yang paling banyak ditemui, dari mulai ayam goreng, ayam bakar, sate ayam, soto ayam, dan masih banyak lagi. Tingginya minat masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi daging ayam ketimbang daging sapi atau kerbau disebabkan sejumlah faktor. Di antaranya, karena harganya lebih terjangkau dan produksinya lebih melimpah.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata konsumsi daging ayam di Indonesia mencapai 0,14 kilogram (kg) per kapita per minggu, pada 2021. Angka tersebut meningkat 7,69 persen dibandingkan 2020, sekaligus menjadi rekor tertinggi dalam satu dekade terakhir.
Secara tren, konsumsi daging ayam per kapita di Indonesia cenderung meningkat selama periode 2011-2021. Ada pun rata-rata konsumsi daging ayam nasional lebih tinggi dari daging sapi atau kerbau. Tercatat, rata-rata konsumsi daging sapi atau kerbau hanya 0,009 kg per kapita per minggu pada 2021.
BPS mencatat, produksi daging ayam di Indonesia mencapai 3,42 juta ton pada 2021. Sementara, produksi daging sapi dan kerbau berada jauh di bawahnya, masing-masing 437,78 ribu ton dan 20,97 ribu ton sepanjang 2021.
Advertisement