Jokowi Ungkap Alasan Kembali Ajukan Nama Perry Warjiyo Jadi Gubernur BI

Presiden Jokowi akhirnya mengungkapkan alasan dipilihnya kembali Perry Warjiyo sebagai Gubernur BI.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 23 Feb 2023, 17:30 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo (tengah) didampingi DGS Destry Damayanti (kiri) dan Deputi Gubernur Erwin Rijanto (kanan) memberi keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Kantor BI, Jakarta, Kamis (19/9/2019). BI menurunkan suku bunga acuan BI7DRR menjadi 5,25 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi akhirnya buka suara terkait dipilihnya kembali Perry Warjiyo sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI).

Saat berada di Kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jokowi mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengirimkan usulan tersebut kepada DPR RI.

"Gubernur BI kemarin sudah kita kirimkan nama ke DPR RI, Bapak Perry Warjiyo," kata Jokowi, dikutip dari kanal News Liputan6.com Kamis (23/2/2023).

Diketahui bahwa situasi perekomonian global sedang genting dan fiksal dan moneter menjadi sangat penting.

Sehingga, menurut Jokowi, jabatan Gubernur BI perlu dijalani oleh sosok yang memiliki jam terbang dan pengalaman yang tinggi. 

"Karena gini jadi dalam situasi kegentingan global seperti ini kita tidak ingin mengambil risiko. Fiskal, moneter itu menjadi sangat-sangat penting dan kita harus menempatkan orang-orang memiliki jam terbang yang tinggi, memiliki pengalaman yang tinggi," Jokowi menjelaskan.

Beberapa waktu sebelumnya, Ketua Badan Anggaran DPR RI MH Said Abdullah mengonfirmasi usulan Jokowi yang sudah disampaikan ke parlemen.

Diketahui, pencalonan Perry Warjiyo untuk menjadi Gubernur Bank Indonesia kali ini untuk periode 2023-2028, dengan masa jabatannya yang akan habis pada Mei 2023 mendatang. Sementara, usulan nama Gubernur BI harus masuk ke DPR pada Februari ini yang dilanjutkan dengan fit and proper test.


Bakal Jadi Gubernur BI 2 Periode, Perry Warjiyo Punya PR Jaga Inflasi dan Rupiah

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers hasil RDG BI, Kamis (22/12/2022).

Masa jabatan Perry Warjiyo selaku Gubernur Bank Indonesia (BI) akan habis pada Mei 2023. Namun, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencalonkannya untuk kembali menakhodai bank sentral dalam 5 tahun ke depan.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad pun mengapresiasi pilihan Jokowi, dan memuji Perry sebagai sosok dengan track record bagus di Bank Indonesia.

Namun, masa jabatan Bos BI ke depan menurutnya tidak akan mudah karena dihadapkan pada sejumlah PR yang harus dibenahi. Tantangan pertama, Tauhid menilai bank sentral harus merumuskan kembali penanganan inflasi daerah.

"Karena enggak bisa lagi mengatur inflasi dari sisi inti saja, core inflation. Tapi juga inflasi harga bergejolak maupun administered price. Karena mandatnya bank sentral bukan inflasi inti, tapi nilai inflasi secara keseluruhan," ujarnya kepada Liputan6.com, Rabu (22/2/2023).

Tauhid melanjutkan, Perry dan Bank Indonesia juga wajib mampu mengendalikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) agar tidak semakin lemah.

"Itu saya kira jadi mandat utama. Kalau nilai tukarnya tidak stabil, naik/turun, depresiasi sampai 9-10 persen seperti tahun 2022, tidak boleh terjadi lagi. Karena dampak negatifnya jauh lebih besar," tegasnya.

 


Diharapkan Bisa Menjaga Suku Bunga Rendah

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo saat jumpa pers di Gedung BI, Jakarta, Jumat (29/06). Pada Rapat Dewan Gubernur BI suku bunga Deposit Facility (DF) juga naik 50 bps menjadi 4,50%, (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Berikutnya, ia berharap Perry Warjiyo bisa kembali merumuskan peran Bank Indonesia dalam kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi. Bukan hanya sekadar melakukan pembagian beban alias burden sharing dengan kementerian/lembaga terkait lain.

"Utamanya adalah menjaga agar suku bunga bisa lebih rendah lagi, kemudian bunga pinjaman dari kredit bank bisa lebih rendah lagi. Itu lah kontribusi sesungguhnya BI dalam mendorong pertumbuhan ekonomi," ungkapnya.


Profil Perry Warjiyo, Calon Gubernur Bank Indonesia 2 Periode

Bank Indonesia (BI) telah memulai langkah awal desain Central Bank Digital Currency (CBDC) atau Rupiah Digital sebagai solusi masa depan. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyampaikan ada tiga alasan BI mengeluarkan rupiah digital.

Nama Perry Warjiyo kembali mencuat dan diusulkan lagi oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk menjadi Gubernur Bank Indonesia periode 2023-2028. Artinya, Perry akan menjalani 5 tahun keduanya menempati posisi yang sama setelah disetujui DPR RI nantinya.

Pada periode pertamanya, Perry Warjiyo resmi menjadi Gubernur Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden RI No.70/P Tahun 2018 tanggal 16 April 2018, dan mengucapkan sumpah jabatan pada tanggal 24 Mei 2018.

Perry bukan orang asing di lingkungan ekonomi makro Indonesia. Termasuk di lingkungan BI sendiri. Sebelum menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia, Perry menjabat sebagai Deputi Gubernur BI periode 2013-2018.

Mengutip laman resmi Bank Indonesia, Perry juga pernah menjabat sebagai Asisten Gubernur untuk kebijakan moneter, makroprudensial dan internasional. Jabatan tersebut diemban setelah menjadi Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia.

Pria kelahiran Sukoharjo pada tahun 1959 ini pernah menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta pada tahun 1982. Lalu melanjutkan pendidikan di Iowa State University hingga meraih gelar Master pada tahun 1989 dan meraih gelar Ph.D di tahun 1991.

Perjalanan Karir

Kembali ke perjalanan karir, sebelum kembali ke Bank Indonesia pada tahun 2009, Perry Warjiyo menduduki posisi penting selama 2 tahun sebagai Direktur Eksekutif di International Monetary Fund (IMF), mewakili 13 negara anggota yang tergabung dalam South-East Asia Voting Group pada tahun 2007-2009.

Perry memiliki karir yang panjang dan cemerlang di Bank Indonesia sejak tahun 1984, khususnya di area riset ekonomi dan kebijakan moneter, isu-isu internasional, transformasi organisasi dan strategi kebijakan moneter, pendidikan dan riset kebanksentralan, pengelolaan devisa dan utang luar negeri, serta Biro Gubernur.

Dia dikenal sebagai pribadi yang gemar menulis. Ini terlihat dari karya-karyanya berupa buku, jur al, dan makalah di bidang ekonomi, moneter, dan isu-isu internasional.

Beberapa buku yang pernah diterbitkannya berjudul Kebijakan Moneter di Indonesia, Kebijakan Bank Sentral: Teori dan Praktik, Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia, serta Bauran Kebijakan Bank Sentral: Konsepsi Pokok dan Pengalaman Bank Indonesia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya