Liputan6.com, Jakarta Masyarakat Indonesia akan memasuki bulan Ramadan 2023 sebentar lagi. Dalam hitungannya, bulan puasa akan dimulai tepat sebulan ke depan. Masyarakat pun sudah pasti mulai menyiapkan kebutuhan Ramadan dan Lebaran saat ini.
VP of Tokopedia Marketing Solutions Edwin Chayadi menjelaskan, dalam survei yang dijalankan Google, Temasek, dan Bain & Company, sebanyak 9 dari 10 orang Indonesia berencana untuk membeli kebutuhan khusus Ramadan.
Advertisement
"Sebanyak 9 dari 10 orang Indonesia berencana untuk membeli kebutuhan khusus Ramadan, ini dari sumber yang dipakai pemerintah," katanya dalam acara Media Briefing di Bale Nusa, Jakarta Selatan, Kamis (23/2/2023).
Tingginya proyeksi jumlah penduduk Indonesia yang akan berbelanja saat Ramadan disebabkan oleh pulihnya tingkat daya beli. Hal ini sejalan dengan terjaganya tren petumbuhan ekonomi nasional pasca terdampak pandemi Covid-19.
"Ramadan 2023 diperkirakan dapat lebih menjanjikan dibandingkan sebelumnya," ucapnya.
Dampak Pencabutan Kebijakan PPKM
Edwin menambahkan, telah dicabutnya kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) juga diyakini akan meningkatkan mobilitas sosial. Sehingga roda ekonomi masyarakat dapat berjalan lebig kencang lagi.
"Berakhirnya pandemi Covid-19 menjadi endemi dapat mendorong daya beli konsumen," ucapnya.
Berkaca pada situasi ini, Tokopedia optimis sektor digital khususnya e-commerce, transportasi online, dan pengiriman makanan diperkirakan akan terus tumbuh secara masif di tahun ini.
"Konsumen digital di Indonesia akan meningkatkan, atau setidaknya mempertahankan penggunaan layanan digital pada tahun 2023, termasuk e-commerce, transportasi online, dan pengiriman makanan," jelasnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Awas, Inflasi Harga Pangan Meroket saat Ramadan dan Lebaran 2023
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai terjadinya lonjakan inflasi yang rawan terjadi selama musim Ramadan dan Lebaran Idul Fitri, khususnya pada inflasi harga pangan.
Dalam hal ini, Sang Bendahara Negara memasang mata terhadap inflasi harga pangan. Terutama pada kategori pangan bergejolak atau volatile food, yang angka inflasinya masih bertengger di level 5,7 persen.
"Kita mewaspadai harga pangan ini terutama mulai masuk bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya. Ini adalah faktor yang sekarang jadi perhatian pemerintah, yaitu faktor volatile food," ujar Sri Mulyani dalam sesi konferensi pers APBN Kita, Rabu (22/2/2023).
Sri Mulyani mengatakan, pemerintah bakal mengantisipasi kenaikan mobilitas masyarakat yang biasa terjadi pada bulan suci. Kondisi tersebut juga bakal ikut mendongkrak permintaan untuk kategori pangan volatile food, semisal beras, aneka cabai, ikan segar, aneka bawang, kentang, minyak goreng.
"Kita masih harus waspada, karena dalam dua bulan ke depan, Maret dan April, ini adalah faktor musiman, seasonal dengan masuknya Ramadhan dan Hari Raya, dimana permintaan biasanya akan meningkat," tuturnya.
Advertisement
Angka Inflasi Nasional
Secara keseluruhan, ia bersyukur angka inflasi nasional masih terjaga di level 5,28 persen pada Januari 2023. Meski telah menunjukan adanya penurunan dibanding bulan sebelumnya, Sri Mulyani tak mau terlena lantaran ancaman lonjakan inflasi ke depan masih tinggi.
"Ini menggambarkan bahwa inflasi masih akan menjadi isu yang sangat menjadi perhatian dari para pembuat kebijakan, terutama pada paruh pertama 2023," kata Sri Mulyani.