Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan teknologi dan platform digital global sedang keranjingan fitur-fitur berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Tak mau ketinggalan adalah layanan streaming musik Spotify.
Spotify baru saja meluncurkan sebuah fitur AI bernama DJ, yang masih dirilis terbatas untuk para pengguna Spotify Premium di Amerika Serikat dan Kanada.
Advertisement
Dalam pengumumannya, perusahaan mengatakan, fitur ini adalah DJ (disc jockey) berbasis AI "di kantung" yang bisa mengetahui selera musik pengguna, sehingga bisa merekomendasikan apa yang bisa dimainkan untuk mereka.
"DJ mengenal Anda dan selera musik Anda dengan sangat baik sehingga ia akan memindai rilis terbaru yang kami tahu akan Anda sukai, atau membawa Anda kembali ke playlist nostalgia yang Anda ulangi tahun lalu," kata Spotify.
Mengutip The Verge, Sabtu (25/2/2023), dalam klip yang dibagikan Spotify, fitur ini tampak meniru presenter stasiun radio, memasukkan sedikit trivia, dan komentar tentang artis atau trek, ketika beralih antar lagu.
Untuk fitur ini, layanan streaming itu menggunakan teknologi personalisasi mereka, yang memberikan pengguna serangkaian rekomendasi musik berdasarkan apa yang disukai.
Diungkap juga bahwa untuk fitur ini, mereka menggunakan teknologi AI generatif besutan OpenAI, yang lebih dikenal sebagai pengembang dari chatbot ChatGPT. Selain itu, mereka juga melibatkan music editor.
"Dengan alat AI generatif ini, editor kami dapat mengukur pengetahuan bawaan mereka dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya," tulis Spotify.
Perusahaan juga mengatakan, suara AI dinamis juga menggunakan teknologi dari Sonantic, yang baru saja mereka akusisi.
Untuk membuat model suara DJ, perusahaan melibatkan Xavier "X" Jernigan, Head of Cultural Partnerships Spotify, yang sebelumnya juga menjadi salah satu host di acara pagi Spotify, The Get Up.
"Suaranya adalah model pertama untuk DJ, dan kami akan terus mengulang dan berinovasi, seperti yang kami lakukan dengan semua produk kami," kata perusahaan.
Spotify Catatkan 205 Juta Pelanggan Premium Pada 2022
Spotify sendiri baru saja mengumumkan, jumlah pelanggan layanan Spotify Premium atau berbayar mereka, sudah mencapai 205 juta pada 31 Desember 2022 yang lalu.
Angka itu dilaporkan oleh perusahaan dalam laporan pendapatan mereka pekan lalu. Jumlah itu mewakili peningkatan 14 persen tahun ke tahun.
Lebih lanjut, dikutip dari The Verge, Rabu (8/2/2023), itu juga membantu meningkatkan pengguna aktif bulanan (MAU/Monthly Active Users) menjadi 489 juta, naik 20 persen.
Angka ini di atas panduan mereka dari kuartal terakhir, saat dinyatakan akan mencapai 202 juta pelanggan premium dan 479 juta MAU.
Laporan ini rilis tak lama setelah platform streaming musik tersebut melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 6 persen karyawan atau sekitar 600 orang dari total seluruh pekerjanya, sebagai bagian dari restrukturisasi perusahaan.
Advertisement
Karyawan Terdampak PHK Spotify
Menurut laporan pendapatan terakhir Spotify, perusahaan mempekerjakan sekitar 9.800 karyawan. Demikian dikutip dari Engadget, Selasa (24/1/2023). Dikutip dari Aljazeera, Selasa (24/1/2023), belum ada tanggapan dari pihak Spotify terkait isu ini.
Spotify pada bulan Oktober diketahui memiliki sekitar 9.800 pekerja, dan telah melepas 38 karyawan dari studio podcast-nya Gimlet Media dan Parcast.
Meskipun begitu, sama seperti perusahaan teknologi yang mengalami penurunan ekonomi serupa, rilis pendapatan teranyar Spotify menunjukkan situasi keuangan mereka tidak memburuk signifikan dalam beberapa bulan terakhir.
Laporan pendapatan terbaru juga tidak mengumumkan apa-apa soal Spotify HiFi, paket langganan baru yang menjanjikan streaming audio berkualitas CD lossless, yang diumumkan dalam peluncuran besar sekitar dua tahun lalu.
Pertimbangan Soal Fitur Lossless
Ada asumsi bahwa Spotify mempertimbangkan fitur ini, karena Apple Music dan Amazon Music saat ini menawarkan streaming lossless tanpa biaya tambahan kepada pelanggan.
Spotify banyak dianggap sebagai layanan streaming musik terbesar di dunia, meski jumlah pelanggan komparatif tidak tersedia dengan mudah untuk Apple Music dan Amazon Music.
Data dari Music Ally melaporkan, Apple Music punya sekitar 60 juta pelanggan berbayar pada 2019, sementara Amazon Music punya 55 juta pada 2020.
(Dio/Ysl)
Advertisement