Liputan6.com, Jakarta - Pendidikan yang paling utama berasal dari keluarga. Sikap dan perilaku seorang anak dipengaruhi oleh gaya parenting yang diterapkan orangtua sehingga orangtua harus bisa menentukan pola asuh yang tepat untuk mengarahkan buah hatinya agar memiliki karakter yang baik.
Penting bagi orangtua untuk memiliki pengetahuan yang benar dalam mendidik anak. Maka, setiap orangtua perlu belajar dan mengetahui cara mengasuh dan mendidik anak dengan baik dan benar.
Advertisement
Misalnya, orangtua harus mengetahui bagaimana cara membangun hubungan dan komunikasi dengan anak, sehingga anak tersebut dapat mengembangkan nilai karakter yang baik. Dengan pola asuh yang tepat juga akan mendisiplinkan serta mengajarkan ketaatan kepada anak.
Pada dasarnya, seorang anak mudah sekali untuk mencontoh sikap, perilaku, dan perkataan yang didapatkan dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Tanpa disadari bahwa seorang anak akan mengikuti dan mempelajari apa yang mereka lihat dan dengar dalam kesehariannya.
Orangtua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anaknya dan memberikan dampak positif bagi kehidupan anak sejak dini. Namun, pada kenyataannya tidak semua orangtua mampu memberikan pola asuh yang tepat. Seringkali ditemukan banyak kekerasan dan pola asuh yang salah dalam mengajarkan anak.
Studi menemukan bahwa banyak anak yang melaporkan peristiwa traumatis akibat kesalahan pola asuh dari orangtua. Memang, tidak ada orangtua yang sempurna yang tidak pernah melakukan kesalahan. Namun, menjadi orangtua yang tahu bagaimana mangasuh dan mendidik anak dapat mengatasi permasalahan yang timbul.
Lalu, apa saja kesalahan pola asuh yang sering dilakukan oleh orangtua? Berikut pengalaman orangtua yang bergabung dalam suatu komunitas untuk berbagi kesalahan dalam mendidik anak, seperti melansir dari Time Of India, Jumat (24/2/2023).
1. Mengambil Keputusan yang Salah
Terkadang, orangtua yang belum banyak belajar mengenai pola asuh akan mendengarkan pendapat orang lain yang sudah memiliki pengalaman dalam mendidik dan mengasuh anak. Namun, tidak semua pengalaman tersebut sesuai dengan kondisi setiap anak.
Jangan sampai perkataan orang lain akan memengaruhi perkembangan fisik dan mental anak dan pada akhirnya menyebabkan salah mengambil keputusan yang baik untuk anak.
Seorang pengguna dalam komunitas menulis, “Saya mendengarkan guru sekolah anak saya yang mengatakan bahwa anak saya tidak memiliki gangguan perkembangan. Pada usia 16 tahun, ia didiagnosis menderita disleksia, autis, dan ADHD. Saya menangis dan menyesal mengapa saya harus mendengarkan orang lain dan tidak mengambil keputusan apapun pada saat itu.”
Oleh karena itu, penting untuk mengambil keputusan dari diri sendiri. Mempercayai orang lain terhadap tumbuh kembang anak juga tidak selalu memberikan hasil yang baik.
Advertisement
2. Berteriak dan Berbicara Kasar di Depan Anak
Perilaku seorang anak cerminkan orangtua adalah benar adanya. Apa yang ditunjukkan oleh anak merupakan hasil belajar dari apa yang diajarkan oleh orangtuanya. Misalnya, orangtua yang menunjukkan perilaku kasar akan menciptakan anak-anak dengan perilaku kasar pula.
Begitu juga jika orangtua yang selalu berteriak kepada anak, dalam hal ini anak akan berpikir tidak apa-apa jika dirinya juga berteriak dengan orang lain.
Seorang anak akan bergantung pada sifat orangtua dan mencontoh kebiasaan-kebiasaan termasuk cara berbicara, sopan santun, beretika, cara menghormati dan cara memperlakukan orang lain.
Mengasuh dan mendidik seorang anak memang tidak mudah. Dibutuhkan kesabaran dalam mendidik anak. Orangtua hendaknya mencontohkan perilaku baik, seperti menjaga kata-kata yang dilontarkan kepada anak.
Jangan sampai mengucapkan kata-kata yang terbilang tidak pantas untuk didengar oleh anak-anak, karena serorang anak akan mengikuti apa yang diucapkan oleh orangtua.
3. Kurangnya Perhatian Pada Kesehatan Anak
Tanpa disadari, banyak orangtua yang tidak sengaja atau bahkan sengaja mengabaikan kesehatan anaknya.
Hal ini yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Kurangnya perhatian orangtua terhadap kesehatan anak juga akan memengaruhi tumbuh kembang anak, terutama pada perkembangan psikologis.
Seorang anak yang kurang perhatian kesehatan akan mengalangi gangguan kognitif, kekurangan gizi, sehingga akan bermasalah pada sikap dan perilaku.
Ada banyak hal yang sering diabaikan orangtua mengenai kesehatan anak. Misalnya tidak memenuhi kebutuhan dasar anak yang mencakup nutrisi dan kebersihan. Kemudian menunda perawatan medis yang dibutuhkan oleh anak.
Sebisa mungkin orangtua membuat anak merasa nyaman dan mendapatkan perawatan segera. Misalnya, seorang anak yang mengeluh rasa sakit ketika jatuh dari sepeda, segera untuk mengobati lukanya dan membawanya ke rumah sakit.
Jangan ragu untuk membawa anak ke rumah sakit agar anak mendapatkan bantuan dan penanganan yang tepat.
Advertisement
4. Tidak Memenuhi Kebutuhan Anak
Orangtua wajib untuk memenuhi kewajiban dan kebutuhan anak, misalnya dalam aspek kesehatan yang meliputi fisik ataupun mental.
Kebutuhan anak meliputi tempat tinggal yang layak, memberi anak nutrisi yang baik setiap harinya, memastikan keamanan anak, memastikan kebutuhan finansial anak terpenuhi, memilih pendidikan yang baik untuk anak dan memastikan anak selalu sehat serta membawanya ke fasilitas kesehatan.
Namun, ada beberapa orangtua yang tidak memenuhi kewajibannya sebagai orangtua. Salah satu pengguna dalam suatu komunitas tersebut membagikan pengalaman pola asuh orangtuanya.
Orangtuanya menanamkan pikiran bahwa ada perbedaan antara menginginkan dan membutuhkan sesuatu. Oleh sebab itu, pemikiran tersebut masih tertanam dalam dirinya sehingga sulit untuk menentukan mana yang merupakan suatu keinginan atau memang kebutuhan.
5. Selalu Menuruti Kemauan Anak
Setiap orangtua mungkin merasa senang dan bahagia jika bisa menuruti keinginan anak. Namun perlu diketahui dampak terlalu memanjakan anak dengan selalu menuruti kemauannya yang dapat memengaruhi tumbuh kembang dan sifat anak.
Hindari untuk selalu memanjakan anak dan menuruti kemauannya. Orangtua perlu mengatakan tidak atas apa yang diminta oleh anak dan menjelaskan kepada anak apa yang menjadi prioritas, bahwa kemauannya memang kebutuhan atau hanya keinginan saja.
Untuk menjelaskannya kepada anak, tidak perlu dengan nada bicara yang tinggi, sebaiknya orangtua menjelaskannya dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak dan dengan intonasi yang lembut.
Orangtua juga dapat menerapkan beberapa hal untuk menuruti kemauan anak, misalnya seorang anak harus menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru terlebih dahulu jika ingin bermain bersama teman.
Atau jika ingin bermain smartphone, harus menyelesaikan tugas yang diberikan. Dengan begitu, anak memiliki motivasi untuk mencapai tujuannya.
Advertisement