7 Film Indonesia Bakal Didanai Lewat Crowdfunding di 2023, Masyarakat Umum Bisa Ikut Investasi Mulai dari Rp1 Juta

Target pendanaan film Indonesia lewat crowdfunding tahun ini mencapai Rp100 miliar untuk tujuh film.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 24 Feb 2023, 17:02 WIB
Tulang Belulang Tulang menjadi salah satu film Indonesia yang akan didanai dengan sistem crowdfunding lewat program FinsCoin. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Empat film Indonesia akan jadi proyek pertama yang dibiayai dengan skema crowdfunding. Keempat film tersebut adalah Mantra Surugana, The Hole/Bolong, Tulang Belulang Tulang, dan Romeo Ingkar Janji. Dua film pertama bergenre horor, sisanya adalah perpaduan antara komedi dan romansa.

"Yang kita luncurkan hari ini untuk pertama kali adalah crowdfunding untuk film Mantra, film horor yang disutradarai Dyan Sunu Prastowo. Tiga lainnya dirilis Maret, dan tiga lagi di Q3 2023," kata Heinrich Vincent, CEO dan founder Bizhare, dalam peluncuran Fintech Securities Crowdfunding Indonesia (FinsCoin) di Jakarta, Jumat (24/2/2023).

Ia menyebut itu sebagai terobosan baru mengingat sebagian besar film diproduksi dengan dana yang diinvestasikan institusi besar. Dengan skema pendanaan publik, masyarakat umum kini bisa ikut memodali produksi film mulai dari Rp1 juta. Caranya pun sederhana. Investor bisa mulai berinvestasi lewat aplikasi yang disediakan Bizhare.

"Kalau investasi Rp1 juta, berapa ribu orang bisa jadi promotor dan marketing film itu sendiri? Tiket yang dijual bisa dibayangkan berapa banyak dan akhirnya menggerakkan ekosistem film itu sendiri," ujar Vincent.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengapresiasi program tersebut dengan menyebutnya sebagai langkah tepat sasaran dan tepat manfaat. Menurutnya, industri film lokal merupakan salah satu penggerak ekonomi yang bisa membuka lapangan pekerjaan yang cukup besar. 

"Satu film itu bisa menyerap 200--300 lapangan pekerjaan. Jadi kalau empat film, itu berarti bisa tercipta 800 hingga 1.000 lebih lapangan kerja dan mengangkat destinasi wisata di Indonesia," kata dia.

Ia berharap FinsCoin bisa menciptakan ekosistem film yang lebih baik dan meningkatkan kontribusi sektor ekonomi kreatif lebih tinggi. "Sekarang kita di nomor 3," ujar Sandi.


Tren Masa Depan

Menparekraf Sandiaga Uno dan Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Sandiaga mengatakan, pihaknya diinstruksikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mendorong lebih banyak film yang syuting di Indonesia, baik buatan lokal maupun mancanegara. Hal itu diharapkan bisa menciptakan ekosistem industri film dalam negeri yang lebih baik.

Sementara, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo menyatakan industri film Indonesia menunjukkan kebangkitan. Terbukti jumlah penonton pada 2022 mencetak rekor dengan 54 juta penonton dengan 60 persen adalah film lokal. 

Namun, pendanaan masih menjadi isu utama yang menantang industri perfilman dalam negeri. Karena itu, ia menyebut skema crowdfunding adalah strategi yang tepat untuk diterapkan lantaran bermanfaat ganda.

"Perlu disosialisasikan Bizhare bahwa ada pendanaan dari masyarakat. Jadi, secara enggak langsung sudah promosi dari awal, sehingga ketika tayang, mereka akan ikut nonton dan mempromosikannya," kata Angela.

Ia juga menyebut sistem patungan itu lebih cocok untuk saat ini dibandingkan pendanaan secara konvensional. Tanpa menyebutkan negara yang spesifik, ia mengatakan sistem pendanaan patungan dari publik sudah mulai diterapkan di sejumlah tempat. "Ini memang arahnya ke sana. Besar harapan terjadi juga di Indonesia," ia menambahkan.


Edukasi Masyarakat

Peluncuran FinsCoin, program crowdfunding untuk industri film dalam negeri. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Angela menyebut, biaya produksi yang standar untuk menghasilkan film berkualitas baik saat ini antara Rp10--15 miliar. Angkanya bisa lebih rendah bila yang diproduksi adalah film pendek.

Vincent menambahkan, pihaknya menargetkan bisa mengumpulkan Rp100 miliar untuk mendanai tujuh film di tahun ini. Ia menargetkan investasi itu bisa menghasilkan imbal hasil antara Rp150 miliar hingga Rp200 miliar. Walau menggiurkan, ia mengingatkan bahwa ada risiko dalam setiap investasi.

Untuk itu, publik perlu diedukasi lebih lanjut. CEO Adhya Group Ricky Wijaya, yang bertanggung jawab mengkurasi proposal film yang akan didanai, menjelaskan bahwa setiap pendapatan yang diperoleh, nantinya akan digunakan untuk mengembalikan dana yang diperoleh dari investor terlebih dulu. Bila ada selisih keuntungan, hasilnya akan dibagi dua antara tim produksi dan investor.  

Bila ada kerugian, investor akan mendapatkan pengembalian berdasarkan pendapatan yang diperoleh. "Misalnya, mbak menyetor Rp5 juta. Lalu, pendapatan yang diperoleh ternyata setengahnya. Nanti, investor akan dikembalikan dana setengah dari Rp5 juta itu," ia menjelaskan.


Perketat Kurasi

Mantra Surugana menjadi salah satu film Indonesia yang akan didanai dengan sistem crowdfunding lewat program FinsCoin. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Ricky menerangkan, sistem pendanaan dengan crowdfunding akan dijalankan secara transparan. Investor bisa mendapatkan laporan keuangan dan bisnis secara terbuka. Sistem pengembalian dana diatur sedemikian rupa untuk mengajarkan tanggung jawab pada sutradara, tim produksi, dan rumah produksi atas dana publik yang digunakannya. 

Di sisi lain, pihaknya juga membuat kurasi ketat atas proposal film yang hendak mencari dana. Faktor utama adalah track record si pembuat film dan naskah cerita yang kuat dan matang. Pihaknya tak menutup kemungkinan membina para pelaku yang lolos kurasi.

"Tulang Belulang Tulang itu termasuk yang kita bina. Lo butuh casting seperti apa, siapa agensinya, kita bantu. Karena tujuan funding ini bukan hanya duitnya, tapi expose seperti ini. Bukan hanya dana," Ricky mengurai.

Vincent menambahkan bahwa kurasi tidak hanya dilakukan pihak Adhya Group, tapi juga Bizhare untuk memastikan kelayakan pendanaan. Pihaknya juga tidak hanya menyasar satu genre film, melainkan kombinasi.

"Kalau horor semua enggak bagus juga, kita variasikan investasi ke berbagai industri," ujarnya.

Jumlah produksi film Indonesia, berapa banyak? (Liputan6.com/Trie yas)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya