Liputan6.com, Jakarta - Melakukan perawatan estetik dan anti aging sudah menjadi rutinitas dr Phery Cendres M Biomed sejak muda. Meski banyak yang memandang sebelah mata cowok yang rajin merawat diri, tapi Phery tak peduli.
Terpenting bagi Phery, dirinya melakukan sesuatu yang tujuannya jelas. Menurut pria lulusan Fakultas Kedokteran (FK) Unika Atmajaya, Jakarta, anti aging atau anti penuaan bukan sebuah aktivitas yang melawan kodrat.
Advertisement
"Anti aging itu tidak melawan kodrat. Enggak menyetop penuaan tapi men-delay tanda-tanda penuaan," kata Phery.
"Jadi, kalau ada orang umurnya 50 dia looks good, minim sekali kerutan, kan, boleh. Selama ada teknologinya. Tapi kalau mau 50 looks 60, itu pilihan," kata lulusan Pasca Sarjana Universitas Udayana, Bali menambahkan.
Kiat Agar Anggaran Melakukan Perawatan Wajah Tak Mahal
Lebih lanjut dikatakan Phery, semakin muda usia seseorang melakukan treatment, semakin kecil pula anggaran yang dikeluarkan untuk perawatan wajah.
Dengan kata lain, jadikan treatment sebagai tindakan preventif (pencegahan) bukan pengobatan.
"For example saya. Saya treatment di usia 30, di saat anti aging sing-nya minimal. Kalau aging sign-nya minimal, tentu treatment-nya minimal. Kalau treatment-nya minimal, budget-nya minimal, dong," kata Phery.
Phery, menambahkan, yang membuat anggaran untuk treatment menjadi mahal lantaran tanda-tanda penuaan yang tampak mulai banyak dan di saat yang bersamaan harus dikerjakan semuanya.
Entah karena alasan dalam beberapa bulan ke depan akan menikah, merayakan hari besar, atau tampil kinclong saat reunian.
"Jadi, kalau ada yang tanya bisa enggak tampil kinclong pas reunian, ya bisa, tapi aging sign-nya yang harus dikerjakan banyak," katanya.
"Jadi, goalnya adalah preventif. Jadi, waktu masih bagus dipertahankan bagus, pasti budget-nya minimal," Phery menekankan.
Berawal dari Hobi yang Ditularkan ke Pasien
Berawal dari apa yang menjadi hobinya, Phery dan sejumlah kolega sepakat untuk mendirikan Burju Aesthetic Clinic. Yang secara keseluruhan melingkup estetik dan anti aging.
Phery kemudian mengatakan bahwa klinik kecantikan yang didirikannya adalah klinik non impassive alias hanya menggunakan metode perawatan dengan teknologi, bukan klinik operasi.
"Jadi, lebih ke teknologi terkini. Teknologi terkini terkenal dengan nyamannya. Kami memiliki misi, menempatkan keamanan dan kenyamanan sebagai prioritas utama," ujarnya.
"Saya suka sekali treatment non impassive khususnya. Hobi saya ini yang saya tularkan ke pasien-pasien saya," Phery menambahkan.
Burju Aesthetic Clinic, lanjut Phery, menerima pasien dari semua kalangan, baik wanita maupun pria. Oleh sebab itu, Phery dan seluruh founder menyiapkan dua ruangan dengan gaya yang berbeda.
"Ada yang cenderung girly dan satu ruang lagi mainly. Biar kaum laki-laki, bapak-bapak merasa nyaman. Karena kita ingin menawarkan estetik dan anti aging ini enggak hanya wanita, trennya sudah semua gender suka," katanya.
Advertisement
Perawatan untuk Laki-Laki
Phery tak memungkiri bahwa kebanyakan kaum pria merasa takut akan rasa sakit yang muncul saat perawatan. Faktor ini pun dipikirkan betul saat akan membangun Burju Aesthetic Clinic.
"Kalau saya bilang, pria sama wanita kalau disakiti, rasa sakitnya sama. Tapi di wanita, lebih niat saja di-treatment. Mereka punya niat lebih kuat. Sedangkan laki-laki, kayak 'Ya sudahlah'," kata Phery saat berbincang dengan Health Liputan6.com belum lama ini.
Sehingga, saat Phery menerima pasien laki-laki, hal pertama yang ditawarkan adalah perawatan yang bakal membuat pasien nyaman.
"Selain tergantung indikasi, device yang nyaman dulu yang ditawarkan, seperti Softwave dan pico laser," katanya.
"Kalau saat ini ada namanya Thermaliftsofwave. Selain tingkat keamanan dan kenyamanan yang baik, teknologi ini juga dapat mengatasi tiga indikasi sekaligus dalam satu kali treament," Phery menambahkan.
Ketika Pasien Laki-Laki Merasa Nyaman
Lebih lanjut Phery, mengatakan, setelah pasien laki-laki mulai nyaman, percaya diri, dan mau untuk fokus pada treatment yang bakal dijalani, Phery akan menawarkan penyuntikkan yang ringan kayak botoks maupun filler.
"Filler-nya juga tertentu karena yang kita nilai adalah tanda-tanda penuaan di wajah yang mulai muncul. Intinya, kalau memang harus disuntik akan disuntik, kalau tidak ya sudah," katanya.
Hanya saja ketika berbicara mengenai filler, artinya secara spesifik berbicara tentang membentuk wajah. Dari situ akan perbedaan antara pembentukkan wajah wanita dan pria.
"Wanita biasanya lebih ke arah feminim. Kalau sekarang kiblatnya Kpop, jadi maunya oval. Kalau pria square, lebih maskulin," ujarnya.
Advertisement