Liputan6.com, Jakarta - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam menargetkan capaian kinerja produksi serta penjualan segmen bauksit dan alumina yang positif pada 2023. Seiring dengan larangan ekspor bijih bauksit yang akan berlaku 2023, perusahaan fokus dalam pengembangan penjualan bijih bauksit di pasar domestik.
Antam juga melakukan optimalisasi dalam aspek operasi dan pengelolaan biaya tunai yang tepat dan efisien untuk mencapai target pada 2023.
Advertisement
"Untuk komoditas bijih bauksit, Antam menargetkan volume produksi tahun 2023 sebesar 2 juta wet metric ton (wmt) sesuai dengan tingkat kebutuhan bauksit pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan dan proyeksi penjualan bijih bauksit kepada pelanggan pihak ketiga," kata Sekretaris Perusahaan Antam, Syarif Faisal Alkadrie dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (24/2/2023).
Target produksi ini tumbuh sekitar 21 persen dibandingkan capaian produksi unaudited bijih bauksit pada 2022 sebesar 1,65 juta wmt. Terkait penjualan bijih bauksit, perusahaan menargetkan tingkat penjualan sebesar 1,58 juta wmt, meningkat 27 persen dibandingkan capaian penjualan unaudited bijih bauksit 2022 sebesar 1,24 juta wmt.
Sejalan dengan strategi Antam dalam mengoptimalkan operasi pabrik CGA Tayan serta meningkatkan volume penjualan produk-produk alumina, pada 2023, Antam melalui Entitas Anak, PT Indonesia Chemical Alumina (PT ICA), menargetkan tingkat produksi dan penjualan alumina masing-masing sebesar 131 ribu wmt, tumbuh 4 persen dari target produksi dan penjualan alumina tahun 2022 masing-masing sebesar 126 ribu wmt.
Produksi Alumina pada 2022
Produksi alumina unaudited 2022 mencapai 120 persen dan penjualan alumina unaudited mencapai 114 persen dari target 2022. Penguatan kinerja segmen bauksit dan alumina pada 2022 tercermin pula pada kemampuan keuangan PT ICA untuk melaksanakan pelunasan keseluruhan pokok pinjaman bank sebesar JPY 3,52 miliar (setara dengan USD 25,95 juta).
"Melalui upaya operation best practice pada lini tambang bauksit dan operasi pabrik alumina yang didukung upaya pengembangan produk dan basis pelanggan di dalam dan luar negeri, segmen bauksit dan alumina akan semakin memberikan nilai yang positif bagi Antam,” imbuh Faisal.
Dalam hal pengembangan hilirisasi komoditas bauksit, saat ini Perusahaan terus berfokus dalam pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, yang dikembangkan bersama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) dengan kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGAR per tahun.
Advertisement
Gandeng PLN, Antam Hemat Biaya Energi di Pabrik Feronikel Kolaka Sulawesi Tenggara
Sebelumnya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) pada 16 Januari 2023.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Rabu (18/1/2023), kerja sama tersebut untuk mendukung pasokan listrik operasi pabrik feronikel Antam di unit bisnis pertambangan (UBP) Nikel Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Penandatanganan PJBTL merupakan tindak lanjut implementasi nota kesepahaman (MoU) penyediaan dan penyaluran pasokan listrik pabrik feronikel Sulawesi Tenggara antara Antam dan PLN pada 3 Juni 2022.
Direktur Utama ANTAM, Nico Kanter mengatakan, melalui kolaborasi yang baik antara Antam dan PLN, pihaknya meyakini kerja sama PJBTL ini akan mendukung peningkatan cost efficiency biaya energi dalam operasi pabrik feronikel ANTAM di Kolaka.
"Kerjasama ini, akan mendukung program Environmental, Social and Governance (ESG) ANTAM terutama upaya pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (dekarbonisasi). Hal ini sejalan dengan komitmen Pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060," kata Nico dalam keterbukaan informasi, Rabu (18/1/2023).
Dalam PJBTL, Antam dan PLN berkomitmen untuk bekerjasama untuk pengadaan kebutuhan listrik pabrik feronikel ANTAM di Kolaka dengan total kapasitas daya sebesar 150 megavolt-ampere (MVA) untuk periode 16 tahun 8 bulan kedepan yang meliputi tahap penyambungan dan operasi.
Dengan adanya suplai listrik ke line operasi pabrik feronikel dari grid PLN ini diharapkan akan mampu mengurangi emisi gas karbon hingga sekitar 50 persen.
Perusahaan juga berupaya menerapkan teknologi yang tepat guna, andal dan ramah lingkungan untuk menurunkan konsumsi energi, serta menerapkan sistem pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk membantu proses efisiensi energi dan pemantauan.
Melalui pemanfaatan energi hijau dan upaya-upaya penurunan emisi GRK yang dilakukan, diharapkan akan mampu membantu Antam dalam upaya pengelolaan lingkungan yang lebih baik demi keberlanjutan perusahaan.
Antam Resmi Spin Off Sebagian Usaha Nikel Rp 9,85 Triliun
Sebelumnya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau disebut Antam resmi melakukan spin off sebagian unit usaha nikel senilai Rp 9,85 triliun.
Mengutip keterbukaan informasi, ditulis Kamis (13/10/2022), perseroan telah menandatangani akta pemisahan sebagian aktiva dan pasiva segmen usaha pertambangan Aneka Tambang ke dalam PT Nusa Karya Arindo (NKA) dan PT Sumberdaya Arindo (SDA).
"Perseroan telah melakukan pemisahan sebagian segmen usaha pertambangan nikel perseroan di wilayah Halmahera Timur, Maluku Utara ke dalam perusahaan terkendali perseroan, yaitu NKA dan SDA, di mana pemisahan sebagian segmen usaha pertambangan nikel perseroan efektif pada 30 September 2022,” tulis manajemen perseroan, dikutip Kamis, 13 Oktober 2022.
Selain itu, pemisahan sebagian segmen usaha nikel ditindaklanjuti dengan peningkatan modal pada NKA dan SDA.
"Nilai penyertaan modal dari perseroan kepada NKA dan SDA secara keseluruhan adalah sebesar Rp 9.859.823.900.000,” tulis manajemen perseroan.
Sementara itu, obyek pemisahan sebagian segmen usaha nikel adalah aktiva dan pasiva milik perseroan yang berada di wilayah izin usaha pertambangan Buli Serani, termasuk di dalamnya aset cadangan dan non-cadangan (tanah, prasarana, bangunan, mesin dan alat produksi, kendaraan dinas serta inventaris), yang mencakup area Tanjung Buli, Sangaji Utara, Moronopo, Sangaji Tenggara dan Sangaji Selatan.
Manajemen menjelaskan, hubungan afiliasi antara perseroan terhadap NKA dan SDA adalah NKA dan SDA merupakan perusahaan terkendali perseroan yang sahamnya dimiliki oleh perseroan secara langsung sebesar 99,99 persen.
"Pemisahan sebagian segmen usaha nikel ini tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kondisi keuangan perseroan karena NKA dan SDA selaku perusahaan penerima pemisahan adalah anak perusahaan terkendali yang 99 persen atau lebih sahamnya dimiliki oleh Perseroan. Oleh karena itu, laporan keuangan NKA dan SDA akan tetap dikonsolidasikan ke dalam perseroan,” tulisnya.
Advertisement