Ayah dari Anak yang Meninggal Akibat Flu Burung di Kamboja Ikut Positif Terinfeksi H5N1

Otoritas Kesehatan Kamboja dan WHO telah melaporkan adanya temuan 2 kasus flu burung H5N1 pada manusia. Namun, satu diantaranya telah dinyatakan meninggal dunia.

oleh Diviya Agatha diperbarui 27 Feb 2023, 16:31 WIB
Dalam foto yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Kamboja ini, seorang petugas kesehatan hewan Kamboja, kanan, dan seorang perwira polisi militer memasang poster tentang kesadaran akan ancaman virus H5N1 dengan harapan dapat mengedukasi penduduk desa untuk menjaga kesehatan mereka, di Prey Veng, Kamis (23/2/2023). Seorang anak perempuan berusia 11 tahun di Kamboja meninggal karena flu burung dalam infeksi H5N1 manusia pertama yang diketahui di negara itu sejak 2014, kata pejabat kesehatan. (Cambodia Ministry of Health via AP)

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan temuan dua kasus flu burung H5N1 pada manusia di Kamboja. Salah satu diantaranya telah dinyatakan meninggal dunia.

Pasien meninggal dunia akibat flu burung H5N1 merupakan anak perempuan berusia 11 tahun. Kini, ayahnya ikut dinyatakan positif terinfeksi oleh virus yang sama.

WHO mengungkapkan bahwa beberapa virus flu burung memang memiliki risiko bermutasi untuk meningkatkan penularan antar manusia. Namun, masih belum jelas apakah dua kasus flu burung di Kamboja kali ini merupakan hasil penularan dari manusia ke manusia atau tidak.

Kasus Pertama di Kamboja Sejak 2014

Otoritas Kesehatan Kamboja mengonfirmasi bahwa temuan kasus flu burung H5N1 pada anak perempuan berusia 11 tahun itu merupakan kasus pertama di Kamboja dalam sembilan tahun terakhir, tepatnya sejak 2014.

Ayah pasien dinyatakan positif terkena virus flu burung H5N1. Namun, berbeda dengan sang anak, hingga kini, ayah pasien tersebut tidak menunjukkan gejala apapun. Adanya 11 kontak erat lainnya juga telah diuji di provinsi Prey Veng, sebelah timur Phnom Penh, Kamboja.

Pasien Meninggal Alami Gejala

Mengutip laman NBC News, Sabtu (25/2/2023), Menteri Kesehatan Kamboja menyatakan bahwa anak perempuan itu didiagnosis terinfeksi flu burung pada 16 Februari lalu. Pasien menunjukkan gejala demam tinggi dan batuk.

Tak lama, ia dipindahkan ke Rumah Sakit Anak Nasional di Phnom Penh. Sayangnya, nyawa anak berusia 11 tahun itu tak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia pada Rabu, 22 Februari 2023.


Risiko Penularan Flu Burung pada Manusia

Bebek berenang di kolam di peternakan desa Snoa di luar Phnom Penh, Kamboja, Kamis (23/2/2023). Virus H5N1 atau flu burung biasanya menular ke manusia lewat kontak langsung. Sejak akhir 2021 Eropa dihantam penyebaran flu burung terburuk. Hal ini juga terjadi Benua Amerika. (AP Photo/Heng Sinith)

Umumnya, risiko penularan flu burung pada manusia masih dianggap rendah. Namun, penyebaran flu burung H5N1 pada spesies burung liar cukup mudah.

Bahkan penularan antar mamalia seperti beruang, rakun, rubah, singa laut, dan cerpelai telah meningkatkan kekhawatiran bahwa virus tersebut dapat bermutasi menjadi versi yang lewat dengan mudahnya diantara manusia.

Pertama Kali Diamati pada 2021

Sebelumnya, wabah flu burung pertama kali diamati kembali pada 2021. Saat itu, kabarnya flu burung telah menyebar di banyak negara termasuk Amerika Serikat.

Menurut Departemen Pertanian AS, akibat temuan itu, hampir 58,5 juta unggas dari peternakan komersial dan pekarangan telah dimusnahkan.


Catatan WHO terkait Flu Burung H5N1

Pekerja kota mengumpulkan pelikan yang mati di pantai Santa Maria di Lima, Peru, Selasa (29/11/2022). Setidaknya 13.000 pelikan telah mati sejauh ini pada bulan November di Sepanjang Pantai Pasifik Peru akibat flu burung, menurut The National Forest and Wildlife Service (Serfor) pada hari Selasa. (AP Photo/Guadalupe Pardo)

WHO telah mencatat adanya temuan beberapa kasus infeksi flu burung H5N1 pada manusia sejak 2021. Setidaknya sudah ada beberapa negara yang melaporkan kasus flu burung H5N1.

Kasus-kasus itu tercatat pada seorang gadis berusia 9 tahun di pedesaan Ekuador, seseorang di Inggris yang memelihara sejumlah besar unggas, dua pekerja di peternakan unggas di Spanyol, dan seorang individu di AS yang terlibat dalam pemusnahan unggas yang terkena dampak di sebuah peternakan.

Dalam kasus ini, pasien telah melakukan kontak dekat dengan burung atau unggas dan sampai sekarang, menurut laporan WHO, belum ada penularan berkelanjutan dari manusia ke manusia yang teridentifikasi.


Bisa Jadi Situasi yang Mengkhawatirkan

Bebek berenang di kolam di peternakan desa Snoa di luar Phnom Penh, Kamboja, Kamis (23/2/2023). Dalam sebuah pernyataan, Menteri Kesehatan Mam Bunheng mengimbau para orang tua untuk menjauhkan anak-anak mereka dari unggas serta unggas yang sakit atau mati. (AP Photo/Heng Sinith)

Direktur kesiapsiagaan dan pencegahan epidemi dan pandemi WHO, Sylvie Briand mengungkapkan bahwa situasi ditemukannya kasus flu burung H5N1 bisa jadi mengkhawatirkan.

Hal tersebut lantaran penyebaran virus terjadi dengan cepat di antara unggas dan infeksi yang terdeteksi pada mamalia dan manusia.

“WHO mengambil risiko dari virus ini dengan serius dan mendesak peningkatan kewaspadaan dari semua negara,” kata Sylvie dalam jumpa pers virtual.

Infografis 5 Tips Tidur Malam Berkualitas di Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya