Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan temuan dua kasus flu burung H5N1 pada manusia di Kamboja. Salah satu diantaranya telah dinyatakan meninggal dunia.
Pasien meninggal dunia akibat flu burung H5N1 merupakan anak perempuan berusia 11 tahun. Kini, ayahnya ikut dinyatakan positif terinfeksi oleh virus yang sama.
Advertisement
WHO mengungkapkan bahwa beberapa virus flu burung memang memiliki risiko bermutasi untuk meningkatkan penularan antar manusia. Namun, masih belum jelas apakah dua kasus flu burung di Kamboja kali ini merupakan hasil penularan dari manusia ke manusia atau tidak.
Kasus Pertama di Kamboja Sejak 2014
Otoritas Kesehatan Kamboja mengonfirmasi bahwa temuan kasus flu burung H5N1 pada anak perempuan berusia 11 tahun itu merupakan kasus pertama di Kamboja dalam sembilan tahun terakhir, tepatnya sejak 2014.
Ayah pasien dinyatakan positif terkena virus flu burung H5N1. Namun, berbeda dengan sang anak, hingga kini, ayah pasien tersebut tidak menunjukkan gejala apapun. Adanya 11 kontak erat lainnya juga telah diuji di provinsi Prey Veng, sebelah timur Phnom Penh, Kamboja.
Pasien Meninggal Alami Gejala
Mengutip laman NBC News, Sabtu (25/2/2023), Menteri Kesehatan Kamboja menyatakan bahwa anak perempuan itu didiagnosis terinfeksi flu burung pada 16 Februari lalu. Pasien menunjukkan gejala demam tinggi dan batuk.
Tak lama, ia dipindahkan ke Rumah Sakit Anak Nasional di Phnom Penh. Sayangnya, nyawa anak berusia 11 tahun itu tak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia pada Rabu, 22 Februari 2023.
Risiko Penularan Flu Burung pada Manusia
Umumnya, risiko penularan flu burung pada manusia masih dianggap rendah. Namun, penyebaran flu burung H5N1 pada spesies burung liar cukup mudah.
Bahkan penularan antar mamalia seperti beruang, rakun, rubah, singa laut, dan cerpelai telah meningkatkan kekhawatiran bahwa virus tersebut dapat bermutasi menjadi versi yang lewat dengan mudahnya diantara manusia.
Pertama Kali Diamati pada 2021
Sebelumnya, wabah flu burung pertama kali diamati kembali pada 2021. Saat itu, kabarnya flu burung telah menyebar di banyak negara termasuk Amerika Serikat.
Menurut Departemen Pertanian AS, akibat temuan itu, hampir 58,5 juta unggas dari peternakan komersial dan pekarangan telah dimusnahkan.
Advertisement
Catatan WHO terkait Flu Burung H5N1
WHO telah mencatat adanya temuan beberapa kasus infeksi flu burung H5N1 pada manusia sejak 2021. Setidaknya sudah ada beberapa negara yang melaporkan kasus flu burung H5N1.
Kasus-kasus itu tercatat pada seorang gadis berusia 9 tahun di pedesaan Ekuador, seseorang di Inggris yang memelihara sejumlah besar unggas, dua pekerja di peternakan unggas di Spanyol, dan seorang individu di AS yang terlibat dalam pemusnahan unggas yang terkena dampak di sebuah peternakan.
Dalam kasus ini, pasien telah melakukan kontak dekat dengan burung atau unggas dan sampai sekarang, menurut laporan WHO, belum ada penularan berkelanjutan dari manusia ke manusia yang teridentifikasi.
Bisa Jadi Situasi yang Mengkhawatirkan
Direktur kesiapsiagaan dan pencegahan epidemi dan pandemi WHO, Sylvie Briand mengungkapkan bahwa situasi ditemukannya kasus flu burung H5N1 bisa jadi mengkhawatirkan.
Hal tersebut lantaran penyebaran virus terjadi dengan cepat di antara unggas dan infeksi yang terdeteksi pada mamalia dan manusia.
“WHO mengambil risiko dari virus ini dengan serius dan mendesak peningkatan kewaspadaan dari semua negara,” kata Sylvie dalam jumpa pers virtual.
Advertisement