Selain Pertamina Geothermal Energy, Ini Deretan Emiten Garap Sektor Energi Baru Terbarukan

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk/PGE (PGEO), salah satu emiten baru yang bergerak di sektor energi baru terbarukan. Selain PGE, ada emiten lain yang sudah masuk dan jajaki sektor energi baru terbarukan.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 25 Feb 2023, 13:49 WIB
Sejumlah emiten di pasar modal Indonesia menggarap sektor energi baru terbarukan (EBT). Terbaru ada PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). (Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah menggenjot sektor energi baru terbarukan alias EBT. Hal itu tercermin dari Peraturan Presiden (Perpres) 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik pada 13 September 2022. 

Sejumlah emiten pun berbondong-bondong menggarap bisnis energi baru terbarukan alias EBT. Terbaru, ada PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat, 24 Februari 2023.

Lantas, emiten apa saja yang tengah menggarap bisnis EBT?

Berikut ini merupakan daftar emiten dengan bisnis EBT yang dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber.

1.PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO)

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (Adaro) telah melakukan diversifikasi bisnis melalui pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT).

Hal ini ditandai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tanah Laut, Kalimantan Selatan, berkapasitas 70 MW. Dalam proyek tersebut Adaro melalui anak usahanya PT Adaro Power menggandeng Total Eren.

Keduanya memenangkan tender setelah memberikan penawaran harga listrik per kWh terendah kepada PT PLN (Persero). Penawaran tersebut merupakan yang terendah dalam sejarah pembangunan PLTB di Indonesia.

Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan mengatakan, proyek tersebut menjadi tanda bisnis Adaro sudah mengarah ke EBT, tidak hanya batu bara. Langkah ini juga bukti nyata dukungan Adaro dalam mempercepat transisi energi guna mencapai target net zero emission pada 2060.

 


2 PT Arkora Hydro Tbk (ARKO)

Pencatatan perdana saham PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), Jumat, 8 Juli 2022 di BEI (Foto: BEI)

PT Arkora Hydro Tbk berhasil meraup dana segar dari pasar modal melalui penawaran IPO sebanyak Rp 182,67 miliar. Sbesar 63 persen dana IPO tersebut dialokasikan untuk  tambahan investasi pada anak perusahaan yang akan dimaksimalkan guna pengembangan proyek-proyek EBT ke depan, yaitu 54 persen di PT Arkora Hydro  Sulawesi (AHS), 29 persen di PT Arkora Energi Baru, dan 17 persen di PT Arkora Tenaga Matahari.  

Arkora Hydro telah menyelesaikan pembangunan proyek mini hidro Cikopo-2 dengan total biaya  USD 1,65 juta atau Rp 24,72 miliar (asumsi kurs Rp 14.984 per dolar Amerika)/MW. 

Tak hanya itu, ARKO juga mengerjakan proyek Tomasa. Pengerjaan proyek Tomasa menelan  biaya investasi USD 1,75 juta atau Rp 26,66 juta/MW. Biaya investasi tersebut di bawah rata-rata industri sebesar  USD 2,2 - 2,5 juta atau Rp 32,96-/37,46MW. 

Proyek Tomasa merupakan pembangkit listrik berkapasitas 10 (2x5) MW. Proyek ini milik  ARKO melalui anak usahanya, yaitu PT Arkora Sulawesi Selatan. Tomasa proyek memasuki  tahapan commercial operations date (COD) pada Maret 2020 lalu.

Sementara proyek Yaentu di Poso (Sulawesi Tengah) sedang dalam konstruksi. Proyek Yaentu  dengan kapasitas 10 (2x5) MW ini dikembangkan oleh PT Arkora Hydro Sulawesi, anak  perusahaan tidak langsung milik ARKO. 

"Proyek ini sedang dalam pengerjaan. Hingga Maret  2022, proses pengerjaan proyek telah mencapai 50 persen. Proyek ini ditargetkan memasuki tahapan  COD pada kuartal I 2023,” kata Manajemen Perseroan.

ARKO juga sedang melakukan persiapan tahap konstruksi Proyek Kukusan-2 di Lampung,  Sumatera dengan kapasitas 5,4 MW. Proyek PLTA ini ditargetkan beroperasi pada kuartal IV  2024.

Arkora Hydro terus berkomitmen untuk meningkatkan bauran energi terbarukan melalui  pembangunan pembangkit listrik tenaga air dalam turut serta berpartisipasi membangun Indonesia.


3. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA)

Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) menjajaki peluang kerja sama bisnis di bidang energi surya. Merujuk keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Dian Swastatika Sentosa melalui entitas anak, PT Daya Anugerah Sejati Utama menandatangani Nota Kesepahaman dengan Trina Solar Co. Ltd, PT Indonesia Power, dan PT Agra Surya Investindo untuk menjajaki peluang kerja sama untuk merencanakan, membangun, membiayai, dan mengoperasikan pabrik sel dan modul fotovoltaik surya.

Pabrik sel dan modul fotovoltaik surya  tersebut memiliki kapasitas produksi masing-masing sebesar 1 GW per tahun dan memasarkan produk sel dan modul fotovoltaik surya di Indonesia. 

4 PT Sky Energy Indonesia Tbk (JSKY)

PT Sky Energy Indonesia Tbk (JSKY) berdiri sejak 2008, perusahaan ini bergerak di bidang energi terbarukan.  Melansir Yahoo Finance, Sky Energy Indonesia memproduksi dan menjual modul surya untuk rumah, dan sektor komersial dan pemerintahan di seluruh dunia.  

Perusahaan ini menawarkan panel surya polikristalin, monokristalin, dan fleksibel, serta perangkat surya portabel, bola lampu, lampu, dan lampu dioda pemancar cahaya, sistem pemasangan surya, solusi sistem, inverter surya dan solusi pemantauan, dan solusi penyimpanan energi.  Selain itu, Perseroan juga terlibat dalam desain, instalasi, dan pemeliharaan pembangkit listrik tenaga surya. 

 


6. PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN)

Ilustrasi PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN) (Dok: Kencana Energi Lestari)

PT Kencana Energi Lestari Tbk, perusahaan yang fokus di bidang pembangkit listrik dari sumber energi baru terbarukan (EBT), berhasil mencetak kinerja positif sepanjang sembilan bulan pertama 2022.

Kencana Energy mencatatkan peningkatan laba bersih USD10,24 juta. Angka ini meningkat USD 7,11 juta atau 227 persen dibandingkan tahun lalu yang hanya USD 3,13 juta.

Sementara itu, portofolio energi terbarukan Kencana Energy saat ini mencakup tiga pembangkit listrik tenaga air dan satu pembangkit listrik tenaga biomassa.

Setiap pembangkit listrik tenaga air dioperasikan oleh salah satu anak perusahaan Kencana Energy yaitu PLTA Pakkat (18MW) di Sumatera Utara, yang dioperasikan oleh entitas anak Perseroan secara langsung yaitu PT Energy Sakti Sentosa.

Kemudian, PLTA Air Putih (21 MW) di Bengkulu yang dioperasikan oleh entitas anak Perseroan secara langsung yakni PT Bangun Tirta Lestari, serta PLTMH Madong (10MW) di Toraja Utara yang dioperasikan entitas anak Perseroan secara tidak langsung, yaitu PT Nagata Dinamika Hidro Madong.

Tenaga air saat ini mencapai sekitar 91 persen dari output energi yang dihasilkan Kencana Energy. Pembangkit biomassa-nya, PLTBM Tempilang 2 (5 MW) terletak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan dioperasikan oleh PT Biomassa Energi Jaya, di mana Kencana Energy memiliki 49 persen kepemilikan minoritas.

Ke depan, Kencana Energy sudah ada rencana untuk terus fokus melakukan ekspansi di sektor EBT melalui tiga PLTA dan satu PLTB, yaitu PLTA Sumatera 1 (35 MW), PLTA Sulawesi 1 (75 MW), PLTA Sulawesi 2 (90 MW), dan PLTB Sulawesi 5 (62 MW).


7 PT Indika Energi Tbk (INDY)

 PT Indika Energy Tbk (INDY) (Foto: PT Indika Energy Tbk)

PT Indika Energy Tbk (INDY) berkomitmen mencapai net zero emisi pada 2050. Bersamaan dengan itu, Indika Energy mencanangkan pendapatan dari non batu bara andil 50 persen pada 2025. Sehingga perseroan melakukan diversifikasi portofolio pada lini bisnis berkelanjutan.

Teranyar, PT Indika Energy Tbk (INDY) melalui anak usaha perseroan yaitu PT Mitra Motor Group (MMG) mendirikan perusahaan patungan bersama Foxteq Singapore Pte Ltd pada 22 September 2022. Perusahaan patungan itu bernama PT Foxconn Indika Motor (FIM).

Selain itu, perseroan juga menginisiasi green business solar power dengan mendirikan PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS). Yakni usaha patungan yang diprakarsai Indika Energy dengan Fourth Partner Energy (4PEL), pengembang tenaga surya terkemuka di India. Perusahaan patungan ini fokus menyediakan platform solusi energi terbarukan satu atap untuk sektor komersial dan industri di Indonesia.

Untuk mengurangi exposure dari bisnis batu bara, Indika juga memiliki Indika Multi Properti dengan empat konsesi hutan tanaman industri seluas lebih dari 170 ribu hektar di KAlimantan. Perusahaan ini, memiliki rencana untuk mengembangkan wood pellet untuk biomassa dan carbon offset.


8. PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA)

Wakil Direktur Utama TBS Energi, Pandu P. Sjahrir saat paparan publik TBS Energi Utama (TOBA), Kamis (1/12/2022) (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)

PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) atau TBS menyiapkan sekitar USD 1 miliar atau sekitar Rp 14,3 triliun (kurs Rp 14.287 per USD) untuk investasi pada net zero carbon.

Vice President Director PT TBS Energi UtamaTbk, Pandu Patria Sjahrir mengatakan, perseroan menargetkan net zero carbon pada 2030.

"Kami telah berkomitmen untuk menjadi Net Zero pada tahun 2030 dan itu akan menjadi tugas yang cukup menakutkan. Tapi kami pada dasarnya mengatakan bahwa kami akan berinvestasi hampir USD 1 miliar dari arus kas internal kami," kata Pandu dalam webinar The Future of Mobility in a Net-Zero World, Rabu (16/3/2022).

Pandu menambahkan, bertahun-tahun perseroan juga telah investasi dalam berbagai hal terkait energi terbarukan. Di saat bersamaan, perseroan juga melakukan pengembangan infrastruktur digital lantaran disebut menjadi pasar dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia.

Pada kuartal IV 2021, TBS membentuk usaha patungan (joint venture) dengan Gojek yang bernaung dalam PT Goto Gojek Tokopedia Tbk.

Lewat usaha patungan ini, Gojek dan TBS akan mengembangkan usaha bisnis dalam bidang manufaktur kendaraan listrik roda dua, teknologi pengemasan baterai, infrastruktur penukaran baterai, hingga pembiayaan kepemilikan kendaraan listrik.

 


9. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO)

Langkah PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) dinilai sangat positif bagi perusahaan.

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, salah satu perusahaan panas bumi dengan kapasitas terpasang terbesar di dunia. Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto menuturkan, pihaknya akan terus mendukung rencana pemerintah untuk meningkatkan bauran energi terbarukan menuju tercapainya net zero emission pada 2060 dan tentu di dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengembangan PGE akan terus berkordinasi serra berkolaborasi dengan semua pihak terkait.

"Sebagai perusahaan terbuka, PGE akan terus menjalankan tata kelola baik sesuai regulasi yang berlaku untuk terus meningkatkan kinerja membuka peluang-peluang yang lebih luas lagi dalam mendukung sektor energi terbarukan berbasis panas bumi," kata Ahmad.

Selain itu, PGE ingin membantu membawa Indonesia menjadi global geothermas powerhouse. Dia menyebutkan, perolehan dana IPO ini sebagian besar akan dimanfaatkan dalam rangka mendukung rencana Perseroan mengembangkan kapasitas terpasang sebesar 600 megawatt (MW) hingga 2027 mendatang.

Perseroan menargetkan untuk meningkatkan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672 MW saat ini menjadi 1.272 MW pada 2027. Selain itu, juga mendukung ambisi PGE untuk terus tumbuh dan mengembangkan seluruh value chain dari sumberdaya panas bumi Indonesia, sesuai dengan tagline PGE "Energizing Green Future".


10. PT Semacom Integrated Tbk (SEMA)

Pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik industri Indonesia diprediksi tumbuh 3,6 kali lipat pada 2036 dibanding 2020

PT Semacom Integrated Tbk (SEMA) siap penuhi kebutuhan energi terbarukan di dalam negeri. Perseroan menangkap peluang salah satunya dari target pemerintah untuk mencapai proporsi energi baru terbarukan 23 persen dari total sumber energi pada 2025.

Direktur Utama PT Semacom Integrated Tbk, Rudi Intan mengatakan, hal itu merupakan ceruk yang tengah dibidik perseroan, yang memiliki prospek pasar yang semakin menjanjikan.

Pengembangan bisnis perseroan pada produk panel surya yang telah teruji sejak 2021 dengan inisiasi beberapa proyek PLTS, menjadi kekuatan yang semakin memperkuat perseroan dalam menghadapi persaingan dengan kompetitornya.

Seiring dengan bertambahnya permintaan di dalam negeri, perseroan dapat memenuhi kebutuhan tersebut, di antaranya untuk suplai komponen inverter dan baterai.

Selama ini, sumber bahan baku yang digunakan perseroan berasal dari dalam negeri dan khusus untuk komponen lithium berasal dari luar negeri dan cukup tersedia di pasar.

"Untuk mendorong prospek bisnis ke depan, perseroan terus mendorong peningkatan fasilitas produksi pabrik Perseroan yang dilengkapi dengan fasilitas produksi, CNC line, fasilitas uji coba (Dielectric Test & Secondary Injection), fasilitas R&D, serta gudang material dan barang hasil produksi," kata Rudi, Jumat, 20 Mei 2022.

 

 

Contoh Infografis Hemat Energi (Hemat Energi di Rumah). Sumber : www.kominfo.go.id/

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya