Liputan6.com, Jakarta - Kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satrio pada Christalino David Ozora masih jadi topik hangat perbincangan online. Di antara ungkapan "tidak habis pikir," warganet juga menulis ragam pendapat lain, termasuk bagaimana Mario merupakan contoh "generasi stroberi."
"Privilege orangtua hanya akan melahirkan generasi strawbery, dan orangtua strawbery akan melahirkan generasi ongol-ongol ... Anak dimanja ya jadi belatung, bukan rajawali," kicau akun Twitter @Rezasyariatii dalam sebuah tweet viral, baru-baru ini.
Baca Juga
3 Respons Kuasa Hukum Usai David Jadi Korban Kebrutalan Anak Eks Pejabat Pajak Mario Dandy
Kondisi David Latumahina Korban Dugaan Penganiayaan Mario Dandy Anak Eks Pejabat Pajak Belum Sadar Tapi Sudah Ada Gerakan Tangan dan Kaki
Pengacara Bantah AG Pacar Mario Dandy Asyik Selfie Dekat Tubuh David Latumahina yang Terkapar Tak Berdaya
Advertisement
Mengutip situs web Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Sabtu, 25 Februari 2023, istilah generasi stroberi awalnya muncul dari Taiwan. "Istilah ini ditujukan pada sebagian generasi baru yang lembek, seperti buah stroberi," tulis pihaknya.
Mereka menyambung, "Pemilihan buah stroberi untuk penyebutan generasi baru ini juga karena buah tersebut tampak indah dan eksotis, tapi begitu ditekan, itu akan mudah sekali hancur."
Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya yang berjudul Strawberry Generation menjelaskan bahwa generasi ini sebenarnya penuh dengan gagasan kreatif, tapi mereka cenderung mudah menyerah dan gampang sakit hati. Di kanal YouTube-nya, Prof. Rhenald juga menyinggung "orangtua stroberi," yakni orangtua yang terlalu memanjakan anak mereka.
"Ada orangtua yang memberikan fasilitas berlebihan pada anak-anaknya. Ada yang memberikan ajudan, asisten, driver, beragam hal yang seharusnya belum didapatkan anak-anak," ia menyebut.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada dua jenis karakteristik dalam generasi stroberi. Karakteristik generasi stroberi positif, yakni menyukai tantangan, bekerja tidak hanya karena uang, berani menyampaikan pendapat, dan mudah beradaptasi dengan teknologi.
Sementara itu, karakteristik generasi stroberi negatif meliputi terjebak zona nyama, tidak memiliki rasa tanggung jawab, mudah menyerah, serta memiliki harapan yang tidak realistis. Selain generasi stroberi, di Singapura juga dikenal generasi durian.
Generasi Durian?
Mengutip Asian Parent, banyak orangtua yang pada dasarnya bingung membedakan generasi stroberi dengan generasi durian. Anak-anak dari generasi stroberi diasosiasi pada mereka yang lahir di tahun 1980-an. Sementara, anak-anak yang lahir pada era 1990-an dan selanjutnya diidentifikasi sebagai generasi durian.
Pengertian keduanya tidak terlalu berbeda. Generasi durian mengacu pada anak-anak yang menjengkelkan dan berbuat semaunya sendiri. Tapi, mereka lembek di dalam dan tidak dapat melindungi diri sendiri, sehingga harus mengandalkan eksterior tajam dan berduri, dalam hal ini orangtua mereka, untuk melindungi diri.
Menghindarinya, orangtua disarankan menetapkan beberapa aturan sesuai usia anak, sehingga mereka memahami batasan diri. Untuk balita, disarankan berpegang pada tiga atau empat aturan yang tidak dapat dinegosiasi, seperti tidak boleh memukul, tidak boleh menggigit orang lain, dan membereskan mainan setelah selesai bermain.
Lalu, jika anak sudah lebih besar, ada baiknya duduk bersama dan berbicara secara terbuka tentang perilaku mereka dari waktu ke waktu. Jika anak melakukan sesuatu yang tidak Anda setujui sebagai orangtua, Anda harus memberi tahu mereka secara langsung.
Advertisement
Membesarkan Anak Generasi Stroberi dan Generasi Durian
Saat membesarkan anak-anak dari generasi stroberi maupun generasi durian, atau bahkan setelahnya, memvalidasi emosi mereka tetap penting. Pasalnya, titel "lembek" ini bisa saja muncul karena orang dewasa mengesampingkan perasaan anak mereka.
Ketika anak-anak tumbuh, orangtua terkadang "mewariskan" masalah kesehatan mental mereka. Sebagian besar orangtua melakukan ini secara tidak sengaja karena masalah yang ditimbulkan generasi masing-masing. Selain itu, anak-anak juga mengembangkan perilaku buruk ketika orangtua menolak mengakui perasaan mereka.
"Ini juga terjadi ketika kita terus membeli apa yang mereka inginkan atau membuat mereka merasa bersalah karena mengekspresikan emosi mereka," sambung publikasi itu.
Selain itu, orangtua juga harus berhenti membiarkan anak-anak lolos dari tindakan buruk mereka. "Mereka tidak akan belajar apapun jika Anda tidak menganggap serius peringatan Anda," catat pihaknya.
Di sisi lain, orangtua juga perlu mencatat konsistensi tindakan anak-anak. Jika mereka terus mengulangi perilaku buruk, orangtua disarankan berbicara dengan mereka untuk mencari tahu alasan yang mendasari tindakan mereka.
Orangtua Generasi Durian
Lebih lanjut dijelaskan bahwa jika orang tua cepat menyelamatkan anak-anak mereka dari membuat kesalahan, itu mungkin hanya membuat mereka gagal di kemudian hari. "Anda mungkin berpikir bahwa memanjakan anak Anda membantu mendorong kepercayaan dirinya, tapi dengan melindunginya dari kekecewaan dalam hidup dan terlalu menguntungkannya untuk setiap pencapaian kecil, Anda akan mengurangi keinginannya melakukan upaya apapun," catat outlet itu.
Itu juga memengaruhi kemampuan anak mengatur diri sendiri karena mereka tidak diberi kesempatan untuk menantang diri sendiri. Orangtua yang bertindak sebagai "sekam berduri" anak-anak begitu melindungi mereka sampai pada titik-titik yang memungkinkan anak melakukan sesuatu yang mengerikan terhadap orang lain, atau membelokkan tanggung jawab atas pilihan mereka yang buruk.
Orangtua generasi durian dengan cepat membela anak-anak mereka dan menyalahkan orang lain atas segalanya. Alih-alih membiarkan anak menerima tanggung jawab atas tindakannya sendiri, orangtua justru rela menghadapi konsekuensi tindakan anak mereka.
Jadi, apakah Anda termasuk orangtua generasi durian?
Advertisement