Liputan6.com, Jakarta - Industri properti di tanah air yang mengalami kebangkitan pasca pandemi sepanjang 2022. Namun memang di akhir tahun ada siklus stagnansi sehingga pertumbuhannya tidak terlalu tinggi.
Country Manager Rumah.com Marine Novita mengungkapkan, berdasarkan data Rumah.com Indonesia Property Market Report kuartal I 2023 terlihat bahwa pada akhir 2022 industri properti mengalami stagnasi baik dari sisi indeks harga maupun indeks suplai, serta penurunan permintaan.
Advertisement
"Rumah.com Indonesia Property Market Report kuartal I 2023 menunjukkan kenaikan tipis sebesar 1 persen pada indeks harga secara kuartalan di pada kuartal keempat 2022 dan kenaikan sangat tipis sebesar 0,3 persen secara kuartalan pada indeks suplai. Sementara indeks permintaan pasar secara nasional turun sebesar 40,4 persen secara kuartalan," jelasnya dalam keterangan tertulis, Minggu (25/2/2023).
Marine menjelaskan, stagnasi yang terlihat pada indeks harga, suplai, serta tren negatif pada indeks permintaan secara nasional diperkirakan sebagai tren tahunan, di samping adanya tren kenaikan suku bunga dan tidak lepas dari kondisi makroekonomi secara global.
Tren tahunan Industri Properti
Tren tahunan industri properti di mana biasanya di akhir tahun pengeluaran masyarakat lebih banyak pada hal konsumtif seperti merayakan natal dan tahun baru serta liburan bersama keluarga sehingga menjadi penyebab turunnya minat terhadap pasar properti pada kuartal keempat 2022.
Meskipun terjadi stagnasi dan penurunan permintaan, namun sejumlah wilayah di Jabodetabek tetap menunjukkan tren positif pada kuartal keempat ini, seperti kawasan Kabupaten Tangerang dan Bogor. Selain itu tren pencarian properti terhadap hunian di atas Rp 1 miliar juga terus meningkat.
Harga Properti Nasional
Indeks harga properti nasional pada kuartal keempat 2022 hanya naik sebesar 1 persen secara kuartalan pada kuartal keempat 2022. Secara tahunan trennya masih menunjukkan kenaikan yang moderat sebesar 5,8 persen. Sementara dari sisi suplai, indeks suplai secara nasional hampir stagnan, dengan kenaikan hanya sebesar 0,3 persen secara kuartalan. Secara tahunan, kenaikan indeks suplai juga terlihat cukup moderat, yakni sebesar 6,8 persen.
Tipisnya kenaikan indeks harga properti dan suplai properti, yang dibarengi dengan turunnya indeks permintaan pasar diperkirakan sebagai dampak musiman. Konsumen tampaknya lebih fokus pada pengeluaran konsumtif untuk Natal dan Tahun Baru serta libur akhir tahun.
Dari sisi konsumen, meskipun indeks permintaan mengalami penurunan namun permintaan terhadap hunian pada kuartal keempat 2022 masih didominasi oleh permintaan terhadap rumah tapak, yakni sebesar 92 persen dari total pencarian hunian.
Pasca pandemi tren properti tampaknya mulai kembali pada siklus tahunannya. Sebelum pandemi, kuartal kedua dan kuartal keempat selalu menjadi kuartal yang ‘sepi’ pada sektor properti karena pada periode ini konsumen lebih fokus pada pengeluaran untuk konsumsi.
Advertisement
Belanja Hari Raya
Marine menjelaskan bahwa jika pada kuartal kedua konsumen lebih fokus pada belanja Hari Raya Idul Fitri dan kegiatan mudik, konsumen pada kuartal keempat akan lebih fokus pada belanja dan liburan akhir tahun. Tren ini direspon pengembang dengan menunda peluncuran unit baru dan menahan kenaikan harga.
“Alasan yang memperkuat keyakinan bahwa stagnansi pada kuartal keempat merupakan tren musiman, yang pertama adalah indeks harga dan suplai properti masih tetap menunjukkan kenaikan secara tahunan. Kedua, tren pencarian properti untuk harga di atas Rp 1 miliar juga terus meningkat. Ini artinya daya beli konsumen masih tetap terjaga,” Marine.