Korset Bakal Dilarang Dipakai di Drama, Ada Apa?

Jaringan penayangan drama, termasuk Netflix, akan melarang para aktris memakai korset.

oleh Asnida Riani diperbarui 26 Feb 2023, 04:00 WIB
Bridgerton Season 2 yang memperlihatkan para pemainnya memakai korset (Foto: Netflix)

Liputan6.com, Jakarta - Dari Downton Abbey sampai Bridgerton, korset telah jadi busana andalan drama-drama TV paling populer. Tapi, itu tidak akan bertahan lebih lama lagi karena jaringan penayangan drama, termasuk Netflix, melarang para aktris memakainya.

Mengutip The Sun, Sabtu, 25 Februari 2023, dalam sebuah langkah untuk "menenangkan" aktris muda, para bintang drama akan diizinkan mengenakan pakaian dalam mereka sendiri. Seorang sumber mengatakan, "Korset terkenal membatasi dan banyak aktris mengeluh pada departemen pakaian tentang dampak negatif (pemakaiannya), baik jangka pendek maupun panjang, setelah 12 jam atau 14 jam sehari mengenakannya di lokasi syuting."

"Pada dasarnya, ada masalah kesehatan dan keselamatan tentang menjaga wanita dari (pemakaian) korset selama berminggu-minggu dalam suatu waktu," imbuhnya. "Banyak bintang telah melaporkan mengalami memar, bahkan kesulitan bernafas."

"Di dunia saat ini yang semakin berkembang, kita tidak lagi berbicara tentang mendorong wanita memiliki pinggang lebih ramping. Mungkin mencerminkan waktu, tapi kru produksi dan penonton ingin dilihat dalam kacamata progresif. Ini momen besar dalam sejarah drama," ia mengatakan.

Produsen Bridgerton, baru-baru ini, memberi tahu para pemain bahwa mereka tidak akan lagi diminta memakai korset. Desainer kostum telah diminta mencari opsi pakaian dalam alternatif atau memungkinkan bintang mengenakan pakaian dalam mereka sendiri.

Dipahami bahwa ITV telah mengikuti langkah tersebut. BBC juga bergabung dalam gerakan pemoikotan korset. Tahun lalu, bintang Bridgerton, Simone Ashley, yang memerankan Kate Sharma, mengungkap kebenciannya terhadap korset.


Sejarah Korset

Potongan serial "Bridgerton" di mana para pemainnya memakai korset. (Foto: LIAM DANIEL/NETFLIX)

Korset, pakaian kaku yang menggabungkan boning untuk membentuk tubuh, memiliki sejarah kontroversial, catat Vogue. Lama diejek sebagai instrumen penyiksaan patriarki yang merusak tubuh wanita, sejarawan berpendapat anggapan itu justru tidak mendasar, dan bahwa beberapa wanita mungkin menanggap item tersebut punya dampak positif bagi tubuh mereka.

Korset dikenakan wanita, dan kadang-kadang pria, di dunia barat dari abad ke-16 hingga awal abad ke-20, meski pakaian seperti korset sudah muncul pada awal 1600 SM. Apa yang dimulai sebagai korset tanpa lengan berevolusi jadi pakaian dalam dengan tetap terbuat dari whalebone dan baja yang mengelilingi tulang rusuk dan memampatkan pinggang alami.

Bentuk korset berevolusi selama 400 tahun digunakan, bergantian antara varietas lebih panjang yang menutupi pinggul ke versi lebih pendek yang berpusat di pinggang. Korset membantu membentuk tubuh jadi siluet yang khas, dari bentuk jam pasir yang populer di tahun 1800-an hingga figur "S" tahun 1900-an.


Diskusi Seputar Korset

Ilustrasi korset. (dok. unsplash/Jamie Coupaud)

Diskusi tentang korset yang merugikan kesehatan wanita datang pada abad ke-19, ketika penggunaan korset berada pada titik tertinggi. Tersedia dalam berbagai titik harga, korset dikenakan wanita kelas atas dan menengah, disusul wanita kelas pekerja.

Beberapa dokter menyalahkan korset untuk penyakit pernapasan, kelainan bentuk tulang rusuk, kerusakan pada organ internal, cacat lahir, dan keguguran. Sementara, yang lain menyetujui korset yang kurang kaku dapat membantu mendukung tubuh.

Sejarawan mode, Valerie Steele dan Colleen Gau, berpendapat bahwa sementara wanita yang memakai korset mungkin menghadapi gangguan volume paru-paru dan perubahan pola pernapasan, ini tidak selalu menyebabkan penyakit pernapasan. Tapi, pemakaiannya berisiko menyebabkan seseorang "pingsan dan menurunkan vitalitas mereka."

Steele juga berpendapat bahwa praktik mengikat korset untuk membuat pinggang sekecil mungkin tidak dapat dipandang dari satu sisi. Surat, deskripsi, dan gambar yang lekat pada praktik ini semata dianggap mewakili fantasi seksual daripada deskripsi pengalaman autentik.


Ditinggalkan tapi Tidak Benar-Benar Hilang

Olivia Ridrigo memakai dress hitam ilusi optik Vivienne Westwood dengan sparkling warna hot pink (Foto: Instagram @recordingacademy)

Pengenalan elastis pada 1920-an memunculkan korset olahraga fleksibel yang digunakan wanita yang tertarik dengan gaya hidup aktif. Namun, iklan untuk korset dan artikel tentang gaya korset terbaru muncul dalam mode sepanjang awal abad ke-20, menunjukkan bahwa wanita masih mencari pakaian eksternal ini untuk membentuk dan mendukung tubuh mereka.

Dengan pergeseran menuju olahraga dan gaya hidup sehat pada 1960-an dan 1970-an, korset sebagai pakaian dalam ditinggalkan, tapi fokusnya sudah diinternalisasi. Alih-alih mengandalkan pakaian, wanita beralih ke diet, olahraga, dan operasi plastik untuk membentuk tubuh mereka.

Saat ini, korset masih dipakai para penggemarnya dan sebagai bagian dari praktik fetisistik dan cross-dressing. Sementara korset mungkin tidak lagi jadi bagian dari rata-rata rutinitas sehari-hari wanita, item ini tidak pernah benar-benar menghilang dari dunia mode.

Pada tahun 1970-an, mendiang Vivienne Westwood mulai menggunakan korset sebagai bagian dari estetika punk historisnya. Westwood membayangkan korset sebagai pemberdaya wanita daripada pengikat mereka.

Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya