Risiko Flu Burung, Kemenkes Sebut 2 Wilayah Ini Perlu Diawasi Ketat

Dua wilayah perlu pengawasan ketat untuk antisipasi risiko penularan Flu Burung kepada manusia.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 26 Feb 2023, 15:00 WIB
Bebek berenang di kolam di peternakan desa Snoa di luar Phnom Penh, Kamboja, Kamis (23/2/2023). Virus H5N1 atau flu burung biasanya menular ke manusia lewat kontak langsung. Sejak akhir 2021 Eropa dihantam penyebaran flu burung terburuk. Hal ini juga terjadi Benua Amerika. (AP Photo/Heng Sinith)

Liputan6.com, Jakarta - Upaya mengantisipasi kemungkinan risiko penularan Flu Burung Clade Baru 2.3.4.4b di Indonesia, ada dua wilayah yang perlu mendapat pengawasan ketat. Utamanya, daerah yang berhubungan dengan unggas dan satwa liar.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, pihaknya berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian (Kementan) serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Koordinasi juga dilakukan menindaklanjuti Surat Edaran (SE) Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian No.16183/PK.320/F/01/2023 tertanggal 16 Januari 2023.

Pada SE tersebut, Kementan telah mengidentifikasi positif virus H5N1 clade 2.3.4.4b melalui uji PCR dan sekuencing di peternakan komersial bebek peking yang tidak divaksin di Kalimantan Selatan.

"Betul, lokasi peternakan unggas atau wilayah konservasi satwa liar perlu pengawasan yang ketat terhadap kemungkinan penularan H5N1 ke manusia," terang Nadia kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Sabtu, 25 Februari 2023.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Kementan dan KLHK untuk mengantisipasi situasi ini dengan melakukan rapat koordinasi pada 15 Februari 2023 untuk merespons SE Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan – Kementan Nomor 16183 tahun 2023 tentang Peningkatan Kewaspadaan terhadap Highly Pathogenic Avian Influenza subtype H5N1 Clade 2.3.4.4b."


Kematian Unggas Air Meningkat

Burung Booby Peru terbaring mati di pantai Santa Maria di Lima, Selasa (29/11/2022). Setidaknya 13.000 pelikan telah mati sejauh ini pada bulan November di Sepanjang Pantai Pasifik Peru akibat flu burung, menurut The National Forest and Wildlife Service (Serfor) pada hari Selasa. (AP Photo/Guadalupe Pardo)

SE Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian No.16183/PK.320/F/01/2023 menekankan, perlunya peningkatan kewaspadaan dalam monitoring virus influenza (Flu Burung H5N1).

Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan RI Nasrullah.

Dalam surat edaran tentang peningkatan kewaspadaan Highly Pathogenic Avian Influenza atau HPAI subtipe H5N1 tersebut, Kementan juga menyebutkan, adanya kenaikan wabah HPAI H5N1 Clade 2.3.4.4b dan Clade 2.3.2.1c di dunia.

Laporan iSIKHNAS, sistem informasi kesehatan hewan Indonesia bahwa sindrom prioritas mati meningkat unggas (MMU) mengindikasikan terjadinya peningkatan kematian unggas air, seperti bebek dan itik selama periode April-November 2022.

"Hal ini berpotensi menyebabkan wabah, yang dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan kerugian bagi industri unggas," tambah Nasrullah.

Oleh karena itu, Kementan mengimbau peningkatan kewaspadaan dalam monitoring dan tindakan antisipatif untuk mencegah penyebaran virus Flu Burung di Tanah Air. Selain itu, diperlukan juga rencana kontigensi sebagai upaya kesegiaan terhadap munculnya virus tersebut.


Risiko Infeksi Masih Rendah pada Manusia

Ilustrasi kewaspadaan terhadap penularan Flu Burung H5N1 Photo by cottonbro from Pexels

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menyatakan Amerika, Eropa dan Asia terutama China dan Jepang sedang mewabah Highly Pathogenic Avian Influenza atau HPAI untuk subtipe H5N1 Clade baru 2.3.4.4b.

Sementara itu, hasil Risk Assessment Virus Influenza A (H5N1) Clade 2.3.4.4b yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, risiko infeksi pada manusia masih rendah. Sejauh ini, belum ada laporan yang menyatakan penularan dari manusia ke manusia secara berkelanjutan.

Meskipun begitu, terdapat peningkatan perpindahan atau spill over virus, dari burung liar ke beberapa spesies mamalia di beberapa negara seperti Eropa dan Amerika Utara. Terdapat prevalensi virus yang tinggi pada populasi unggas wilayah tersebut.

UK Health Security Agency (UKHSA) juga memperingatkan bahwa akuisisi mutasi yang cepat dan konsisten pada mamalia, dapat menjadi petunjuk bahwa virus H5N1 tersebut memiliki kecenderungan untuk menjadi infeksi zoonosis. Artinya, virus Flu Burung berpotensi untuk menyebar ke manusia.

infografis Fakta Satwa Dilindungi di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya