Liputan6.com, Jakarta - Dalam pelaporan Flu Burung di negara lain terdapat kasus positif penyakit Avian Influenza Tipe A ini justru tanpa gejala. Salah satu kasus Flu Burung Clade Baru 2.3.4.4b di Kamboja baru-baru ini, ayah dari anak yang meninggal karena penyakit itu dinyatakan positif Flu Burung tanpa gejala.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Siti Nadia Tarmizi menjelaskan kemungkinan kondisi ayah dari anak di Kamboja yang dikabarkan positif Flu Burung H5N1 tanpa gejala.
Advertisement
Merujuk informasi dari Ditjen Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Kemenkes RI, bahwa bisa saja, ayah yang bersangkutan sedang dalam masa inkubasi ketika pemeriksaan PCR dan sekuensing dilakukan oleh laboratorium setempat.
"Kemungkinan ayah dari kasus (di Kamboja) belum menunjukkan gejala, karena dalam masa inkubasi pada saat diperiksa laboratorium," jelas Nadia saat dikonfirmasi Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Sabtu, 25 Februari 2023.
Secara umum, gejala Flu Burung Clade Baru 2.3.4.4b, lanjut Nadia, diakui mirip influenza. Perbedaannya adalah pasien yang dicurigai atau positif Flu Burung mempunyai riwayat kontak dengan unggas dan orang sakit yang telah terkontak dengan virus H5N1.
"Gejala umum mirip gejala influenza seperti demam, batuk, nyeri tenggorokan, pilek, sesak napas, dan ada riwayat kontak dengan faktor risiko, misalnya unggas sakit atau orang sakitnya," katanya.
Penyelidikan Flu Burung di Kamboja
Pejabat kesehatan Kamboja mengatakan pada Kamis (23/2/2023) bahwa kasus gadis berusia 11 tahun adalah infeksi H5N1 manusia pertama yang diketahui di Kamboja dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir, yakni sejak 2014.
Ayah korban juga dinyatakan positif terkena virus H5N1, tetapi tidak menunjukkan gejala apa pun dan 11 kontak dekat lainnya diuji sampel di Provinsi Prey Veng, sebelah timur Phnom Penh.
Hasil tersebut belum diungkapkan dan belum diketahui, apakah ayah gadis itu terinfeksi melalui penularan dari manusia ke manusia atau melalui kontak dengan burung atau hewan yang terinfeksi.
Menteri Kesehatan Kamboja dalam pernyataannya, gadis 11 tahun itu didiagnosis Flu Burung pada 16 Februari 2023 setelah mengalami demam tinggi dan batuk. Ia kemudian dipindahkan ke National Children Hospital di Phnom Penh, namun meninggal pada hari Rabu (22/2/2023).
Mengutip NBC News, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (24/2/2023) menyatakan, pihaknya sedang menyelidiki dua kasus Flu Burung pada manusia di Kamboja, setelah seorang anak perempuan berusia 11 tahun meninggal minggu ini dan ayahnya juga dinyatakan positif H5N1.
Advertisement
Potensi Virus H5N1 Menular pada Manusia
Wabah Flu Burung H5N1 pertama kali diamati pada tahun 2021 telah beredar di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat, yang mana hampir 58,5 juta unggas dari peternakan komersial dan pekarangan telah musnah sejak awal Februari lalu, menurut U.S. Department of Agriculture.
Risiko Flu Burung terhadap manusia masih dianggap rendah, tetapi penyebaran global H5N1 ke spesies burung liar dan bahkan mamalia seperti beruang, rakun, cerpelai, rubah, dan singa laut telah meningkatkan kekhawatiran.
Virus Flu Burung H5N1 dapat bermutasi menjadi versi yang lewat dengan mudah di antara orang-orang. WHO mengatakan bahwa beberapa virus Flu Burung berpotensi bermutasi dan bisa meningkatkan penularan di antara manusia.
Infeksi virus Flu Burung Tipe A (H5N1) sporadis yang sangat patogen pada mamalia telah dilaporkan di Amerika Serikat (AS), Kanada, dan negara-negara lain, namun risiko masyarakat umum dari virus ini tetap rendah
Dari informasi Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS, kasus pertama virus flu burung A(H5N1) pada seseorang di Amerika Serikat dilaporkan pada 28 April 2022. Hanya empat infeksi manusia dengan virus flu burung patogenik rendah (H7N2) yang mengakibatkan penyakit ringan hingga sedang yang pernah diidentifikasi di Amerika Serikat.