Robot Humanoid Bantu Siswa dengan Ketidakmampuan Belajar untuk Tetap Fokus

Sekelompok tim peneliti di University of Waterloo telah mengeksplorasi manfaat robot sosial dalam membantu anak-anak dengan ketidakmampuan belajar untuk fokus pada tugas mereka.

oleh M Hidayat diperbarui 27 Feb 2023, 12:00 WIB
Robot membantu siswa dengan ketidakmampuan belajar untuk tetap fokus. Kredit: University of Waterloo

Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok tim peneliti di University of Waterloo telah mengeksplorasi manfaat robot humanoid dalam membantu anak-anak dengan ketidakmampuan belajar untuk fokus pada tugas mereka.

Dipimpin oleh Dr. Kerstin Dautenhahn, seorang profesor teknik elektro dan komputer, penelitian ini menemukan bahwa penggunaan robot, selain instruktur pembelajaran, memiliki dampak positif pada siswa.

Dautenhahn telah bekerja di bidang robotika selama bertahun-tahun, dengan fokus untuk mempromosikan kesetaraan, inklusi, dan keragaman dalam proyek penelitian yang berkaitan dengan disabilitas.

Karena siswa dengan ketidakmampuan belajar sering kali membutuhkan dukungan pembelajaran tambahan, seperti instruksi satu lawan satu dan penggunaan ponsel pintar dan tablet, robot sosial memberikan solusi yang bersifat unik dan menjanjikan.

Tim ini menguji robot humanoid kecil bernama QT; robot itu dilengkapi dengan berbagai teknologi, seperti pengenalan gerak tubuh (gesture recognition), pengenalan ucapan (speech recognition), dan pengenalan wajah (facial recon).

Berkat kehadiran teknologi itu, QT pun menjadi ideal untuk digunakan oleh anak-anak dengan ketidakmampuan belajar.

Penelitian ini membagi 16 siswa dengan ketidakmampuan belajar menjadi dua kelompok: satu kelompok belajar secara satu lawan satu dengan seorang instruktur. Sementara itu, kelompok lainnya belajar satu lawan satu dengan seorang instruktur dan dibantu dengan robot QT.


Strategi pembelajaran menarik

Selama sesi berlangsung, instruktur menggunakan tablet untuk mengarahkan robot, yang kemudian secara mandiri melakukan berbagai aktivitas dengan ucapan dan gerakan.

Sementara instruktur mengendalikan sesi, robot mengambil alih pada waktu-waktu tertentu, yang dipicu oleh instruktur, untuk memimpin siswa.

Robot juga menetapkan tujuan dan menyediakan strategi pengaturan mandiri, jika perlu. Jika proses pembelajaran keluar dari jalur, robot menggunakan berbagai strategi untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik.

Strategi itu antara lain mencakup penerapan konsep permainan, teka-teki, lelucon, latihan pernapasan, dan berbagai gerakan fisik yang diharapkan akan dapat membantu mengarahkan siswa kembali berfokus pada tugas belajarnya.

Para peneliti menemukan bahwa siswa yang bekerja dengan robot umumnya lebih terlibat dengan tugas-tugas mereka.


Temuan Lain

Selain itu, siswa yang dibantu robot juga dapat menyelesaikan tugas-tugas mereka pada tingkat yang lebih tinggi daripada siswa lainnya yang tidak dibantu oleh robot tersebut.

Dautenhahn mengatakan bahwa temuan ini menyiratkan bahwa robot memiliki efek positif pada siswa dan ada potensi besar untuk menggunakan robot dalam sistem pendidikan publik.

Penelitian sebelumnya di bidang robotika sosial terutama berfokus pada anak-anak dengan Gangguan Spektrum Autisme. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan harapan dalam menggunakan robot bantuan sosial untuk siswa dengan ketidakmampuan belajar. Penelitian lebih lanjut menggunakan robot ini sedang direncanakan.

Temuan penelitian ini dipresentasikan pada International Conference on Social Robotics di Florence, Italia.


Infografis Jejak Ajaran Toleransi Sunan Kudus. (Liputan6.com/Triyasni)

Infografis Jejak Ajaran Toleransi Sunan Kudus. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya