Dikonversi ke BBG, Sepeda Motor Tetap Bisa Gunakan BBM

Subholding Gas Pertamina memberikan alternatif energi bersih untuk masyarakat di masa transisi energi pada sektor transportasi, dengan melengkapi ekosistem Bahan Bakar Gas (BBG).

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Feb 2023, 20:00 WIB
Subholding Gas Pertamina memberikan alternatif energi bersih untuk masyarakat di masa transisi energi pada sektor transportasi, dengan melengkapi ekosistem Bahan Bakar Gas (BBG).

Liputan6.com, Jakarta Subholding Gas Pertamina memberikan alternatif energi bersih untuk masyarakat di masa transisi energi pada sektor transportasi, dengan melengkapi ekosistem Bahan Bakar Gas (BBG).

Direktur Utama PT Gagas Energi Indonesia Muhammad Hardiansyah mengatakan, dalam transisi energi BBM ke menuju energi baru terbarukan membutuhkan waktu, Subholding Gas pun mengabil peran untuk mengisi transisi tersebut dengan menghadirkan gas bumi sebagai bahan bakar ramah lingkungan dan ekonomis.

"Subholding Gas Pertamina mencoba memberikan alternatif energi gas bumi untuk transportasi sebagai pelengkap energi yang sudah ada. BBM tetap ada, kedepannya juga EV," kata Hardiansyah, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Minggu (26/2/2023).

Dalam meningkatkan penggunaan BBG, Subholding Gas melalui PT Gagas Energi Indonesia mengimplementasikan konversi BBG ke kendaraan logistik, kendaraan roda empat meliputi taksi konvensional dan online, kendaraan roda tiga bajaj, light vehicle atau kendaraan penumpang, dan sepeda motor.

BBG hadir sebagai alternatif energi yang ramah lingkungan dan ekonomis, karena pasokan gas bumi yang cukup melimpah bersumber dari dalam negeri. Kelebihan BBG yang ekonomis dapat memberikan penghematan biaya bahan bakar hingga 30 persem.

Hardiansyah melanjutkan, harga BBG ditetapkan oleh Kementerian ESDM yaitu Rp 4.500 per Liter Setara Premium (LSP). "Dimanapaun pengisiannya di seluruh Indonesia, harganya tetap sama. Saat ini ada 50 titik pengisian BBG dan akan bertambah, karena kami sedang mengupayakan untuk mengaktiviasi 34 SPBG," paparnya

Saat ini, salah satu inisiatif yang dilakukan adalah pilot project konversi BBG untuk sepeda motor. "Roadmap sedang kami jalankan. Motor tetap bisa menggunakan BBM, karena sistemnya dual fuel," ucap Hardiansyah.

 


Konversi ke BBG

Ilustrasi Foto Gas Bumi (iStockphoto)

Hardiansyah menjelaskan, hampir semua kendaraan dapat dikonversikan ke BBG menerapkan sistem Diesel Dual Fuel – DDF atau bahan bakar ganda selain diesel BBM dan Gas.

Gas bumi untuk sepeda motor ditampung dalam dua tabung dengan total kapasitas 2,5 LSP dan mampu menempuh jarak hingga 100 KM. Tabung gas untuk sepeda motor berbahan baja yang kuat dan tahan lama. Masa pakai tabung bisa sampai 20 tahun dan telah berstandar internasional ISO 11439. Dengan demikian, gas bumi untuk sepeda motor aman untuk digunakan.

Sama halnya dengan konversi gas pada kendaraan logistik dan sepeda motor, konversi BBG untuk kendaraan penumpang roda empat juga memberikan efisiensi. Pada kendaraan ini, efisiensi yang didapatkan sebesar 55 persen atau setara dengan Rp 30 juta per tahun. Per unit kendaraan, volume pemakaian gas sebesar 15 liter per hari.

“Konversi BBG yang sudah dilakukan yaitu pada kendaraan logistik pengangkut BBM milik Pertamina dengan sistem dual fuel. Efisiensi biaya yang didapatkan sampai dengan 54 persen dan pengurangan emisi 20 persen. Pemasangan converter dilakukan di SPBG atau MRU,” jelas Hardiansyah.

Dari sisi komposisi, gas bumi adalah metana yang beroktan tinggi dan rendah emisi, menjadikan emisi BBG sebagai bahan bakar yang rendah emisi hingga 20 persen. Hal ini membuat tarikan lebih mantab dan tenaga kendaraan lebih besar.

"Kita punya potensi, cadangan gas bumi masih banyak. Namun diutilisasi maksimal untuk transportasi. Saatnya Holding Migas Pertamina melalui Subholding Gas Pertamina bisa memberikan kontribusi _complementary_ dengan alternatif lain yaitu gas bumi untuk transportasi," pungkas Hardiansyah.


Gagas Energi Indonesia Salurkan Gaslink untuk Rest Area KM 72A Tol Purbaleunyi

PT Gagas Energi Indonesia menyalurkan Gaslink untuk Rest Area KM 72A Tol Purbaleunyi, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. (Dok Pertamina)

PT Gagas Energi Indonesia menyalurkan Gaslink untuk Rest Area KM 72A Tol Purwakarta – Bandung – Padaleunyi (Purbaleunyi), Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Gagas Energi Indonesia adalah subholding Gas PT Pertamina (Persero).

Langkah Gagas Energi Indonesia menyalurkan Gaslink ke  Rest Area KM 72A Tol Purbaleunyi ini dalam rangka mendukung kelancaran arus mudik Idul Fitri 2022 dan mendukung pertumbuhan UMKM yang berada di area tersebut.

Gagas melakukan penandatanganan penyaluran gas bumi dengan PT Krida Bangun Persada selaku pengelola Rest Area KM 72A. Gaslink ke Rest Area KM 72A rencananya akan digunakan sebagai bahan bakar utama food court dan central kitchen.

Setelah penandatanganan PJBG, akan dilanjutkan dengan kegiatan gas-in pada hari Rabu, 27 April 2022. Dengan begitu pada saat puncak arus mudik nanti, para pemudik sudah bisa merasakan manfaat energi baik gas bumi di rest area km 72A.

Direktur Sales dan Operasi PGN, Faris Azis menyatakan bahwa penyaluran gas di Rest Area KM 72A menambah cakupan market gas bumi dan menunjukkan bahwa utilisasi infrastruktur beyond pipeline gas bumi bisa semakin meluas.

Rest Area 72A memiliki konsep sebagai incubator bagi UMKM agar naik kelas dan bisa melakukan ekspansi usaha dalam jangka panjang. Hal ini menjadi peluang Subholding Gas Group untuk mendukung retail, UMKM, serta beberapa proyek ke depan di rest area tersebut.

“Penggunaan gas bumi di Rest Area 72A Tol Purbaleunyi juga dapat mendukung rest area tersebut menjadi green energy rest area sejalan komitmen transisi energi Pertamina. Selain itu, turut mendukung pertumbuhan UMKM-UMKM di sana. Jadi kerja sama ini bukan semata-mata untuk kepentingan B2B, tetapi ada pihak lain yang ikut tumbuh,” ujar Faris dalam keterangan tertulis, Jumat (29/4/2022).


Tahap Awal

PT Gagas Energi Indonesia menyalurkan Gaslink untuk Rest Area KM 72A Tol Purbaleunyi, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. (Dok Pertamina)

Untuk tahap awal, perkiraan penyaluran gas mencapai 250 m3 – 4.500 m3 per bulan. Selanjutnya, seiring dengan peningkatan kebutuhan Rest Area KM 72A, penyaluran gas diperkirakan bisa mencapai 10.000 m3 per bulan.

Penyaluran akan menggunakan Gaslink CNG berkapasitas 24 m³ per tabung. Ke depan, jika pemakaian Rest Area meningkat, penyaluran akan digantikan menggunakan Gaslink regular yang menggunakan Gaslink truck (Gas Transport Module/GTM) dan Pressure Reducing System (“PRS”).

Penyaluran gas akan mengambil sumber gas dari SPBG milik Gagas terdekat yaitu SPBG Purwakarta yang berjarak sekitar 20 km dari lokasi.

“Rest Area KM 72A ini merupakan rest area pertama yang menggunakan gas bumi. Ke depan kami berharap akan ada rest area-rest area lain yang menyusul. Dikarenakan tidak hanya lebih ramah lingkungan, penggunaan Gaslink juga terbukti meningkatkan efisiensi untuk penggunanya,” imbuh Direktur Utama Gagas, Muhammad Hardiansyah.

Selain penyaluran Gaslink ke rest area, untuk mendukung kelancaran Mudik tahun 2022, Hardiansyah menambahkan Gagas juga tetap akan menyiagakan pengoperasian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas seperti biasa.

“Kami akan tetap mengoperasikan dan melayani pelanggan Gasku dan Gaslink seperti biasa. Untuk pelanggan Gasku dapat melakukan pengisian Gasku di SPBG maupun MRU terdekat dari lokasi pelanggan. Sedangkan untuk pelanggan Gaslink, kami akan mengirimkan gas ke lokasi pelanggan sesuai dengan informasi proses produksi di pelanggan,” jelasnya.

10 Ladang Gas Terbesar Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya