Al-Qur’an di Hari Kiamat: antara Memberi Syafaat atau Melaknat Pembacanya

Al-Qur’an adalah kitab suci yang istimewa. Pada hari kiamat nanti Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada pembacanya, namun di satu sisi Al-Qur’an juga akan melaknat pembacanya.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 28 Feb 2023, 00:30 WIB
Ilustrasi Alquran (dok. unsplash/ali burhan)

Liputan6.com, Jakarta - Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur yang isinya tentang pedoman hidup manusia baik di dunia dan agar selamat di akhirat kelak. 

Al-Qur’an adalah kitab suci yang istimewa. Pada hari kiamat nanti Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada pembacanya, namun di satu sisi Al-Qur’an juga akan melaknat pembacanya. 

Al-Qur’an akan menjadi syafaat bagi pembacanya. Oleh karena itu, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk membaca Al-Qur’an.

Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya.” (Imam Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar Ihya’ Ihya’ al-Turats al-Arabi, tt, juz 1, hal. 553).

Menguatkan hadis tersebut, disebutkan dalam hadis lain bahwa pada hari kiamat nanti Al-Qur’an akan memohon kepada Tuhannya untuk diberikan mahkota kemuliaan bagi pembacanya. Rasulullah SAW bersabda,

Kelak di hari kiamat Al-Qur’an akan datang, seraya memohon kepada Tuhannya: ‘Wahai Tuhan, pakaikanlah kepadanya (pembaca Al-Qur’an)!’ Kemudian ia dipakaikan mahkota kemuliaan. Kemudian ia memohon kembali, ‘Wahai Tuhan, tambahkanlah!’ Kemudian dipakaikan pakaian kemuliaan. Kemudian ia memohon lagi, ‘ Wahai Tuhan, ridhailah dia!’ Kemudian Allah pun meridhainya. Maka ia berkata: bacalah dan naiklah. Sebab setiap satu ayat akan dilipatkan satu kebaikan.” (Imam Turmudzi, Sunan Turmudzi, Mesir: Mustafa al-Halabi, tt. juz V, hal. 178).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Menarik Pembacanya ke Kobaran Api Neraka

Ilustrasi/copyright shutterstock.com

Dua hadis di atas dapat dipahami bahwa Al-Qur’an akan memberi syafaat bagi pembacanya di hari kiamat. Untuk mendapat syafaat Al-Qur’an, seseorang harus memiliki hati yang terikat dengan Al-Qur’an dan menjadikan kitab suci ini sebagai pemimpin dan pedoman hidupnya.

Apabila Al-Qur’an hanya menjadi hiasan dinding, tidak diamalkan isi kandungannya, maka akan ia akan menarik pemilik dan pembacanya ke dalam kobaran api neraka. Sebab, Al-Qur’an memiliki dua dimensi, di satu sisi memberikan syafaat dan sisi lain melaknat.

Al-Qur’an memberi syafaat dan dimintai syafaat, dan menjadi saksi yang diyakini (kebenarannya), barangsiapa yang menjadikannya sebagai imam, panutan, pedoman (dengan mengamalkan isi kandungannya) maka ia akan ditarik ke surga, dan barangsiapa yang menjadikannya di belakang punggungnya (meninggalkan isi kandungannya) maka ia akan ditarik ke neraka.” (Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibban, Beirut: Muassasat al-Risalah, 1988, hal. 332).  

Rasulullah SAW juga bersabda:  “Al-Qur’an dapat memberi manfaat kepadamu dan mencelakaimu.” (Imam Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar Ihya’ al-Turats al-Arabi, tt, hal. 203).


Apa Syafaat Al-Qur’an?

Ilustrasi Al Qur’an Credit: freepik.com

Mengutip NU Online, Syekh Abdul Fattah al-Qadi menjelaskan bahwa syafaat Al-Qur’an mencegah seseorang jatuh dalam kobaran api neraka. Artinya seorang yang mendapatkan syafaat Al-Qur’an, ia akan tercegah dan tidak sampai jatuh dalam kobaran api neraka meskipun ia divonis sebagai penghuni neraka. 

Ini berbeda dengan syafaat lainnya kelak di hari kiamat. Syafaat yang lain akan mengangkat dan menyelamatkan seseorang dari kobaran api neraka. Artinya, orang yang mendapatkan syafaat selain Al-Qur’an, ia diangkat dari dalam kobaran neraka setelah merasakan panasnya api neraka.

Pendapat di atas sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Ibnu al-Qashih dalam karyanya Siraj al-Qari’ wa Tidzkar al-Muqri’ al-Muntahi bahwa syafaat Al-Qur’an menyelamatkan seorang pembacanya dari kobaran api neraka. 

Untuk memperkuat pendapatnya itu Ibnu al-Qashih mengutip hadis Nabi:  

Barangsiapa yang mendapatkan syafaat dari Al-Qur’an, maka ia akan selamat.” (Ibnu al-Qashih, Siraj al-Qari’ wa Tidzkar al-Muqri’ al-Muntahi, Mesir, Mustafa al-Halabi, tt, hal, 6).

Wallahu’alam.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya