Liputan6.com, Baghdad - Tapa hari ini tahun 2005, telah terjadi sebuah tragedi yang menggemparkan Irak pasca jatuhnya Saddam Hussein. 18 tahun yang lalu, sebuah aksi bom bunuh diri terjadi, menewaskan 125 orang dan melukai 130 orang lainnya.
Aksi ini dilakukan di sebuah mobil di dekat anggota polisi di pasar yang ramai di selatan Baghdad pada Senin (28/2).
Advertisement
Serangan ini merupakan serangnya berdarah di Irak, pelaku bom itu meledakkan mobilnya di sebelah barisan calon polisi yang berada di pusat kesehatan untuk menjalani tes mata untuk bergabung dengan polisi Irak di kota Hilla.
Banyak dari mereka yang tewas berada di pasar di seberang jalan, dan terkena ledakan saat sedan berbelanja.
"Saya sedang berdiri di antrian ketika saya melihat mobil Mitsubishi ini datang perlahan ke arah kami," kata Ameer Hassan, salah satu rekrutan, di sebuah klinik terdekat.
"Kemudian mobil meledak dan menjadi bola api besar. Ketika saya membuka mata lagi, saya berada di rumah sakit," sambungnya kembali.
Dalam sebuah tayangan televisi menunjukan tumpukan jenaza berlumuran darah di luar gedung.
Asap mengepul dari puing-puing kios pasar yang terbakar, saat orang-orang di sekitar melihat jenazah di bawa ke grobak kayu reot yang biasanya di gunakan untuk membawa buah dan sayuran.
Kondisi Tubuh Korban
Kondisi tubuh korban sangat memprihatinkan akibat dampak dari pengebomam.
Jenazah akhirnya ditumpuk di bagian belakang truck pick-up. Bangunan di dekat lokasi kejadian rusak akibat pecahan peluru bom. Orang-orang menangis, kondisi mencengkeram dan bahkan mereka berteriak "Tuhan Maha Besar" saat penyelamat datang menggiring mereka yang terluka untuk pergi dari tempat.
"Pelaku bom bunuh diri datang dari gang terdekat, dekat pasar," kata Zeyd Shamran.
"Ada dua orang di dalam mobil, dan ketika mobil itu berhenti satu orang keluar, kemudian berjabat tangan dan mencium pria lainnya," tuturnya.
Dan setelah kejadian itu, beberapa saat kemudian mobil tersebut meledak, katanya.
Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan menetapkan serangan itu sebagai tindakan kekerasan yang tidak masuk akal. "Serangan teroris ini merupakan pelanggaran paling berpengaruh terhadap hukum humaniter internasional," kata Annan dalam sebuah pernyataan.
Seorang pejabat di direktorat kesehatan Hilla mengatakan jumlah korban tewas terbaru adalah 125. Sedangkan pasukan koalisi mengkonfirmasi sedikitnya 110 orang tewas. Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Jumlah korban tersebut merupakan yang tertinggi dari satu serangan sejak jatuhnya Saddam pada April 2003, dan menjadikan Senin (28/2) sebagai salah satu hari paling berdarah dalam dua tahun pemberontakan.
Advertisement
Hari Terburuk
Hari terburuk juga telah terjadi pada Maret 2023, ketika lebih dari 170 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam serangkaian bom bunuh diri di Baghdad dan kota suci Kerbala, tepat di sebelah barat Hilla.
Pemberontak sering menargetkan calon polisi dalam perjuangan mereka untuk mengusir pasukan AS dari Irak dan menghancurkan transisi negara menuju demokrasi.
Mereka juga menyerang tentara dan pegawai lain dari pemerintah sementara, yang didukung AS. Pembantaian itu terjadi ketika perdana menteri sementara Iyad Allawi mengakui pasukan keamanan Irak masih tidak dapat menghadapi pemberontakan tanpa bantuan pasukan pimpinan AS.
"Orang Irak harus dapat mulai mengambil alih lebih banyak tanggung jawab keamanan segera," tulisnya di Wall Street Journal.
"Tapi kami akan terus membutuhkan dan mencari bantuan untuk beberapa waktu ke depan," tulisnya kembali.
Di tempat lain di Irak, seorang pembom mobil bunuh diri lainnya meledakkan kendaraannya di kota Musayyib, hanya 18 mil atau 33km dari Hilla, tetapi hanya berhasil membunuh dirinya sendiri.
Seorang pejabat rumah sakit mengatakan satu warga sipil tewas dan dua lainnya luka-luka dalam pertempuran di Baquba, timur laut Baghdad.
Polisi Tewas
Dua polisi tewas di ibu kota, satu oleh pria bersenjata dan satu oleh bom pinggir jalan, kata sumber polisi dan saksi mata.
Militer AS mengatakan, salah satu tentaranya di tembak dan di bunuh di Bagdad saat menjaga pos pemeriksaan lalu lintas. Kematian itu membuat jumlah tentara AS yang tewas dalam aksi di Irak sejak perang Maret 2003 menjadi 1.137.
Pemerintah Allawi dan para pendukungnya di Amerika bersikeras bahwa pemberontakan telah di kalahkan dan telah mengumumkan serangkaian penangkapan pejabat tinggi dalam beberapa pekan terakhir untuk mendukung klaim mereka.
Sumber pemerintah memberikan rincian tentang penangkapan saudara tiri Saddam, Sabawi Ibrahim, seorang Baath tingkat atas yang di tuduh mengarahkan pemberontakan Irak dari Suriah.
Mereka mengatakan dia di tangkap oleh Kurdi Suriah di timur laut Suriah dan di serahkan kepada Kurdi Irak sebelum di tahan oleh pasukan Irak. Karena Kurdi Suriah di awasi dengan ketat oleh Damaskus, mereka mungkin telah menerima lampu hijau untuk merebutnya.
Pemerintah Irak yang di dukung AS telah berulang kali menuduh Suriah membantu militan, tuduhan yang di bantah oleh Suriah. Otoritas Suriah di Damaskus tidak mengomentari kemungkinan keterlibatan mereka dalam penangkapan Ibrahim. Militer AS juga tidak mau berkomentar tentang hal itu.
Advertisement