Liputan6.com, Manila - Misteri pesawat hilang asal Filipina pada Sabtu 18 Februari 2023 pagi akhirnya terungkap. Cessna 340 dengan rute ke Manila dari Bandara Internasional Bicol di Provinsi Albay itu dikabarkan putus kontak tak lama lepas landas.
Bandara Internasional Bicol terletak beberapa kilometer dari Gunung Berapi Mayon.
Advertisement
Carlos Baldo, wali kota Camalig, dan pejabat lainnya mengatakan bahwa selama pencarian udara, pihak berwenang melihat puing-puing diduga milik pesawat, termasuk bagian ekor, tersebar sekitar 350 meter di dekat kawah di lereng barat daya Gunung Berapi Mayon. Tetapi tidak ada indikasi orang di sekitarnya.
Juru Bicara Otoritas Penerbangan Sipil Flipina, Eric Apolonio, mengatakan bahwa para ahli dan penyelidik dari badan tersebut harus memeriksa puing-puing, untuk menentukan apakah itu Pesawat Cessna 340 yang hilang pada Sabtu 18 Februari dengan nomor registrasi RP-C2080 dan untuk menentukan nasib empat orang di dalamnya.
Namun, saat itu, pencarian darat terhambat oleh cuaca hujan. Puluhan personel pencarian dan penyelamatan dapat mendaki Mayon sepanjang 2,5 km bila cuaca cerah pada Senin 20 Februari.
Itupun tim pencari harus diawasi secara ketat oleh para ahli gunung berapi dan pejabat setempat, mengingat kondisi aktif gunung Mayon, salah satu dari 24 gunung berapi aktif di Filipina.
Pada Kamis 23 Februari 2023, pihak berwenang mengatakan tim penyelamat Filipina mengkonfirmasi empat orang tewas setelah pesawat yang mereka tumpangi jatuh di gunung berapi aktif pada akhir pekan.
Dua Korban WN Australia
Dilansir dari CNA, Senin (27/2/23), Energy Development Corporation yang berbasis di Manila mengatakan sebelumnya bahwa mereka pemilik pesawat tersebut.
Para korban, termasuk dua penumpang warga Australia, yang merupakan konsultan teknis untuk perusahaan energi terbarukan milik Energy Development Corporation.
Carlos Baldo, yang berkoordinasi dengan tim di lokasi kecelakaan, mengatakan tim pencarian dan penyelamatan mencapai lokasi temuan puing di Gunung Manyn pada Rabu 22 Februari dan mengkonfirmasi bahwa tidak ada penumpang yang selamat.
"Kami menemukan situs reruntuhan itu, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan," kata Baldo dalam konferensi pers pada Kamis. 23 Februari.
Baldo mengatakan bahwa terdapat 179 orang yang terlibat dalam operasi untuk membawa jenazah menuruni lereng curam gunung berapi. Mereka diperkirakan tiba di kaki gunung pada Kamis 23 Februari malam.
The Civil Aviation Authority of the Philippines (CAAP) atau Otoritas Penerbangan Sipil Filipina mengatakan reruntuhan pesawat terletak di sisi barat gunung berapi, sekitar 1.070 meter hingga 1.200 meter di atas permukaan laut.
"Ini medan yang sangat sulit," kata petugas bencana Albay Cedric Daep, memperingatkan operasi evakuasi bisa memakan waktu lebih dari satu hari. "Itu curam dan ada punggung bukit yang hanya bisa didaki satu orang pada satu waktu."
Tim penyelamat, termasuk pendaki gunung veteran, mulai melakukan pendakian curam dengan berjalan kaki pada Selasa 21 Februari.
"Simpati tulus kami sampaikan kepada keluarga dan teman mereka selama masa sulit ini," kata presiden perusahaan Energy Development Corporation, Richard Tantoco dalam sebuah pernyataan.
Advertisement
Resiko Bahaya nya Gunung Mayon Bagi Tim Penyelamat
Direktur Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina Teresito Bacolcol mengatakan bahwa upaya penyelamatan dan pencarian pesawat di Gunung Berapi Mayon itu sangat berisiko.
"Ini berpacu dengan waktu dan ini adalah masalah hidup dan mati, tetapi ada juga bahaya longsoran batu dan lahar vulkanik," ucap Bacolcol.
Kontingen penyelamat dapat memasuki zona bahaya permanen 6 km di sekitar gunung berapi, tetapi pencarian dan penyelamatan harus dilakukan oleh para ahli yang terlatih, yang harus didukung oleh kontingen darurat yang siaga dan waspada terhadap risiko yang terlibat, kata Bacolcol.
Gunung Berapi Mayon terakhir meletus pada 2018, menggusur puluhan ribu penduduk desa. Kendati demikian keberadaannya menjadi objek wisata populer, karena bentuk kerucutnya yang nyaris sempurna.
Saat ini gunung itu berada di bawah tingkat siaga kedua dari lima, yang berarti gempa vulkanik, emisi uap dan gas, deformasi tanah, serta semburan abu dan uap yang terputus-putus telah terdeteksi secara sporadis.
Tingkat waspada lima berarti letusan gunung berapi besar dan mematikan sedang berlangsung.
Fakta Mengenai Gunung Mayon di Filipina
Meskipun Gunung Mayon telah meletus 50 kali dalam 500 tahun terakhir, gunung yang terletak di timur laut Filipina ini masih populer di kalangan pendaki gunung dan wisatawan.
Gunung Mayon di Filipina dilaporkan telah menyemburkan lava dahsyat pada 23 Januari 2018.
Semburan lava setinggi 600 m yang mengalir hingga sejauh 3 - 5 km dari kawah, beserta muntahan material lainnya dari Gunung Mayon. Semburan lava tersebut menandai aktivitas vulkanis tertingginya usai berstatus Awas sejak lebih dari sepekan lalu. Demikian seperti dikutip dari media Filipina, Inquirer (24/1/2018).
Usai menyembur, lava tersebut meluncur turun dari kawah dengan membentuk dua jalur besar utama sejauh 5 kilometer -- berdasarkan titik terjauhnya.
Lava yang mengalir tergolong sebagai kategori piroklastik, mengandung gas super panas dan puing-puing material vulkanik, menurut Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (Phivolcs) pada Rabu, 24 Januari 2018 pagi waktu setempat.
Advertisement