Liputan6.com, Jakarta Miliarder hedge fund manager kelahiran Amerika Serikat, Bill Ackman mendonasikan dana sebesar USD 3,25 juta atau Rp 49,6 miliar untuk membantu memfasilitasi mobil ambulans pada masyarakat Ukraina yang masih dilanda perang.
Mengutip US News, Senin (27/2/2023) donasi Ackman akan mencakup pembelian 15 unit ambulans Toyota 4x4 Land Cruiser yang dilengkapi secara khusus dan biaya pengoperasiannya, menurut keterangan investor Whitney Tilson, yang berada di dewan penasihat amal Ackman, Pershing Square Foundation.
Advertisement
"Saya sarapan dengan teman kuliah saya Bill Ackman pagi ini, mengantarnya melalui dek slide terlampir yang saya kumpulkan tentang misi ambulans untuk Ukraina, dan di tempat dia setuju untuk menyumbangkan USD 3,25 juta," tulis Tilson dalam sebuah pesan email, teranggal 25 Februari.
Hedge fund Ackman, Pershing Square Capital Management, mengawasi aset sekitar USD 16 miliar.
Namun, pihak Ackman belum memberikan komentar terkait kabar donasi tersebut.
Diketahui, Tilson telah memimpin upaya untuk membeli ambulans untuk Ukraina yang akan dioperasikan oleh kelompok bantuan kemanusiaan MOAS (Migrant Offshore Aid Station), yang berbasis di Malta.
Land Cruiser itu masing-masing berharga sekitar USD 116.000 dan dilengkapi dengan atap panjang yang memungkinkan petugas medis berdiri saat merawat pasien.
Bill Ackman, yang kakek buyutnya beremigrasi ke Amerika Serikat dari Ukraina, diperkirakan memiliki kekayaan bersih sebesar USD 3,5 miliar, menurut Forbes.
Ackman dan istrinya, Neri Oxman, telah berjanji untuk memberikan sebagian besar kekayaan mereka dan telah mendukung berbagai penelitian medis hingga bantuan ke Haiti yang dilanda gempa.
Bank Dunia Tambah Dana Bantuan ke Ukraina Rp 38,1 Triliun
Bank Dunia mengumumkan tambahan pembiayaan hibah sebesar USD 2,5 miliar atau Rp. 38,1 triliun untuk Ukraina yang masih dilanda perang.
Hibah tersebut memberikan dukungan langsung ke anggaran Ukraina di bawah skema Public Expenditures for Administrative Capacity Endurance in Ukraine (PEACE).
Melansir laman resmi Bank Dunia, Senin (27/2/2023) dana bantuan tersebut disediakan oleh United States Agency for International Development (USAID), dan akan disalurkan ke Pemerintah Ukraina setelah dilakukan verifikasi yang sesuai atas pengeluaran yang memenuhi syarat.
Sejauh ini, Bank Dunia telah megeluarkan dana lebih dari USD 20,6 miliar dalam pembiayaan darurat untuk membantu Ukraina.
Sejumlah negara yang ikut menyumbang di antaranya adalah Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Spanyol, Norwegia, Jerman, Kanada, Swiss, Swedia, Denmark, Austria, Finlandia, Irlandia, Lituania, Latvia, Islandia, Belgia, dan Jepang (pembiayaan paralel).
Bank Dunia mengatakan, paket pembiayaan tambahan ini akan mendukung sektor-sektor utama, termasuk perawatan kesehatan, sekolah, pembayaran pensiun, pembayaran untuk pengungsi internal, program bantuan sosial, dan upah untuk karyawan yang menyediakan layanan pemerintah.
"Satu tahun invasi Rusia ke Ukraina, dunia terus menyaksikan kehancuran mengerikan yang menimpa negara dan rakyatnya," kata Presiden Grup Bank Dunia David Malpass.
"Saya senang bahwa Bank Dunia telah memobilisasi USD 20,6 miliar untuk mendukung Ukraina sejak awal perang, di mana USD 18,5 miliar telah disalurkan, menjangkau lebih dari 12 juta orang Ukraina. Kami akan terus mendukung rakyat Ukraina melalui proyek perbaikan mendesak dan berkoordinasi dengan Pemerintah untuk upaya pemulihan dan rekonstruksi," sambungnya.
Advertisement
Raksasa, Simak Kerugian Ekonomi Global dari Perang Rusia Ukraina
Perang Rusia Ukraina telah merugikan ekonomi global hingga lebih dari USD 1,6 triliun pada 2022 lalu.
Hal itu diungkapkan dari sebuah penelitian yang dirilis oleh German Institute of Economics.
Mengutip Anadolu Agency, Kamis (23/2/2023) penelitian German Institute of Economics juga mengungkapkan bahwa, kerugian produksi global akibat perang Rusia Ukraina dapat bertambah USD 1 triliun atau lebih di tahun 2023 ini.
Penghitungan model lembaga ini didasarkan pada produk domestik bruto (PDB). Prakiraan dari Dana Moneter Internasional (IMF) menjadi dasar perhitungan dan estimasi.
Dalam studi ini, perkembangan aktual PDB pada 2022 dan perkiraan untuk tahun 2023 dibandingkan dengan perkembangan yang dilihat semula sebelum pPerang Rusia Ukraina pada akhir tahun 2021.
Seperti diketahui, konflik Rusia Ukraina telah memicu gangguan pasokan dan produksi di seluruh dunia. Selain itu, harga energi juga meroket. Masalah ini diperburuk dengan lonjakan inflasi di negara negara maju, yang mengurangi daya beli konsumen.
"Mengingat prospek ekonomi yang tidak pasti, kenaikan biaya pembiayaan akibat kenaikan suku bunga di seluruh dunia dan kenaikan biaya barang modal, perusahaan di seluruh dunia menahan investasi mereka," beber studi German Institute of Economics.
Namun untuk tahun ini, penulis studi memperkirakan kerugian absolut akan sedikit lebih rendah daripada tahun 2022.
Alasan dari perkiraan itu adalah, karena adanya pelonggaran pasar bahan baku dan energi global.