5 Fakta tentang Flu Burung di Kamboja Baru-Baru Ini

Berikut, beberapa hal penting terkait flu burung di Kamboja seperti disampaikan Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Jakarta yang juga Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Profesor Tjandra Yoga Aditama.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Feb 2023, 08:00 WIB
Seorang pekerja dengan alat pelindung diri (APD) lengkap mengambil burung bangau yang mati di kawasan konservasi Danau Hula, utara Laut Galilea, Israel utara, Minggu (2/1/2022). Flu burung telah membunuh ribuan bangau yang bermigrasi dan mengancam hewan lain di Israel utara. (AP Photo/Ariel Schalit)

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan satu kasus meninggal akibat  flu burung H5N1 di Kamboja. Pasien yang meninggal dunia akibat flu burung H5N1 merupakan anak perempuan berusia 11 tahun.

Sementara itu, ayah dari anak tersebut juga positif terinfeksi flu burung tapi tanpa gejala. Kehadiran kasus flu burung di Kamboja membuat Indonesia turut waspada. 

Berikut, beberapa hal penting terkait flu burung di Kamboja seperti disampaikan Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Jakarta yang juga Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Profesor Tjandra Yoga Aditama:

Pertama, kasus pertama adalah anak 11 tahun dengan gejala dan perburukan yang cepat sekali.

Pada anak tersebut mengalami gejala 16 Februari 2023, diobati di rumah sakit setempat pada 21 Februari sudah mengalami pneumonia berat. Lalu, pada 22 Februari pasien meninggal, cepat sekali.

Kedua, pemerintah Kamboja bergerak sangat cepat melakukan tes pemeriksaan  PCR. Pada 21 Februari 2023 sampel diambil melalui sentinel severe acute respiratory infection (SARI) yang menunjukkan surveilan berjalan di lapangan dan langsung dinyatakan PCR positif.

Sampel juga langsung di kirim juga Institute Pasteur Cambodia yang merupakan "National Influenza Center - NIC" yang juga mengonfirmasi kepositifannya.

Kamboja kemudian juga langsung mengirimkan data genetiknya ke GISAID. Surveilan dan kecepatan proses seperti ini yang tentunya harus dilakukan di lapangan, termasuk juga di Indonesia. 

 


Temuan Kasus

Ketiga, ternyata penyebab penyakit pada anak ini adalah H5N1 clade 2.3.2.1c. Jadi, bukan 2.3.4.4b.

Lalu, 2.3.4.4b juga adalah virus pada bebek di Kalimantan Selatan, sesuai edaran Kementerian Kesehatan. Jadi tegasnya, di Kamboja bukan clade itu penyebab penyakitnya.

Keempat, pemerintah Kamboja menemukan 12 kontak erat, 8 tidak bergejala dan 4 sudah masuk definisi kasus suspek. lalu, 11 ternyata negatif dan satu positif menjadi kasus kedua.

Jadi, konfirmasi penelusuran kasusnya juga cepat sekali dilakukan.

Kelima, kasus kedua Kamboja dideteksi pada 23 Februari. Hanya 2 hari sesudah kasus pertama, dan merupakan Ayah dari kasus pertama. Hal ini mengingatkan pada kasus awal flu burung Indonesia, yang juga terjadi pada anak dan ayah. 

Saat ini yang masih butuh konfirmasi mengenai sumber penularan keduanya. Serta penularan yang terjadi. Perlu juga diketahui apakah ayah tertular dari anak. 

"Penjelasan mana yang sebenarnya terjadi amat penting untuk langkah selanjutnya di Kamboja dan juga a tisipasi di negara kita seperti disampaikan Tjandra. tkan kita pada kasus awal Flu Burung Indonesia, yang juga terjadi pada Anak dan Ayahnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya