Liputan6.com, Jakarta - Habis manis sepah dibuang, pepatah ini sepertinya tidak berlaku bagi PT Timah Tbk. Terbukti, lahan tambang yang sudah mati atau tidak menghasilkan lagi tetap diberdayakan. Bahkan pemanfaatannya berguna bagi masyarakat sekitar.
Hal ini terlihat dari Kampung Reklamasi Air Jangkang. Berlokasi hanya 20 menit dengan mengendarai mobil dari pusat kota Pangkal Pinang Pulau Bangka. Kampung Reklamasi ini mampu mengubah lubang tambang yang tadinya ditinggalkan menjadi lahan produktif untuk pertanian, peternakan, perikanan, konservasi dan juga pariwisata.
Advertisement
Kampung Reklamasi Air Jangkang ini dikembangkan dan dikelola oleh anak usaha PT Timah Tbk yaitu PT Timah Agro Manunggal. Dengan luasan hingga 37 heltare, Kampung Reklamasi dibagi dalam beberapa zona mulai dari wisata, pertanian, perikanan hingga konservasi.
Direktur Operasi dan Produksi PT Timah Tbk Purwoko menjelaskan, Kampung Reklamasi Air Jangkang ini merupakan sebagian kecil lahan bekas tambang timah yang sudah direklamasi oleh perusahaan. Asal tahu saja, pada tahun lalu PT Timah telah mereklamasi 400 hektare lahan bekas tambang.
"Untuk tahun ini kami mendapat target lebih besar lagi. Rencananya dua kali lipat atau mencapai 800 hektare," jelas dia di Tins Galerry, Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, seperti ditulis Selasa (28/2/2023).
Proses Reklamasi
Proses menghidupkan kembali lubang tambang ini memerlukan proses yang panjang. Pasalnya, tanah yang ada benar-benar tidak produktif dengan kadar asam yang sangat tinggi dan miskin unsur hara sehingga tidak bisa ditamani atau digunakan untuk kolam ikan.
Namun dengan bantuan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, akhirnya tanah bekas tambang itu bisa produktif. Ia pun mencontohkan untuk kolam ikan memerlukan uji coba berkali kali agar bisa ditebar bibit tetap hidup. Ada beberapa kalo uji coba tebar bibit nila tetapi selalu mati. Akhirnya dengan berbagai langkah pengurangan kadar asam dan menambah unsur hara saat ini sudah sudah bisa untuk memelihara ikan nila, gurami lele hingga patin.
Sedangkan untuk pertanian, saat ini Kampung Reklamasi Air Jangkang sudah ditanami lebih dari 30 ribu bibit tanaman produktif seperti jeruk, jambu tanah, buah naga hingga. Tanaman sayuran pun juga bisa tumbuh seperti kangkung dan sawi.
Untuk wisata, Kampung reklamasi Air Kangkang ini sudah dibuka untuk umum dengan tiket masuk Rp 10 ribu untuk orang dewasa. Di area wisata ini pengunjung bisa menginap di cottage dengan gaya pangung yang merupakan ciri khas daerah Bangka.
Jika tidak menginap, pengunjung juga bisa sekdar ngopi dan melakukan berbagai aktivitas seperti ATV hingga kano.
Pengelola Kampung Reklamasi Air Jangkang juga mulai rutin menggelar acara setiap akhir pekan. Belum lama ini diselenggarakan lomba mewarnai untuk anak-anak dan juga lomba memancing untuk dewasa.
Konservasi untuk Buaya Joni
Menarik juga, di Kampung Reklamasi Air Jangkang ini juga terdapat Pusat Penyelamatan Satwa (PPS). Dengan luas kurang lebih 5 hektare, pusat penyelamatan hewan ini terdapat berbagai binatang seperti rusa, burung, monyet hingga siamang, Di dalam Pusat Penyelamatan Hewan ini terdapat empat jenis burung dilindungi yang berhasil diselamatkan.
Paling menarik dari Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) di Air Jangkang ini adalah kolam buaya. Di sini terdapat kurang lebih 30 buaya yang berasal dari sitaan maupun yang diselamatkan dari warga.
Salah satu dari 30 buaya tersebut bernama Joni. Salah satu ranger Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) menyebutkan bahwa Joni merupakan buaya terbesar dan merupakan pimpinan dari kawanan tersebut.
Joni masuk PPS Air Jangkang pada 2018 dengan panjang kurang lebih 4,8 meter. "Saat ini kemungkinan panjangnya sudah mencapai 5 meter," kata dia.
Joni mudah dikenali karena ia memiliki ciri khas yaitu berbibir sumbing. Ia suka muncul di tengah kolam untuk menandakan bahwa wilayah tersebut adalah teritorinya.
Untuk memberi makan dari Pusat Penyelamatan Hewan ini dialokasikan khusus oleh PT Timah Agro Manunggal, tetapi sering juga mendapat hibah dari sekitar.
Advertisement