Diresmikan Jokowi Bulan Depan, Smelter Baru PT Timah Siap Tancap Gas Produksi 40 Ribu Ton

Smelter unit peleburan yang sudah selesai dibangun PT Timah Tbk menggunakan teknologi Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace (TSL Ausmelt).

oleh Arthur Gideon diperbarui 05 Mar 2023, 12:51 WIB
Ruang operasi peleburan timah dengan menggunakan teknologi teknologi Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace (TSL Ausmelt) di Unit Metalurgi Muntok PT Timah Tbk, Bangka Barat Pulau Bangka.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi rencananya akan meresmikan fasilitas pengolahan hasil tambang atau smelter PT Timah Tbk yang terletak di Unit metalurgi Muntok Bangka Barat Provinsi Bangka Belitung pada Maret nanti. Smelter yang akan diresmikan ini merupakan smelter baru dan teknologi pertama yang digunakan di Asia Tenggara.

Wakil Kepala Unit Metalurgi Muntok PT Timah Tbk Kopdi Saragih menjelaskan, smelter yang sudah selesai dibangun ini menggunakan teknologi Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace (TSL Ausmelt). Teknologi ini sudah digunakan oleh lima smelter timah lain di dunia. Namun untuk di Asia Tenggara, PT Timah merupakan perusahaan pertama yang mengggunakannya.

Lima smelter lain yang sudah menggunakan teknologi ini adalah Minsur Peru pada 2000. Disusul kemudian pada 2012 di China yaitu oleh Yunnan Tin dan China Tin. Selanjutnya adalah Vinto Bolivia pada 2014.

"Ini adalah pabrik modern pertama di Asia Tenggara untuk peleburan timah konsentrat low grade. Menariknya, bahan bakar untuk peleburan ini bisa menggunakan batu bara yang ada banyak di Indonesia," jelas Kopdi Saragih.

Efisiensi

Ia pun kemudian menggambarkan efisiensi yang bisa didapat dengan peleburan timah menggunakan TSL Ausmelt ini jika dibandingkan dengan peleburan dengan tanur yang lama atau konvensional.

Untuk tanur lama dibutuhkan bijih timah dengan kadar 70 persen sedangkan untuk TSL Ausmelt ini bisa menggunakan bijih timah dengan kadar 40 persen. Untuk tanur lama yang saat ini jumlahnya mencapai 6 buah memiliki kapasitas 28 ribu ton per tahun sedangkan dengan TSL Ausmelt ini hanya dengan 1 unit memiliki kapasitas hingga 40 ribu ton per tahun.

Selain itu, jika di tanur lama semua dikerjalan manual maka dengan TSL Ausmelt ini semua otomatis dengan sistem kontrol. Tentu saja, dengan sistem otomatis ini maka bisa mengurangi Sumber Daya Manusia (SDM).


SDM Dialihkan

Unit Metalurgi Muntok PT Timah Tbk Bangka Barat Pulau Bangka.

Namun meskipun ada efisiensi SDM, PT Timah tidak langsung melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). SDM yang semula mengoperasikan 6 tanur tersebut dipindahkan atau dialokasikan ke unit lain seperti di pertambangan.

Kopdi melanjutkan, karena otomasi semua, SDM yang menangani TSL Ausmelt ini sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Kurang lebih uintuk pengenalan teknologi dan pengoperasian selama dua tahun.

Waktu yang cukup lama. Alasannya, sejauh ini terdapat 50 jenis modul yang harus dipelajari dan diimplementasikan dengan benar sehingga tidak ada kesalahan dalam pengoperasiannya.

 


Kejar Hilirisasi Timah, MIND ID Pakai Teknologi Peleburan Teranyar

Salah satu pekerja PTTimah Tbk tengah berdiri di depan tumpukan timah. (Gideon/Liputan6.com)

Sebelumnya, komitmen pemerintah dalam upaya untuk mewujudkan hilirisasi bahan tambang bukanlah sekedar rencana belaka. Semenjak tahun 2020, pemerintah secara bertahap terus menghentikan ekspor bahan tambang yang dimulai dari timah, bauksit, nikel, hingga alumina.

Keputusan pemerintah untuk menghentikan ekspor bahan tambang tersebut merupakan strategi dalam mewujudkan hilirisasi yang nantinya akan meningkatkan nilai tambah komoditas suatu negara.

Melalui hilirisasi, komoditas yang diekspor tidak lagi berwujud bahan baku mentah namun telah menjadi barang setengah jadi. Disamping itu, pemerintah juga mengharapkan hilirisasi ini dapat memperkuat industri, meningkatkan peluang usaha di dalam negeri melalui tersedianya lapangan pekerjaan baru.

Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan program hilirisasi dari pemerintah, Holding Industri Pertambangan Indonesia atau MIND ID bersama PT Timah Tbk akan mengunakan teknologi terbaru dalam pengolahan komoditas timah di tahun 2023.Teknologi bernama peleburan Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace merupakan babak baru transformasi teknologi dalam pengolahan timah. Penggunaan teknologi ausmelt diyakini dapat menekan biaya produksi.

Direktur Utama PT Timah Tbk, Achmad Ardianto mengatakan, saat ini TSL Ausmelt Furnace sudah menyelesaikan tahapan hot commissioning. Setelah sebelumnya beberapa tahapan sudah dilakukan hingga nantinya digunakan secara penuh.Ia mengatakan, untuk tahun pertama, kapasitas produksi TSL Ausmelt Furnace baru akan digunakan 50 persen. Oleh karena itu, PT Timah Tbk masih mengoptimalkan tanur reverberatory furnace yang dimiliki perusahaan.

"Hari ini telah kita lakukan Hot Commissioning dan berhasil menghasilkan logam timah berkadar 99 persen. Berikutnya akan disegerakan untuk production ramp-Up dan performance test," kata Achmad Ardianto dikutip Selasa (27/12/2022).

"TSL Ausmelt Furnace akan disiapkan untuk beroperasi di 2023, untuk tahun pertama kapasitas produksinya akan dimaksimalkan 50 persen dulu. Namun, 50 persen dari Ausmelt ini sudah memenuhi 65 persen dari rencana produksi tahun depan," lanjut dia.


Transformasi Teknologi

Holding Industri Pertambangan Indonesia atau MIND ID bersama PT Timah Tbk akan mengunakan teknologi terbaru dalam pengolahan komoditas timah di tahun 2023.

Proyek Ausmelt merupakan salah satu proyek strategis di Holding Industri Pertambangan MIND ID. Pembangunan TSL Ausmelt Furnace merupakan salah satu bentuk transformasi teknologi peleburan yang dilakukan PT Timah Tbk.

Dalam kunjungan Presiden Joko Widodo pada 20 Oktober lalu ke proyek pembangunan Ausmelt Furnace, Presiden menyampaikan tentang pentingnya kehadiran TSL Ausmelt Furnace sebagai upaya untuk mendorong hilirisasi dalam konteks ketersediaan mineral timah sebagai komoditas namun tetap lebih ramah lingkungan karena dilengkapi dengan Hygiene Sistem dan Waste-Water Treatment.

Pembangunan TSL Ausmelt Furnace sendiri adalah strategi PT Timah Tbk untuk menjawab tantangan yang dihadapi industri pertambangan timah saat ini, khususnya dalam memaksimalkan konsentrat timah kadar rendah. Dengan TSL Ausmelt Furnace, diharapkan mampu mengolah konsentrat bijih timah dengan kadar rendah mulai dari 40 persen Sn, dengan kapasitas produksi 40.000 ton crude tin per tahun atau 35.000 metrik ton ingot per tahun.

Achmad Ardianto mengatakan, tujuan transformasi teknologi pengolahan ini untuk optimalisasi teknologi, peningkatan kapasitas, efisiensi produksi dan keselamatan serta kesehatan lingkungan dan terus mengoptimalkan persiapan operasional TSL Ausmelt Furnace dengan menyiapkan SDM, sistem operasi yang andal dan bahan baku.

"Sembari memastikan keandalan dalam mengoperasikan TSL Ausmelt Furnace, kita menyiapkan SDM dan hal teknis lainnya termasuk supply bahan baku," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya