Liputan6.com, Jakarta Harga BBM non Subsidi kembali naik per tanggal 1 Maret 2023. Kenaikan harga Pertamax dan Pertamax Turbo ini pun diperkirakan akan mempengaruhi tingkat inflasi bulan Maret 2023.
“Untuk kenaikan harga BBM per 1 Maret 2023 ini dapat memberikan andil terhadap inflasi,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Rabu (1/3).
Advertisement
Hanya saja seberapa besar dampak tingkat inflasi dari kenaikan harga Pertamax dan Pertamax Turbo tersebut belum bisa dipastikan. Namun tetap berpotensi, mengingat di bulan yang sama sudah memasuki momentum bulan puasa.
“Andilnya terhadap inflasi baru bisa disampaikan bulan April nanti,” kata Pudji.
Sebagai informasi, BPS menilai Pemerintah perlu mewaspadai harga-harga selama bulan Ramadan tahun ini. Sehingga perlu dikelola agar tidak berdampak langsung mengalami lonjakan inflasi.
“Inflasi pada bulan Ramadhan perlu dikelola dengan mengendalikan harga harga komoditas yang kemudian akan dominan mendorong inflasi,” katanya.
Adapun komoditas yang perlu diwaspadai tahun ini antara lain bahan bakar rumah tangga, minyak goreng, daging ayam ras, dan beberapa komoditas lainnya.
Diberitakan sebelumnya, PT Pertamina (Persero) kembali melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi pada 1 Maret 2023 ini. Jenis BBM non subsidi yang mengalami kenaikan yakni Pertamax dan Pertamax Turbo sedangkan untuk jenis Dexlite dan Pertamina Dex mengalami penurunan.
Untuk wilayah DKI Jakarta harga Pertamax Rp 13.300 per liter sebelumnya Rp 12.800, Pertamax Turbo Rp 15.100 sebelumnya Rp 14.850, dan Dexlite sebelumnya Rp 16.150 per liter menjadi Rp 14.950 per liter, Pertamina Dex sebelumnya Rp 16.850 per liter menjadi Rp 15.850 per liter
Kenaikan harga BBM non subsidi juga terjadi di wilayah Banten, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Inflasi Februari 2023 Tembus 5,47 Persen, Beras dan Rokok Jadi Biang Kerok
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi Februari 2023 sebesar 5,47 persen secara tahunan (yoy). Angka ini didorong oleh inflasi beras, rokok kretek filter, bawang merah, hingga rokok putih.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini menerangkan pada bulan Februari 2023 terjadi inflasi bulanan sebesar 0,16 persen atau lebih rendah dari inflasi bulan Januari 2023 yang sebesar 0,34 persen.
"Akan tetapi tingkat inflasi bulanan Februari 2023 ini lebih tinggi dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu pada bulan Februari 2022 terjadi deflasi sebesar 0,02 persen," kata dia dalam konferensi pers, Rabu (1/3/2023).
Secara tahunan inflasi Februari 2023 mencapai 5,47 persen, lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan pada bulan Januari 2023 yang sebesar 5,28 persen dan inflasi tahunan Februari 2022 yang sebesar 2,06 persen.
"(Penyumbang) inflasi bulanan pada Februari 2023 diantaranya adalah komoditas beras, bawang merah, cabai merah dan rokok putih dengan andil masing-masing sebesar 0,08 persen untuk beras dan 0,4 persen untuk rokok kretek filter, 0,03 persen untuk bawang merah, 0,02 persen untuk cabai merah dan 0,01 persen untuk rokok putih," bebernya.
Kemudian, penyumbang utama inflasi tahunan pada Februari 2023 diantaranya adalah komoditas beras, bahan bakar rumah tangga, rokok Kretek filter dan tarif angkutan udara.
Rinciannya, dengan andil masing-masing sebesar 1,07 persen, 0,32 persen untuk beras, 0,2 persen untuk bahan bakar rumah tangga 0,2 persen untuk rokok kretek filter dan 0,7 persen untuk tarif angkutan udara.
Advertisement
Inflasi Februari 2023 5,47 Persen
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi Februari tahun 2023 sebesar 5,47 persen (yoy). Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan tingkat inflasi pada bulan Januari yakni 5,28 persen (yoy).
Sementara itu, secara tahun kalender atau Februari 2023 ke Desember 2022 terjadi kenaikan 0,50 persen.
"Secara year on year terjadi inflasi sebesar 5,47 peraen dan secara tahun kalender terjadi 0,50 petsen," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini, dalam konferensi pers, di Jakarta Pusat, Rabu (1/3/2023).
Pudji menjelaskan, tingkat inflasi Februari 2023 sebesar 0,16 persen (mtm). Hal ini terjadi karena indeks harga konsumen meningkat dari 113,98 pada Januari 2023 menjadi 114,16 di Februari 2023.
"Kalau secara series, secara bulan ke bulan ini lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yaitu Januari 2023 sebesar 0,34 persen," kata dia.
Adapun kelompok pengeluaran terbesar dari kelompok makanan, minuman dan tembakau. Pudji menjelaskan komoditas penyumbang inflasi secara mtm terbesar dari beras, rokok kretek filter, cabai merah, bawang merah, dan rokok putih.
"Jika dirinci kelompok pengeluaran penyumbang inflasi adalah kelompok makanan minuman dan tembakau, selain itu ada kelompok pengeluaran deflasi, dengan deflasi terdalam di kelompok transportasi," katanya.
Inflasi Januari
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi Januari tahun 2023 sebesar 5,28 persen (yoy). Angka ini lebih rendah dari jika dibandingkan tingkat inflasi pada bulan Desember yakni 5,51 persen (yoy)
"Inflasi tahun ke tahun pada Januari 2023 terhadap Januari 2022 itu mencapai 5,28 persen (yoy)," kata Kepala BPS, Margo Yuwono di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Rabu (1/2/2023).
Margo menjelaskan, tingkat inflasi Januari 2023 sebesar 0,34 persen (mtm). Hal ini terjadi karena indeks harga konsumen meningkat dari 113,59 pada Desember 2022 menjadi 113,98 di Januari 2023.
"Inflasi ini relatif lebih rendah dibandingkan Januari tahun sebelumnya sebesar 0,56 persen," kata dia.
Adapun kelompok pengeluaran terbesar dari kelompok makanan, minuman dan tembakau. Margo menjelaskan komoditas penyumbang inflasi secara mtm terbesar dari beras, cabai merah, ikan segar, cabai rawit dan rokok kretek filter.
"Itu adalah beberapa komoditas penyumbang inflasi pada bulan Januari secara mtm," katanya.
Dia melanjutkan, pada bulan Januari 2023, inflasi pangan tercatat 2,34 persen atau memberikan andil 0,07 persen. Tingkat inflasi pangan ini ini lebih tinggi dari bulan lalu.
Advertisement