Liputan6.com, Jakarta - Kiamat adalah keniscayaan dan pasti terjadi. Hanya saja, tiada seorangpun atau makhluk apapun yang mengetahui kapan terjadinya kiamat.
Bagi umat Islam, kepercayaan kiamat adalah keharusan. Percaya datangnya hari hari akhir juga merupakan rukun iman kelima.
Kiamat digambarkan begitu dahsyat. Pada zaman modern ini, mungkin saja ada yang berpendapat kiamat bisa dihindari.
Namun, jika berkaca pada Al-Qur'an, maka teknologi semodern apapun tak akan bisa menghindari kiamat. Sebab, saat terjadi kiamat, dunia seisinya hancur.
Baca Juga
Advertisement
Sebagai ibrah, Allah SWT pernah menimpakan azab kepada kaum yang durhaka. Riwayat kaum yang dibinasakan ini mengingatkan kita mengenai keniscayaan kiamat, meski di antara kita tak ada yang tahu kapan datangnya kiamat
Mengutip Republika, Al-Haqqah adalah salah satu nama hari akhir. Maknanya adalah sesuatu yang harus terjadi. Tidak ada keraguan sedikitpun. Bahwa azab yang Allah SWT janjikan bagi para pendurhaka dan surga bagi para hamba-Nya yang taat pasti terwujud.
Dalam Al-Qur'an surat al-Haqqah dibuka dengan pemberitaan sejarah mengenai kaum terdahulu. Mereka dihancurkan secara mengenaskan. Apa hubungannya dengan al-Haqqah? Jawabannya adalah, mereka mendustakan hari kiamat.
Dari redaksi pembukaan surah tersebut, tampak dengan jelas bahwa mendustakan hari kiamat adalah dosa yang sangat besar. Allah SWT sangat murka atas perbuatan tersebut. Penyebutan kata alhaaqqah saja menunjukkan penegasan, hari kiamat harus diyakini oleh siapa pun yang berakal.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Penegasan Kiamat
Ditambah lagi dengan pertanyaan (istifham) untuk menguatkan penegasan tersebut,
مَا الْحَاقَّةُ
“Apakah hari kiamat itu?”
Mal haaq qah. Ini untuk menekankan betapa agungnya peristiwa hari kiamat.
Sungguh celaka orang yang tidak meyakininya. Itu ditambah dengan istifham berikutnya:
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّةُ
“Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu?” (QS Al-Haqqah ayat 3)
Seakan-akan dikatakan, masihkah ada di antara makhluk yang berakal yang belum beriman kepada hari kiamat? Kalau masih ada, untuk apa selama ini akalnya digunakan?
Semua redaksi tersebut untuk menunjukkan, tidak boleh ada seorang pun yang meremehkan hari kiamat. Allah SWT saja mengagungkannya. Tidak pantas sama sekali jika ada makhluk yang menganggap alam akhirat tidak penting.
Bahkan, itu harus dipahami bahwa tujuan utama perjalanan hidup manusia selama di dunia adalah kepada alam akhirat. Lebih dari itu, semua redaksi tersebut ditunjukkan untuk menggambar kan ke mur kaan-Nya atas mereka yang mendustakannya.
Padahal, akal yang Allah SWT berikan atas mereka semestinya dipakai untuk memahami hakikat tersebut. Betapa besar kemurkaan Allah SWT atas para pendurhaka itu.
Dia menggunakan kata al-Qaariah, "kejadian yang pasti akan membuat hati bergetar" dan "jiwa-jiwa berguncang dengan keras".
Bayangkan, pada hari itu langit saja yang paling kokoh bisa runtuh. Apalagi, bumi yang selama ini mudah hancur umpamanya dengan gempa.
Advertisement
5 Kaum yang Dibinasakan yang Diabadikan dalam Al-Qur'an
Setidaknya, ada lima kaum yang disebutkan dalam surat al-Haqqah. Karena kedurhakaannya, mereka dihancurkan di dunia sebagai downpayment azab. Di akhirat, mereka pasti akan dimasukkan ke dalam neraka.
كَذَّبَتْ ثَمُودُ وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ
“Kaum Tsamud dan 'Aad telah mendustakan hari kiamat.” (QS Al-Haqqah ayat 4)
Kaum Tsamud diazab dengan suara yang sangat nyaring, "at-thaghiyah". Kaum Aad dihancurkan dengan angin kencang yang berembus selama tujuh malam delapan hari terus menerus.
Selain itu, Firaun ditenggelamkan. Kepada kaum Nabi Luth, bumi tempatnya berpijak di balik, "al-mutafikaat". Kaum Nabi Nuh dihanyut topan, "thaghal maa". Demikian pesan surah al-Haqqah ayat 5-12.
لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ
“Agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.”
Menariknya, dalam surat ini mereka disebutkan bersamaan di satu tempat. Padahal, kisah mereka disebutkan dalam berbagai surah Alquran secara terpencar-pencar dengan redaksi yang berbeda. Yang demikian itu untuk menjadi pelajaran. Hendaknya dosa-dosa mereka tidak diulangi kaum-kaum berikutnya. (Sumber: Naskah Dr Amir Faisal Fath, tayang di Harian Republika, dikutip dari Republika.co.id)
Tim Rembulan