Tren Hijab 2023, Kembali ke Basic

Dengan cakupan kembali ke basic, tren hijab 2023 salah satunya akan berupa motif monogram.

oleh Putu Elmira diperbarui 03 Mar 2023, 07:30 WIB
Ilustrasi tren hijab 2023. (dok. unsplash.com/nicolafioravanti)

Liputan6.com, Jakarta - Tren di industri fesyen berubah dari waktu ke waktu seiring perkembangan gagasan desainer maupun minat masyarakat. Tidak terkecuali dengan tren hijab 2023 yang disebut akan kembali ke basic.

"Tren hijab masih voal, print. Cuma sekarang motif-motifnya lebih ke monogram dan lebih simpel jadi warna-warnanya lebih monokrom dan basic," kata co-owner Monel Brand Irma Maryam saat ditemui di kawasan Melawai, Jakarta Selatan, Rabu, 1 Maret 2023.

Irma menyampaikan, orang-orang akan lebih menyukai warna-warna kalem dan kebanyakan disesuaikan dengan print hijab. "Trennya sublim. Sublim bebas-bebas saja boleh memproduksi print dari desainnya sendiri, tidak terpaku ketersediaan material di pasaran," tambahnya.

Ia melanjutkan, "Kebanyakan brand saat ini, termasuk kami, memproduksi dengan logo kami. Lebih simpel dan banyak mix and match, dari pakaian sampai hijab."

Dikatakan Irma, ada pula "tren pasmina dan sudah sesimpel mungkin." "Sudah instan dan dimudahkan dengan teknologi," terangnya.

Founder Indonesia Hijabfest, Sheena Krisnawati, menyampaikan bahwa di Hijabfest, kebanyakan hijab tahun ini lebih pada print. "Kalau color awal kemunculan 2011--2013 itu ke warna pastel, ke sini ramai monokrom dan basic," katanya.

Sheena menerangkan adanya istilah cewek kue hingga cewek mamba memunculkan karakter tersendiri. "Teman-teman hijab pintar banget menjemput color yang mereka minati. Tapi, basic color selalu menjadi favorit," tambah Sheena soal tren hijab di Hijabfest.


Tentang World Hijab Day

Ilustrasi perempuan berhijab. (dok. pexels.com/ekrulila)

Muslimah asal New York, Amerika Serikat (AS), Nazma Khan, menjadi pencetus World Hijab Day (WHD) atau Hari Hijab Sedunia yang diperingati setiap 1 Februari. Visi dan misinya adalah menjunjung tinggi para muslimah yang berhijab.

Hal ini sebagai tanda mereka menutup aurat dengan hijab secara sukarela dan karena patuh terhadap ajaran agama Islam, bukan sebuah paksaan. Melansir laman resminya, Nazma merupakan imigran asal Bangladesh yang pindah ke New York, Amerika Serikat, pada 1994.

Ia jadi satu-satunya perempuan yang mengenakan hijab di sekolahnya di New York. Ia yang saat itu masih berusia 11 tahun sering kali diteriaki 'Batman' atau 'Ninja' oleh teman-temannya. 

Ketika sudah mulai masuk perguruan tinggi, ia dirundung dengan tudingan teroris akibat peristiwa serangan 11 September 2001. Dari kejadian demi kejadian kurang mengenakkan itu, Nazma merasa perlu bertindak agar hal demikian tidak terus terjadi, baik pada dirinya maupun rekan sesama muslimah di dunia.


Cerita Penggagas

Ilustrasi perempuan berhijab. (dok. unsplash.com/Asnida Riani)

Nazma bercerita, "Tumbuh di Bronx, NYC, saya mengalami banyak diskriminasi karena hijab saya. Ketika saya masuk Universitas setelah Tragedi 9/11, saya dipanggil Osama bin Laden atau teroris. Itu mengerikan."

Dalam laman resmi World Hijab Day, ia menulis, "Saya pikir, satu-satunya cara untuk mengakhiri diskriminasi adalah jika kami meminta saudara perempuan kami untuk mengenakan hijab juga."

Nazma kini menjalani kegiatan sebagai motivator dan aktivis sosial, terutama mengenai masalah hijab. Dalam unggahan pada 12 November 2022, Nazma tampak mengisi sebuah acara di Florida, berbicara tentang perjuangannya agar hijab bisa lebih diterima masyarakat Amerika.

Namanya sebagai penggagas World Hijab Day membuatnya kerap diundang jadi pembicara di berbagai acara. World Hijab Day diharapkan dapat menumbuhkan toleransi dan pemahaman agama dengan cara mengajak para perempuan, baik muslim maupun bukan, untuk mengenakan hijab selama satu hari.

Nazma berharap dengan memberi pemahaman baru mengenai hijab, hal tersebut dapat menghilangkan pertanyaan mengapa perempuan muslim wajib mengenakan hijab.


Gerakan Inspiratif

Ilustrasi Hijab. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Gerakan itu menginspirasi beragam inisiatif terkait hijab di berbagai negara. Dikutip dari worldhijabday.com, Parlemen Skotlandia menggelar pameran tiga hari untuk menandai Hari Hijab Sedunia pada 2018. Banyak politikus, termasuk Menteri Pertama Skotlandia Nicola Sturgeon, menunjukkan dukungannya.

Di Filipina, gerakan itu menginspirasi pendeklarasian Hari Hijab Nasional di Filipina setiap 1 Februari. Hal tersebut juga disetujui Parlemen Filipina.

Pada 2021, Nazma mendirikan Bulan Sejarah Muslim Internasional untuk menghentikan Islamofobia secara global dengan menghormati dan merayakan kontribusi pria dan perempuan Muslim pada dunia sepanjang sejarah. Senat Negara Bagian New York mengadopsi Mei 2021 sebagai Bulan Sejarah Muslim untuk Negara Bagian New York dalam resolusi Senat no. J718.

Pada 1 Februari 2022, Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, membantu merayakan Hari Hijab Sedunia ke-10 dan memperkuat misinya. Berikutnya pada 2022, Nazma terpilih sebagai pembicara tamu pada KTT Perempuan dan Keadilan Internasional ke-5 di Turki, yang mana ia kemudian menyoroti diskriminasi yang dihadapi oleh perempuan Muslim yang mengenakan hijab di depan umum dan pasar tenaga kerja. Dia termasuk di antara banyak pembicara dan tamu terhormat, termasuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan.

Macam-macam material fesyen berkelanjutan. (dok. Liputan6.com/Trie Yasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya