Liputan6.com, Jakarta - Gubernur NTT Viktor Laiskodat tengah disorot akibat kebijakan yang ia terapkan, yakni siswa SMA/SMK diharuskan masuk sekolah jam 5 pagi. Menurut beliau, kebijakan itu dilakukan untuk melatih bagi siswa yang ingin masuk Akademi Kepolisian dan Akademi Militer.
Ia juga menyatakan bahwa kebijakan tersebut bertujuan untuk mempersiapkan para siswa kelas XII SMA/SMK masuk ke perguruan tinggi negeri maupun luar negeri. Meski begitu, sejumlah penelitian malah menunjukkan bahwa waktu masuk sekolah lebih lambat justru lebih baik bagi anak-anak.
Advertisement
[bacajuga:Baca Juga](5220286 5221247/ 5221189)
Menurut National Sleep Foundation, anak-anak usia 6–13 tahun membutuhkan antara 9 dan 11 jam tidur di malam hari. Remaja (usia 14–17) membutuhkan 8–10 jam setiap malam. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa kebanyakan remaja tidak cukup tidur.
Di Amerika Serikat saja, hampir 60 persen siswa sekolah menengah pertama tidak cukup tidur di malam. Untuk siswa sekolah menengah atas, angka itu naik menjadi lebih dari 70 persen.
Waktu tidur yang terlambat dan waktu mulai sekolah lebih awal merupakan faktor penyebab kurangnya tidur remaja. Di sisi lain, kurang tidur dapat memengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan kesuksesan akademik siswa secara keseluruhan, dan bahkan dapat menimbulkan konsekuensi kesehatan jangka panjang.
Baik American Academy of Sleep Medicine dan American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar sekolah menengah pertama dan atas dimulai tidak lebih awal dari jam 8:30 pagi. Kedua organisasi ingin memastikan siswa mendapatkan tidur yang cukup agar mereka waspada dan siap belajar di sekolah.
Kebutuhan Biologis
Biologi memainkan faktor besar dalam siklus tidur anak-anak dan remaja. Sekitar awal pubertas, sebagian besar remaja mengalami waktu tidur dan bangun lebih lambat, yang juga disebut "penundaan fase."
Penundaan fase ini dapat menggeser jam internal tubuh hingga dua jam. Akibatnya, rata-rata remaja tidak bisa tidur hingga pukul 23.00 dan sebaliknya bangun pukul 8 pagi atau bahkan lebih lambat. Waktu mulai sekolah yang lebih lambat membantu mengakomodasi kebutuhan biologis ini. Perawatan menyeluruh untuk kebersihan tidur, tidur malam yang nyenyak dapat membantu remaja mengatur tidur mereka.
Faktor lain yang mempengaruhi tidur siswa adalah ekspektasi budaya. Melansir dari Sleepfoundation, siswa sekolah menengah dan atas Amerika sering mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler, seperti olahraga, klub, dan pekerjaan yang sering berlangsung sampai larut malam.
Siswa sekolah menengah juga punya lebih banyak pekerjaan rumah, penggunaan teknologi larut malam, dan lebih sedikit waktu tidur yang diatur orang tua, yang semuanya dapat menyebabkan siswa begadang lebih lama dari yang seharusnya untuk mendapatkan tidur yang cukup.
Advertisement
Mengurangi Prestasi Akademik
Tak beda jauh dengan di Amerika, para ahli di Indonesia juga punya pendapat senada. Salah satunya datang dari Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K) menjelaskan bahwa anak usia sekolah yang kurang tidur bisa mengalami sulit berkonsentrasi sampai mengurangi prestasi akademik anak.
"Pada anak besar usia sekolah, kurang tidur dapat menyebabkan anak kurang konsentrasi, tidak fokus, selanjutnya akan menyebabkan masalah belajar dan mengurangi prestasi akademik anak," kata Rini dikutip dari Antara, Rabu (1/3/2023). Rini yang juga tergabung dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu menjelaskan bahwa anak memiliki durasi tidur yang berbeda sesuai dengan usia masing-masing.
Misalnya, anak berusia 4 sampai 12 bulan sebaiknya mempunyai durasi tidur selama 12 hingga 16 jam per hari. Kemudian 1 hingga 2 tahun tidur selama 11 sampai 14 jam per hari dan usia 3 sampai 5 tahun tidur 10 hingga 13 jam per hari.
Selanjutnya pada anak usia sekolah yakni 6 hingga 12 tahun, Rini menganjurkan untuk tidur selama 9 hingga 12 jam per hari dan usia 13 hingga 18 tahun tidur selama 8 hingga 10 jam per hari. Rini mengimbau agar setiap anak memiliki jam tidur yang baik, terlebih pada anak dengan usia yang lebih kecil.
Fungsi Tidur Bagi Anak
Bila mereka mengalami kurang tidur, maka hal tersebut akan mempengaruhi mood hingga keaktifannya dalam bermain. Hal tersebut disebabkan karena fungsi tidur bagi anak sendiri berguna untuk memulihkan fisik, emosi maupun psikososialnya. Sehingga, kurang tidur juga akan berpengaruh pada tumbuh kembang hingga masalah perilaku anak.
"Bila anak (dengan usia lebih kecil) kurang tidur, akan menimbulkan kerewelan, anak tertidur saat makan, kurang aktif bermain dan bersosialisasi dengan teman sebaya," ungkap Rini.
"Selain itu, akan berdampak pada sistem imun anak sehingga anak mudah terserang penyakit. Kemudian, saat tidur malam, tubuh akan mengeluarkan hormon pertumbuhan secara maksimal, dan hormon pertumbuhan berguna untuk mengoptimalkan tinggi badan anak," tutupnya.
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa waktu mulai sekolah lebih awal dikaitkan dengan siswa yang kurang tidur, yang secara negatif memengaruhi kinerja akademik siswa. Siswa yang kurang tidur mengalami kesulitan untuk memperhatikan di kelas dan cenderung memiliki nilai yang lebih rendah. Mereka mungkin juga mengalami iritabilitas dan kelelahan.
Advertisement