Toko Buku Akik, Destinasi Seru nan Antik Kala ke Yogyakarta

Sebuah toko buku independen di Yogyakarta bernama Toko Buku Akik menjual ragam koleksi buku dari yang langka hingga terbaru. Toko buku ini juga merupakan perpustakaan dan menyediakan mesin tik untuk dipinjam.

oleh Dyra Daniera diperbarui 07 Mar 2023, 09:03 WIB
Toko Buku Akik, toko buku bergaya vintage di Yogyakarta. (Dok. Instagram/@bukuakik/https://www.instagram.com/p/CSgMKwBljFT/)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu tempat yang harus disambangi saat berkunjung ke Yogyakarta adalah Toko Buku Akik, sebuah toko buku independen dengan nuansa homey yang menyajikan beragam koleksi buku. Toko buku ini terletak di Jl. Kaliurang Km 12, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.

Sebelum dibuka sebagai toko buku fisik pada 2018, Toko Buku Akik memulai kisahnya dengan berjualan buku secara daring. “Awalnya hanya jualan online melalui Instagram,” ujar Tomi Wibisono (30), pendiri Buku Akik, ketika diwawancarai Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Tomi mulai mendirikan Buku Akik pada 2015. Kala itu, dirinya masih menempuh studi di Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Gadjah Mada.

Pada mulanya, tidak ada niatan serius untuk mendirikan sebuah toko buku yang kini ramai dikunjungi. Tomi bercerita, "Awalnya hanya iseng menjual buku koleksi pribadi, menjual buku biar bisa beli buku baru."

Toko Buku Akik terletak di lantai satu sebuah rumah. Toko ini membagi ruang menjadi dua bagian. Pada sisi barat ruangan, terdapat perpustakaan yang memuat beragam koleksi buku yang tidak diperjualbelikan. Sementara buku yang dijual terdapat di rak-rak pada sisi timur ruangan. Seluruh ruangan tampak padat dengan rak yang penuh terisi buku.

"Kalau sekarang mungkin sekitar 3.000 judul ya," ujar pria kelahiran 1992 itu menjelaskan jumlah buku yang dijual baik secara fisik atau melalui toko daring. Buku Akik menjual buku-buku dari berbagai genre. "Saat ini hampir semua jenis buku ada, tapi yang diutamakan buku-buku seni, sosial-politik, dan sastra," terang Tomi. 


Dukung Penerbit Kecil

Toko buku ini menyediakan 5000 koleksi buku di perpustakaan dan mesin tik untuk dipinjam. (Dok. Instagram/@lifeatbukuakik/https://www.instagram.com/p/CdFhqB5LGOk/)

Meski menyertakan nama "toko", Toko Buku Akik menawarkan pengalaman yang lebih beragam kepada pengunjung, tidak seperti kebanyakan toko buku konvensional. Buku Akik juga merangkap sebagai perpustakaan.  

Jumlah koleksi buku yang ada di perpustakaan lebih banyak dari yang dijual. Tomi menerangkan, "Kita punya perpustakaan dengan lebih dari 5.000 buku, bisa dibaca gratis."

"Jadi ke Buku Akik enggak mesti harus beli buku, baca doang juga boleh. Bisa dijadikan referensi untuk menulis,"jelas Tomi.

Banyak pengunjung Toko Buku Akik yang memang merupakan penulis, yang terkadang butuh tempat sunyi untuk berkarya. Uniknya, Buku Akik juga menyediakan mesin tik yang boleh digunakan.

"Kita juga mengoleksi mesin tik, yang bisa dipakai teman-teman yang berkunjung," ujar Tomi. Koleksi mesin tik semakin menambah sentuhan antik toko ini. Mesin tik memiliki daya tarik tersendiri bagi banyak orang, terutama karena bunyi ketikannya yang khas. 

Sebagai toko buku independen, Toko Buku Akik tidak hanya menyajikan karya best-seller, tapi justru lebih mengutamakan karya para penulis dan penerbit yang masih merintis. "Kita juga meng-highlight karya-karya dari penulis muda atau terbitan-terbitan penerbit dari penerbit kecil," ungkap Tomi. "Karena sudah seharusnya toko buku kecil ikut mendukung penerbit kecil."


Dikunjungi Penulis dan Tokoh Publik

Najwa Shihab kala berkunjung ke Toko Buku Akik. (Dok. Instagram/@bukuakik/https://www.instagram.com/p/CVahNfxB1X9/)

Gaya Toko Buku Akik yang lawas, dengan dinding luar bata ekspos, interior kursi vintage, ditambah dengan lampu yang remang-remang, membuat toko buku ini ramai pengunjung. Melalui akun Instagram @lifeatbukuakik, Buku Akik membagikan foto-foto dan cerita menarik dari para pengunjung setiap hari. 

"Respons pengunjung sih melampaui ekspektasi saya," ujar Tomi. Toko Buku Akik selalu menjadi topik yang ramai dibicarakan di berbagai media sosial. "Banyak dari teman-teman memberikan kesan yang bikin terharu," lanjutnya. 

Bahkan, beberapa pesohor, penulis, dan tokoh publik juga telah berkunjung ke Toko Buku Akik kala sedang berada di Yogyakarta. "Buku Akik sering didatangi penulis atau seniman, teman-teman pengunjung sangat mungkin bertemu dengan orang-orang yang mungkin mereka kagumi," jelas Tomi.

Beberapa tokoh publik yang telah mengunjungi Buku Akik di antaranya Najwa Shihab, Eka Kurniawan, Pidi Baiq, Henry Manampiring, Bio One, dan Fanny Soegi. Dian Sastro juga pernah membeli buku di Buku Akik secara daring. 


Menghidupkan Komunitas Seni dan Sastra

Toko Buku Akik mengadakan acara sastra dan musik. (Dok. Instagram/@lifeatbukuakik/https://www.instagram.com/p/CbzOC5xLIxp/)

Dengan lebih dari 374.000 pengikut di Instagram, Toko Buku Akik menjadi salah satu toko buku independen yang sukses memberi ruang bagi para pecinta buku dan sastra. Buku Akik bertujuan untuk mengajak para pembaca bersenang-senang dengan menghadirkan toko buku, merekomendasi bacaan, dan memberi ruang untuk para penulis-penulis muda.

Lebih dari itu, Buku Akik juga menghadirkan acara-acara yang berkaitan dengan seni dan sastra. "Beberapa kali kami membuat intimate talk dengan penulis, minggu lalu bersama Reda Gaudiamo," ucap Tomi. "Selain itu kita juga bikin Live at Buku Akik, sebuah mini konser di mana musisi perform di tengah-tengah toko buku. Kita juga bikin Buku Akik awards, dan festival buku online Buku Akik Girls Day Out."

Buku Akik juga menjual merchandise seperti kaos, tote bag, hingga pin enamel dengan desain unik yang banyak berkaitan dengan dunia seni dan sastra. Koleksi merchandise yang ditawarkan dapat dilihat melalui Instagram @akikartshop. 

Penelitian Central Connecticut State University pada 2016 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Hal itu menyebabkan munculnya narasi mengenai masyarakat Indonesia yang malas membaca.

Namun, Tomi menampik hal tersebut. "Kalau ngelihat orang-orang di sekitar sih, kayaknya itu narasi yang keliru, karena tiap hari ada kunjungan ke toko kecil kami, tiap hari ada orang yang beli buku," ujarnya. "Tapi kalau akses bacaan di Indonesia sulit, itu aku setuju."

Infografis Nobel Sastra (Liputan6.com/Deisy Rika)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya