Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Joko Agus Setyono mengatakan, pihak Pemprov DKI Jakarta masih menargetkan banjir surut dalam enam jam.
Key Performance Indicator (KPI) ini diterapkan pertama kali di kepemimpinan Gubernur 2017-2022 Anies Baswedan.
Advertisement
Adapun ini disampaikannya saat memantau ketinggian air Pintu Air Manggarai, Jakarta Pusat, pada Rabu (1/3/2023) guna mengantisipasi terjadinya banjir.
"KPI itu tentunya menjadi tolak ukur kita juga. Ya kalau beliau, pemerintahan sebelumnya mengatakan 6 jam surut, kita akan berusaha. Kita sama-sama berdoa ya banjir tidak terjadi dengan curah hujan yang sedemikian ini," kata Joko kepada wartawan, Rabu (1/3/2023).
Meskipun demikian, dia juga membanggakan bantuan dari pemerintah pusat untuk mengurangi dampak dari hujan dan penanggulangan banjir.
"Arahan dan bantuan dari pemerintah pusat juga luar biasa. Dari pembuatan waduk ciawi sukamahi, ini juga manfaatnya luar biasa. Kemudian normalisasi Kali Ciliwung juga sudah berjalan. Kemudian juga kita mengeruk sungai karena sungai ini sedimentasinya luar biasa, tanah-tanah dan lain sebagainya," ujar Joko.
Lebih lanjut, Joko menyebut bahwa banjir di Jakarta masih dalam kategori aman. Adapun penyebab banjir yang muncul akhi-akhir ini karena cuaca.
"Mungkin 10 hari ke belakang ya kita hampir tiap hari 24 jam itu hujan. Kita berangkat kerja pun luar biasa itu berupaya bagaimana caranya supaya kita bisa sampai ke kantor itu cepat. Pada hari ini kita masih di bawah normal, artinya bahwa program penanggulanyan atau mengatasi banjir kita itu bisa dikatakan berhasil," ucap Joko.
Sebelumnya, Anies membuat KPI yang berisi target agar banjir surut dalam waktu enam jam. Tak hanya itu, ia juga menerbitkan Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 52 Tahun 2020.
Ingub tersebut memuat tentang pembangunan sistem deteksi dan peringatan dini, percepatan program penanganan banjir Jakarta, hingga memastikan infrastruktur pengendalian banjir yang sudah ada beroperasi dalam kapasitas optimal.
MRT Siapkan Mitigasi Banjir
PT Mass Rapid Transit atau Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta memperkuat strategi mitigasi banjir di area stasiun seiring dengan tingginya curah hujan yang melanda Ibu Kota.
Mitigasi ini dilakukan untuk memperkuat upaya pencegahan banjir melalui sejumlah kegiatan, di antaranya pembersihan manhole dan gorong-gorong secara berkala.
Selain itu, juga dilakukan modifikasi saluran air di sekitar stasiun, menyiagakan tenaga kebersihan di area pedestrian untuk memastikan tali air (gutter) selalu dalam kondisi bersih, hingga menyediakan floodgate di setiap pintu masuk stasiun bawah tanah MRT.
“Desain pintu masuk stasiun bawah tanah MRT Jakarta lebih tinggi dari permukaan jalan. Elevasi pintu masuk tersebut sudah mempertimbangkan aspek ketahanan dengan kajian hidrologi periode banjir 200 tahunan," kata Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta Muhammad Effendi dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (1/3/2023).
Effendi menjelaskan, bahwa pihaknya juga telah menyiapkan strategi pengendalian banjir di area entrance (pintu masuk) stasiun, seperti penyediaan flood barrier di setiap pintu masuk stasiun, melakukan simulasi banjir secara berkala, dan penyediaan pompa submersible.
"Bahkan, kami juga membuat sumur resapan. Tentu saja koordinasi berkala dengan Dinas Bina Marga dan Dinas Sumber Daya Air serta Damkar terus kami perkuat,” kata dia.
Advertisement