Pendapat Pejabat The Fed Terbelah, Rupiah Hari Ini Melemah ke 15.265 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah diperkirakan mengalami pelemahan ke arah 15.300 per dolar AS, dengan potensi tertahan di kisaran 15.220 per dolar AS.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Mar 2023, 10:25 WIB
Pada Kamis (2/3/2023), rupiah dibuka menurun 30 poin atau 0,20 persen ke posisi 15.265 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.235 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerakmelemah pada perdagangan Kamis ini. Pelemahan nilai tukar rupiah hari ini dipicu indikasi akan kenaikan inflasi di Amerika Serikat (AS).

Pada Kamis (2/3/2023), rupiah dibuka menurun 30 poin atau 0,20 persen ke posisi 15.265 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.235 per dolar AS.

"Rupiah bisa berbalik melemah terhadap dolar AS hari ini dengan semakin meningkatnya ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih agresif," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

Ariston menuturkan data survei aktivitas manufaktur AS Januari menunjukkan bahwa harga yang dibayarkan oleh perusahaan manufaktur meningkat. Hal itu mengindikasikan inflasi bakal naik.

Di sisi ekonomi, PMI (Indeks Manajer Pembelian) manufaktur AS Februari naik tipis menjadi 47,7 persen dari pembacaan Januari sebesar 47,4 persen, Institute for Supply Management melaporkan pada Rabu (1/3/2023). Para ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal memperkirakan indeks mencapai total 47,6 persen. Angka di bawah 50 persen mengindikasikan kontraksi di sektor tersebut.

Selain itu, tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS juga naik di mana tenor 10 tahun sudah menyentuh empat persen.

Para pejabat Bank Sentral AS atau The Fed pada Rabu terpecah atas apakah data inflasi tinggi baru-baru ini dan pasar pekerjaan yang terus-menerus panas akan membutuhkan suku bunga yang lebih ketat, atau hanya kesabaran dalam mempertahankan kebijakan moneter yang ketat untuk jangka waktu yang lebih lama.

Para pejabat Fed akan mengajukan proyeksi baru pada pertemuan dalam tiga minggu, dan para analis serta investor memperkirakan suku bunga rata-rata yang dilihat oleh pejabat untuk akhir 2023 akan bergerak mungkin seperempat poin lebih tinggi dari 5,1 persen yang diantisipasi pada Desember.

Di sisi lain, sentimen positif dari membaiknya perekonomian China dan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa membantu menahan pelemahan rupiah.

Ariston memprediksi peluang pelemahan rupiah ke arah 15.300 per dolar AS, dengan potensi tertahan di kisaran 15.220 per dolar AS.


5 Alasan Nilai Tukar Rupiah Bakal Berdiri Gagah di 2023

Tumpukan mata uang Rupiah, Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia (BI) yakin bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tetap akan perkasa di 2023. Keyakinan ini setelah melihat realisasi di awal tahun sekaligus stabilitas sistem keuangan sekaligus kondisi ekonomi nasional. 

Nilai tukar rupiah mampu berdiri gagah jika melihat kondisi per 15 Februari 2023. Lewat unggahan media sosial Instagram @bank_indonesia, rupiah mampu menguat 2,39 persen dibandingkan dengan level akhir Desember 2022.

Jika dibandingkan dengan mata uang negara tetangga, rupiah juga masih jauh perkasa. Terlihat mata uang Filipina hanya mampu naik 0,99 persen. Sedangkan dilanjutkan Thailand hanya menguat 0,85 persen. Bahkan mata uang ringgit Malaysia hanya naik sebesar 0,27persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, rupiah tak bakal tumbang karena didukung 5 faktor fundamental yang akan menjadi kunci menguatnya Rupiah.

“Bank Indonesia tidak menargetkan level, melainkan memberikan direction bahwa Rupiah akan menguat.” kata Perry dikutip pada Kamis (23/2/2023).

Berikut 5 alasan nilai tukar Rupiah akan menguat di 2023 menurut Bank Indonesia:

1. Prospek pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat baik, di antaranya:

  • Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV 2022 tinggi sebesar 5,01% (yoy)
  • Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2022 mencatat surplus 4,7miliar dolar AS.
  • PMI-BI triwulan IV 2022 sebesar 50,06% atau berada pada fase ekspansi (indeks >50%)

2. Tekanan inflasi berlanjut turun

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2023 tercatat rendah sebesar 0,34% (mtm) atau 5,28% (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 5,51% (yoy).

3. Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) jangka pendek menarik

Imbal hasil SBN tenor jangka pendek meningkat 100 bps dibandingkan dari sebelum kenaikan BI7DRR pada Juli 2022. Di samping itu, Imbal hasil SBN tenor jangka panjang tetap terkendali.

4. Komitmen Bank Indonesia

BI berkomitmen untuk terus melakukan stabilisasi kurs melalui intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian/penjualan SBN di pasar sekunder.

5. Meredanya ketidakpastian pasar keuangan global

Keadaan ini memicu optimisme dari pasar global yang berdampak pada meningkatnya aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik. Ini tercermin dari investasi portofolio yang mencatat net inflows sebesar 6miliar dolar AS hingga 14 Februari 2023.

Reporter: Jessica Sheridan

Infografis Beda Rupiah 1998 dengan 2018 terhadap Dolar AS. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya