Tabungan Orang Super Kaya di Bank Berkurang, Diduga Mulai Hobi Belanja

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, nominal simpanan atau tabungan bank orang super kaya tersebut turun 2,43 persen dibanding Desember 2023.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 02 Mar 2023, 13:31 WIB
Dana simpanan yang dihimpun perbankan berkurang lantaran para nasabah super kaya mulai hobi berbelanja. . Sumber foto: unsplash.com/rawpixel.
Liputan6.com, Jakarta Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat, total nominal simpanan di bank umum per Januari 2023 pada Januari 2023 sebesar Rp 8.004 triliun. Jumlah itu naik 11,7 persen secara tahunan (year on year) dibanding Januari 2022. 
 
Namun, Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, nominal simpanan atau tabungan bank orang super kaya tersebut turun 2,43 persen dibanding Desember 2023. 
 
"Simpanan bank naik 11,70 persen per Januari 2023. Kalau kita lihat kan walaupun (naik year on year) 11 persen, kita masih mundur dibanding sebelumnya (Desember 2023). Jadi kalau dari datanya sih memang sedang turun di Januari ini," terangnya saat ditemui di JS Luwansa, Jakarta, Kamis (2/3/2023).
 
Purbaya menduga, dana simpanan yang dihimpun perbankan berkurang lantaran para nasabah super kaya mulai hobi berbelanja.  
 
"Dugaan saya adalah, mereka mulai belanja. Walaupun yang atas masih tinggi, tapi pertumbuhannya melambat dari 13,87 (Desember 2023) persen ke sekitar 11 persen," kata dia. 
 
Merujuk data LPS per Januari 2023, nominal simpanan terbesar masih didominasi tiering simpanan di atas Rp 5 miliar, yang mencakup 53,2 persen dari total simpanan. Nilai rekening nasabah super kaya itu mencapai Rp 4.524 triliun, turun 2,9 persen dari Desember 2023.
 
Selain nasabah orang super kaya, Purbaya melihat nominal simpanan nasabah di bawah Rp 100 juta pada Januari 2023 juga turun secara bulanan (month to month). Nilainya Rp 976 triliun, terkoreksi 4,3 persen dari Desember 2022. 
 
Begitu juga nilai nasabah dengan simpanan Rp 100-200 juta, Rp 200-500 juta, Rp 500 juta sampai dengan Rp 1 miliar, Rp 1-2 miliar, Rp 2-5 miliar, semuanya mengalami penurunan dibanding Desember 2023. 
 
"Kalau kita lihat yang di bawah Rp 100 juta, itu turun. Pertumbuhannya turun terus. Yang sampai Rp 200 juta juga turun," ujar Purbaya. 
 
 
 

LPS Imbau Masyarakat Waspadai Modus Kejahatan Siber

Ilustrasi Keamanan Siber, Kejahatan Siber, Malware. Kredit: Elchinator via Pixabay

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai modus kejahatan siber yang marak terjadi di Indonesia. Hal tersebut berkaitan dengan informasi data pribadi yang nantinya dapat merugikan diri sendiri.

Anggota LPS, Didik Madiyono mengatakan bahwa data pribadi yang berkaitan dengan transaksi melalui platform digital maupun e-commerce harus dijaga dengan baik.

"Masyarakat harus menyadari bahwa informasi data pribadi yang digunakan dalam bertransaksi baik melalui platform digital ataupun e-commerce harus dijaga dengan baik"kata Didik, dikutip dari Antara, pada Rabu (1/2/2023).

Didik juga menyampaikan bahwa hal tersebut sangat penting terutama kini pembayaran digital yang terus meningkat seiring inovasi sistem pembayaran nasional, dan pertumbuhan ekonomi digital. Selain itu, Didik juga menambahkan terkait dominasi tunai juga mulai berkurang karena tergantikan oleh pembayaran nontunai.

"Di samping perkembangan digitalisasi yang pesat, kita juga perlu menyadari beberapa risiko atas tren digitalisasi tersebut seperti risiko serangan siber, kebocoran data sensitif, serta bentuk-bentuk risiko operasional lainnya yang terkait dengan sistem informasi dan teknologi," ujarnya.

Berdasarkan data transaksi uang elektronik, selama 2022 terjadi transaksi uang elektronik di Indonesia sebenar Rp6,9 miliar kali dengan nilai transaksi mencapai Rp408 triliun. Hal tersebut juga masih konsisten terjadi hingga pertengahan tahun 2022, baik secara volume maupun nilai.

"Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat semakin nyaman untuk menggunakan transaksi secara digital yang dianggap lebih praktis, mudah, dan aman," katanya.


Indonesia Tak Akan Jadi Negara Maju Jika Tak Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Pekerja kantoran menyebrang menggunakan fasilitas Pelican Crossing di kawasan Jalan Thamrin, Jakarta. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Indonesia saat ini disebut tengah mengalamo bonus demografi yang menjadi peluang untuk meningkatkan taraf ekonomi nasional. Namun, nyatanya masa puncak bonus demografi ini tersisa dalam waktu yang cukup singkat.

Sekretaris Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan kalau puncak bonus demografi terjadi selama 10 tahun, antara 2020-2030. Namun, semasa pandemi sekitar 3 tahun belakangan, masa itu kurang dimanfaatkan.

"Sehingga kesepatan kita untuk memanfaatkan bonus demografi, untuk keluar dari middle income trap, itu hanya tinggal tahun 2023 ini sampai 2030 dan itu sekali lagi itu hanya terjadi dalam 1 kali dalam setiap sejarah peradaban Indonesia," kata dia dalam Grand Launching LPS HII dan LPS MSDM Apindo, Kamis (23/2/2023).

"Kalau kita gak bisa memanfaatkan itu, lupakan Indonesia akan pernah menjadi negara yang sejahtera," sambungnya.

Dia mengatakan masa krusial untuk memanfaatkan masa puncak bonus demografi berkisar 5-7 tahun kedepan. Ini pula yang tengah menjadi perhatian pemerintah saat ini dan kedepannya.

Susiwijono menyontohkan banyak negara yang gagal memanfaatkan puncak bonus demografi ini. Sehingga, negara-negara itu gagal meningkatkan taraf ekonominya.

Brazil dan Malaysia

Sebut saja, Brazil dan Malaysia yang disebut oleh Susiwijono yang akhirnya terjebak dalam posisi middle income trap. Maka, kesempatan untuk mengambil langkah, kata dia, hanya ada di masa 5-7 tahun kedepan.

"Sehingga itulah pentingnya masa-masa puncak bonus demografi, kalau kita mau jadi negara sejahtera, kesempatannya hanya ini, lupakan untuk masa-masa yang lain kalau kita tidak bisa sukses di 5 tahun kedepan," tegasnya.

 

Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya