Liputan6.com, Jakarta Bagi yang pernah atau tengah merasakan menjadi seorang caregiver (pengasuh), Anda mungkin sudah paham rasa lelahnya. Harus tetap waras saat menghadapi kondisi seseorang dengan penyakit kronis yang tak menentu.
Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu hal yang masih bisa diupayakan adalah berbagi keluh kesah. Tak selalu menyelesaikan masalah, namun berbagi keluh kesah dipercaya bisa meringankan beban caregiver.
Advertisement
Psikolog anak, remaja, dan keluarga Universitas Kristen Maranatha Bandung, Efnie Indriani mengungkapkan bahwa caregiver bisa melakukan psikoterapi dengan para ahlinya untuk mengurangi stres.
"Caregiver pun harus mendapatkan psikoterapi, karena 24 jam menghadapi pasien penyakit kronis bisa membuat mereka menjadi stres," ujar Efnie melalui keterangan pada Health Liputan6.com ditulis Kamis, (2/3/2023).
"Jadi seorang caregiver juga harus dikuatkan fungsi mentalnya, jika tidak mereka bisa menyerah," tambahnya.
Efnie menambahkan, para caregiver turut bisa belajar teknik mengelola stres hingga melakukan penguatan mental. Hal ini dinilai penting selama proses menjadi seorang caregiver yang kebanyakan tidak diketahui sampai kapan batasnya.
"Caregiver harus diajarkan teknik-teknik mengelola stres, menenangkan diri, dan menguatkan mental melalui program psikoterapi yang ia dapatkan dari psikolog," kata Efnie.
Selain itu, para caregiver harus mengingat bahwa terkadang sikap yang ditunjukkan oleh pasien penyakit kronis sebenarnya di luar kendali.
"Hal yang harus ditanamkan di dalam pola pikir adalah bahwa perilaku yang ditunjukkan oleh penderita penyakit kronis tersebut bukan merupakan keinginannya," ujar Efnie.
Fungsi Kerja Otak Pasien Kronis Seringkali Terganggu
Lebih lanjut Efnie mengungkapkan bahwa fungsi kerja otak para pasien penyakit kronis memang seringkali mengalami gangguan. Itulah mengapa tidak dianjurkan untuk selalu mengambil hati perbuatannya.
"Memang fungsi kerja otaknya mengalami gangguan pasca menderita penyakit kronis. Jadi, hal-hal yang dialami sebaiknya tidak dimasukkan ke hati atau membuat caregiver menjadi tersinggung," kata Efnie.
Pendapat selaras diungkapkan oleh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia sekaligus Pengurus Asosiasi Psikologi Kesehatan Indonesia (APKI), Adhityawarman Menaldi, M.Psi.
Psikolog yang akrab disapa Iman tersebut mengungkapkan bahwa berbagi atau ngobrol dengan para sesama caregiver memang bisa membantu menetralisir beban yang ada.
"Memandang situasi dari sisi yang 'lebih baik' ketimbang mencari beban atau kelelahan yang sudah pasti akan ada. Berbicara dengan sesama pengasuh (penyakit kronis lain) juga bisa menjadi sarana penetralisir beban sekaligus menjadi teman seperjuangan menjalani peran baru," ujar Iman lewat teks kepada Health Liputan6.com.
Advertisement
Memberi Ruang Saat Emosi Tinggi
Iman mengungkapkan bahwa penting untuk tidak buru-buru dalam menyalahkan pasien. Berjarak dengan pasien pun bisa dianggap membantu untuk meredakan kondisi yang memanas.
"Hindari buru-buru menyalahkan si pasien. Berjarak sejenak dengan problem yang tiba-tiba bereskalasi tinggi ini. Cari orang untuk dapat membantu menenangkan pikiran dan hati," ujar Iman.
"Sehingga dapat segera memikirkan cara yang lebih strategis untuk menyelesaikan problem ini."
Iman menambahkan, berlatih manajemen emosi turut dapat dijadikan pilihan untuk caregiver. Dengan begitu, batas kelelahan dianggap bisa meningkat dan Anda tidak lagi mudah putus asa.
"Berlatih manajemen emosi dengan lebih baik supaya batas kelelahan menjadilebih tinggi, tidak mudah putus asa," kata Iman.
Pertimbangkan untuk Meminta Bantuan Ahli
Dalam kesempatan yang sama, Iman mengungkapkan bahwa yang tak kalah pentingnya adalah mencari pendampingan psikologis dari profesional.
Mengingat menurut Iman, tak hanya si pasien saja yang membutuhkan itu, melainkan juga para caregiver-nya.
"Caregiver utama perlu juga mendapat pendampingan yang baik, yang utuh, juga perlu dibantu untuk melakukan living arrangement yang berbeda dengan situasi yang juga berbeda. Ini suatu bentuk komitmen," pungkasnya.
Advertisement