Liputan6.com, Jakarta Kasus flu burung kembali menjadi perbincangan di masyarakat setelah ditemukannya clade 2.3.4.4b di Kalimantan Selatan (Kalsel). Sebelumnya, seorang anak usia 11 di Kamboja meninggal setelah terjangkit flu burung.
Terkait temuan kasus flu burung, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso. Ia menyampaikan bahwa hal utama yang perlu dilakukan dalam penanganan kasus infeksi seperti flu burung adalah penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Advertisement
“Semua penyakit infeksi yang terkait seperti ini tatalaksana awalnya itu PHBS. Perilaku hidup bersih dan sehat, ajarkan itu (pada anak), dan tingkatkan imunitas.”
Sebelumnya, Gubernur Kalimantan Selatan H Sahbirin Noor mengonfirmasi sudah ada kasus virus flu burung Clade 2.3.4.4b di provinsinya. Usai temuan tersebut, Kalimantan Selatan bergerak cepat guna meningkatkan kewaspadaan terhadap infeksi virus tersebut.
Terkait penyakit ini, dokter spesialis paru dari RSPI Sulianti Saroso Jakarta, Haruyuki Dewi Faisal mengatakan, apabila dilihat secara garis keturunan, clade ini masih sama-sama tergolong influenza tipe A H5N1.
Virus influenza tipe A ini dapat menyerang manusia dan hewan, dengan gejala ringan sampai berat, dan dapat menyebabkan pandemi. Perbedaan dapat dilihat dari subtipenya saja.Menurut Yuki, sebenarnya subtipe ini bukan clade terbaru, melainkan sudah ada sejak 2010.
“Pada 2010, sudah pernah beredar dan menyebar melalui burung yang bermigrasi dari Afrika ke benua-benua lainnya. Sepuluh tahun kemudian, pada 2020, virus ini menyebabkan wabah unggas domestik dan kematian burung liar,” katanya dalam Talk Show Mengenal Flu Burung Terkini oleh Radio Kesehatan Kemenkes pada 1 Februari 2023.
“Lalu pada 2021, dia menyeberang ke Amerika Utara dan Amerika Selatan,” tambah Yuki.
Penularan Flu Burung
Menurut laporan, virus ini masih terbatas pada unggas saja. Sebelum akhirnya transmisi dari unggas ke mamalia terdeteksi di peternakan Spanyol.
Yuki mengungkapkan bahwa kedua subtipe sama-sama termasuk ke genik influenza dan dapat menyebabkan gejala fatal pada unggas.
Hingga saat ini, belum dipastikan apakah terjadi transmisi dari manusia ke manusia. Namun, virus ini menjadi perhatian di dunia karena sedang mewabah pula di Kamboja.Kekhawatiran timbul setelah seorang anak berusia 11 di Kamboja meninggal dunia karena flu burung.
Anak itu bukan satu-satunya orang yang terjangkit flu burung. Ayahnya pun positif tapi tidak menunjukkan gejala apapun.
Advertisement
Tentang Flu Burung
Sejauh ini, virus influenza yang menyerang burung atau unggas adalah jenis virus influenza A. Lima di antaranya juga menyerang manusia, yaitu H5, H6, H7, H9, dan H10 virus seperti disampaikan Profesor Tjandra Yoga Aditama, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara.
Dari berbagai jenis virus di atas yang paling banyak menjadi masalah pada manusia adalah A(H5N1) dan A(H7N9).
Jenis virus influenza lain yang juga dilaporkan menyerang manusia adalah HPAI A(H5N6) dan LPAI A(H9N2), serta pada 2021 dilaporkan juga jenis H5N8 menyerang manusia di Rusia.
“Kita memang belum dapat memprediksi secara pasti apakah H5N1 di Kamboja (dan beberapa negara lain) akan terus merebak atau tidak, tapi jelas kita perlu amat waspada, jangan sampai lengah yang mungkin saja berakibat buruk bagi kesehatan masyarakat,” pungkas Tjandra.