Liputan6.com, Jakarta - Bola Ganjil sudah menceritakan kisah Milton Cruz. Berkali-kali jadi pelatih interim Sao Paulo, dia tidak pernah mendapat tawaran jabatan permanen.
Setali tiga uang, Tony Parkes merasakan nasib serupa di Blackburn Rovers. Sosok kelahiran Sheffield ini menjadi caretaker dalam enam periode.
Advertisement
Durasi kerjanya di Ewood Park bervariasi. Rinciannya adalah Desember 1986-Februari 1987, September-Oktober 1991, Oktober 1996-Januari 1997, November-Desember 1998, November 1999-Maret 2000, dan September 2004.
Laga yang dilewatinya pun berbagai jumlahnya, dengan Parkes sempat hanya menangani tim untuk satu dan dua pertandingan saja. Sementara periode terpanjang Parkes bersama Blackburn juga menjadi yang terpenting.
Ray Harford meninggalkan kursi manajer pada akhir Oktober 1996. Blackburn, yang menduduki takhta Inggris 18 bulan sebelumnya, belum pernah mencicipi kemenangan dan terdampar di dasar klasemen.
Parkes mengambil alih tim hingga akhir musim, dengan Blackburn menunggu kedatangan Sven-Goran Eriksson yang masih melatih Sampdoria. Eriksson saat itu dilaporkan setuju datang ke Ewood Park.
Di tangan Parkes, Blackburn langsung bangkit. Mereka meraih 32 angka dari 19 pertandingan awal, termasuk kemenangan atas Newcastle United dan Liverpool yang tengah memburu gelar.
Meski terpuruk di sisa musim, dengan cuma sekali berjaya di sembilan laga, Blackburn dipastikan aman dari jeratan degradasi saat kompetisi menyisakan satu partai.
Setelah Parkes, pada akhirnya Blackburn memilih Roy Hodgson sebagai manajer permanen. Eriksson sendiri memutuskan bertahan di Italia dan menerima pinangan Lazio.
Blackpool Juga Ogah
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, Parkes kembali dipercaya sebagai caretaker Blackburn pada tiga kesempatan lagi. Uniknya, meski selalu diasosiasikan dengan Blackburn, Parkes sempat menjabat jabatan serupa di Blackpool pada paruh kedua musim 2008/2009.
Parkes menangani tim dalam 23 pertandingan. Mempersembahkan 27 poin, klub menempati posisi 16 di klasemen akhir.
Kinerja tersebut cukup meyakinkan manajemen Blackpool untuk memberikan kontrak permanen. Namun, kedua pihak gagal mencapai kesepakatan akibat paket finansial.
"Saya merasa tawaran yang diajukan tidak adil. Saya tidak mungkin menerimanya. Saya tidak mengerti hanya mendapat proposal demikian setelah apa yang saya berikan," ungkap Parkes.
Advertisement
Milton Cruz
Selain Parkes, ada Milton Cruz. Sebagai pemain, tekniknya tidak seberapa. Sebagai pelatih, dia tidak kunjung mendapat kepercayaan.
Cruz muda menimba ilmu di klub besar Sao Paulo dan promosi ke tim utama. Namun, dia tidak cukup bagus untuk dipertahankan. Cruz pun pergi keluar negeri membela Estudiantes Tecos (Meksiko) dan Nacional (Uruguay) demi membangun karier.
Namun petualangannya di sana tidak sesuai ekspektasi. Cruz pulang kampung dan memperkuat Internacional, Sport Recife, Catuense hingga Nautico.
Karier Cruz masih mandek. Sosok kelahiran Cubatao tersebut akhirnya memutuskan terbang jauh ke Asia Timur. Dia berlabuh di Jepang untuk memperkuat Yomiuri dan Nissan FC.
Sempat kembali ke Brasil bersama Botafogo, Cruz hengkang lagi ke Negeri Matahari Terbit dan bermain bagi Kashima Antlers. Cruz lalu pensiun usai mengibarkan panji Oklahoma City Slickers dari Amerika Serikat.
Selama empat tahun, Cruz belajar berbagai hal yang dibutuhkan untuk menjadi manajer. Dia mendapat kesempatan mempraktikkan ilmu di klub masa kecilnya.
Jabatan pertamanya adalah sebagai asisten pada 1996. Cruz lalu ditunjuk sebagai nakhoda interim tahun 1999 setelah pemecatan Paulo Cesar Carpegiani.
Di tangannya, Sao Paolo sukses meraih kemenangan. Namun, manajemen klub memilih Levir Culpi sebagai arsitek permanen. Cruz pun kembali jadi tangan kanan sebelum pergi pada 2002 untuk mencoba nasib di klub Arab Saudi, Al Ettihad.
Namun, Cruz cuma tahan semusim di Timur Tengah. Dia kembali ke Sao Paulo untuk kembali menjabat asisten.
Tidak Pernah Dipercaya
Selanjutnya Cruz kembali dipercaya menambal lubang ketika klub belum menemukan pengganti saat memecat pelatih. Dia bahkan berstatus manajer interim dalam sembilan kesempatan. Beberapa nama yang digantikannya mencakup Emerson Leao dan Muricy Ramalho.
Namun, manajemen Sao Paulo tidak pernah memberinya posisi pelatih permanen. Cruz akhirnya pergi ke Nautico, Figueirense, hingga Sport Recife yang memberinya kepercayaan.
Pada dasarnya tidak jodoh, Cruz gagal meraih hasil baik sehingga dipertahankan lama oleh klub-klub tersebut. Bisa ditebak posisinya saat ini? Ya, kembali ke Sao Paulo.
Transfermarkt mencatat dia diajak Hernan Crespo untuk membantu ketika ditunjuk sebagai pelatih tim pada 2021. Begitu Crespo dipecat, Cruz dipertahankan Rogerio Ceni yang menggantikan Crespo.
Jika Ceni juga nanti diberhentikan dan manajemen membutuhkan waktu mencari pengganti? Bisa dijamin mereka bakal meminta Cruz untuk mengisi jabatan interim.
Advertisement