Kemendag Targetkan Ekspor Barang dan Jasa Naik 7 Persen Jadi Rp 3.437 Triliun di 2024

Kementerian Perdagangan akan meningkatkan ekspor produk bernilai tambah dan berkelanjutan melalui promosi perdagangan, penguatan informasi ekspor, redesign program pelatihan ekspor, kebijakan hilirisasi ekspor, dan kebijakan perdagangan hijau.

oleh Tira Santia diperbarui 03 Mar 2023, 09:45 WIB
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto menutup Rapat Kerja Kemendag 2023, di Bandar Lampung, Jumat (3/3/2023). Suhanto menargetkan indikator sasaran pertumbuhan ekspor nonmigas sebesar 3,3 - 4,5 persen menjadi USD 295,6 – 303,9 miliar pada 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan indikator sasaran pertumbuhan ekspor nonmigas sebesar 3,3 - 4,5 persen menjadi USD 295,6 – 303,9 miliar pada 2024.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan (Kemendag) Suhanto, mengatakan bahwa Kemendag juga menargetkan pertumbuhan ekspor riil barang dan jasa naik sebesar 7 persen menjadi Rp 3.437 triliun dan rasio ekspor jasa terhadap PDB ditargetkan sebesar 1,8 - 2 persen pada 2024.

"Selain itu, neraca perdagangan ditargetkan akan mengalami surplus sebesar USD 22,5 – 47,1 miliar pada 2024," kata Suhanto usai menutup Rapat Kerja Kemendag 2023, di Bandar Lampung, Jumat (3/3/2023).

Kementerian Perdagangan akan meningkatkan ekspor produk bernilai tambah dan berkelanjutan melalui promosi perdagangan, penguatan informasi ekspor, redesign program pelatihan ekspor, kebijakan hilirisasi ekspor, dan kebijakan perdagangan hijau.

Tak hanya itu saja, Kementerian Perdagangan akan mendorong partisipasi Indonesia dalam rantai nilai global melalui penguatan infrastruktur mutu ekspor, fasilitasi UKM produsen dan dukungan fasilitasi perdagangan dalam mendorong investasi terkait hilirisasi.

Memperluas Pasar Ekspor

Kemudian, penguatan daya saing di pasar tujuan ekspor juga menjadi prioritas dengan mempertahankan pasar utama tujuan ekspor, serta memperluas ekspor ke pasar non tradisional melalui optimalisasi pasar RRT dan India serta penetrasi ke pasar Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan, dan Amerika Latin.

"Penguatan pasar ekspor tersebut juga akan didukung dengan percepatan penyelesaian perjanjian perdagangan serta peningkatan pemanfaatan perjanjian perdagangan," ujarnya.

Implementasi program kebijakan prioritas tersebut akan didukung oleh kebijakan strategis lainnya berupa pemanfaatan teknologi digital dan online channel, optimalisasi imbal dagang, penguatan diplomasi perdagangan, penyelesaian hambatan perdagangan dan penanganan sengketa, serta pengaturan impor dalam rangka hilirisasi dan ketahanan ekonomi.


Sasar Pasar Ekspor ke China dan India, Pemerintah Bentuk Satgas Khusus

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Sekretaris Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyebut pemerintah fokus bidik ekspor ke 2 negara di 2023, yakni China dan India. Keduanya dipandang memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang baik di tahun ini.

Guna memfokuskan ekspor ke dua negara ini, Susiwijono menyebut pemerintah membentuk satuan tugas (satgas) ekspor. Fokus ini hanya jadi salah satu tugas dari Satgas Ekspor.

Dengan melirik dua negara ini, Susiwijono mengunkap optimismenya soal dampak yang didapat ke ekonomi Indonesia.

"Proyeksi ekspor (tahun ini) menurun, nanti kita fokus pemerintah dengan membentuk satgas ekspor utamanya China dan India, pertimbangannya populasi besar share market besar dan proyeksi ekonomi tinggi di 2023 dibandingkan dengan negara lainnya," ungkapnya di Grand Launching LPS HII dan LPS MSDM Apindo, Kamis (23/2/2023).

Mengacu pada data yang dimilikinya, mitra dagang Indonesia seperti pasar eropa tengah mengalami kontraksi dalam ekonominya. Sehingga proyeksi ekspor ke negara-negara eropa bakal menurun.

Sebaliknya, China dan India digadang menjadi negara yang mampu membangkitkan ekonominya. Terlihat dari sejumlah relaksasi kegiatan ekonomi di kedua negara tersebut ditambah potensi-potensi lainnya.

"Tiongkok, seiring mulai dibukanya kebijakan zero Covid jita hitung untuk Tiongkok tahun ini akan naik dibanding tahun lalu. Demikian juga India," kata dia.


Tantangan Global

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Susiwijono menerangkan mengacu pada proyeksi berbagai lembaga, pertumbuhan ekonomi global bakal menunjukkan tren yang melemah.

Misalnya, IMF yang menyebut pertumbuhan ekonomi global hanya berada di 2,9 persen, dan Bank Dunia memproyeksikan lebih rendah dengan 1,7 persen.

Inflasi global kini masih berada di 6,6 persen, padahal angka normalnya berkisar di angka 3 persen.

"Kalau kita lihat beberapa negara mitra kita, terutama Eropa mengalami kontraksi ekonomi yang dalam, malah inflasinya masih 2 digit walah tahun ini diperkirakan melandai," ujarnya.


Neraca Perdagangan Surplus

Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus USD 3,87 miliar di Januari 2023. Capaian ini membawa optimisme kinerja perdagangan Indonesia di 2023.

Hal tersebut disampaikan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menanggapi kinerja neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 hari ini, Kamis (16/2).

"Perdagangan di awal tahun ini menunjukkan kinerja yang cukup baik. Neraca perdagangan pada Januari 2023 menghasilkan surplus sebesar USD 3,87 miliar," kata dia dalam keterangannya.

Surplus neraca perdagangan Januari 2023 terdiri atas surplus neraca nonmigas sebesar USD 5,29 miliar dan defisit neraca migas sebesar USD 1,42 miliar.

Komoditas penyumbang surplus nonmigas terbesar pada Januari 2023 adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15),serta besi dan baja (HS 72) dengan total surplus mencapai USD 7,39 miliar.

Sementara itu jika dilihat berdasarkan mitra dagang Indonesia, negara-negara mitra dagang utama seperti Amerika Serikat,Filipina, India, Jepang, dan Malaysia berkontribusi terbesar terhadap surplus nonmigas pada Januari2023, dengan jumlah mencapai USD 3,87 miliar.

Dia menegaskan, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 melesat jauh dibandingkan surplus bulan Januari tahun 2022 yang tercatat hanya sebesar USD 0,96 miliar.

Peningkatan surplus tersebut dikarenakan kinerja ekspor bulan Januari 2023 naik lebih tinggi,yakni naik 16,37 persen YoY, dibandingkan kinerja impor yang hanya naik 1,27 persen YoY.

Infografis Ragam Tanggapan Keran Ekspor Minyak Goreng Kembali Dibuka. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya