Liputan6.com, New Delhi - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi telah menghadiri Pertemuan Menlu atau Foreign Ministerial Meeting (FMM) G20 di New Delhi, India. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan bahwa Indonesia masih banyak menerima ucapan selamat atas keberhasilan Presidensi G20 oleh Indonesia tahun lalu. Bahkan, hal ini juga disampaikan dalam berbagai pertemuan Dewan HAM.
"Tentunya kita bangga keberhasilan Indonesia memberikan harapan bahwa di tengah carut marut kondisi dunia, dengan pendekatan yang pas ternyata Indonesia berhasil membangkitkan semangat kerja sama dan kolaborasi di antara negara anggota G20," ujar Menlu Retno dalam press briefing, Jumat (3/3/2023).
Advertisement
Ia pun mengharapkan hal yang sama bagi presidensi G20 selanjutnya, yang kini dipegang oleh India.
Pertemuan Menlu G20 tersebut membahas isu yang kurang lebih sama dengan sebelumnya karena merupakan isu yang berkelanjutan.
Berharap G20 Jadi Katalis Pembangunan
Dalam sesi pertama yang membahas soal multilateralism, food and energy security, serta kerja sama pembangunan, Menlu Retno menegaskan pentingnya spirit kerjasama dan penghormatan terhadap multilateralisme.
"Spirit ini penting sekali dipupuk di tengah situasi dunia yang suram. Antara lain saya gambarkan bahwa 349 juta orang di 79 negara mengalami food emergency. Kita tidak dapat bayangkan dampaknya jika terjadi kelangkaan ammonia di dunia. Dan situasi ini akan terus memburuk jika perang di Ukraina terus berlarut," ujarnya.
Menlu Retno mengatakan bahwa perang di Ukraina menyadarkan semua orang soal betapa pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional dan pentingnya arsitektur keamanan kawasan yang inklusif untuk menjamin perdamaian, stabilitas dan kemakmuran bersama.
Hal tersebut pun ia sampaikan dalam keketuaan Indonesia di ASEAN. Katanya, sebagai Ketua ASEAN, Indonesia akan mendorong agar prinsip-prinsip ini dapat juga dikembangkan di kawasan yang lebih luas, yaitu kawasan Indo-Pasifik.
"Indonesia berharap G20 dapat menjadi katalis untuk membangkitkan kembali spirit kolaborasi, karena hanya dengan kolaborasi kita dapat menciptakan dunia yang damai, stabil, dan makmur," tambah Retno.
Advertisement
Isu Kemanusiaan
Dalam sesi kedua, pertemuan tersebut membahas soal counter terrorism, global skills mapping, humanitarian assistance and disaster relief.
Indonesia pun menegaskan soal dua isu, yaitu masalah kemanusiaan dan penanganan bencana. Ini mengingat soal masalah kemanusiaan di Myanmar, Palestina, Afghanistan dan juga Ukraina.
Maka dari itu, Retno menegaskan bahwa G20 harus terus mengutamakan soal isu kemanusiaan.
"Baik secara individu maupun kolektif, saya tekankan bahwa negara anggota G20 harus terus memfokuskan kerja nyatanya pada the wellbeing of the people," ujarnya.
Sementara terkait penanganan bencana, Retno menekankan pentingnya memperkuat pencegahan (prevention) dan kesiapsiagaan (preparedness) serta pentingnya memperkokoh resiliensi.
"Oleh karena itu, Indonesia mendorong agar G20 dapat mengembangkan kerja sama untuk memperkokoh perlindungan sosial, menjaga stabilitas ekonomi, dan memperkokoh kerja sama adaptasi untuk perubahan iklim," ungkapnya lagi.
Pesan Menlu Retno untuk G20
Terkait pertemuan tersebut, Retno mengatakan bahwa FMM G20 berlangsung di tengah kondisi dunia yang penuh dengan tantangan sama seperti tahun lalu, di mana ekonomi dunia berada di titik terendah dalam dua dekade terakhir, tensi geopolitik semakin memanas, perbedaan sikap antar negara besar juga semakin dinamis.
"Sebagai anggota dari Troika bersama India dan Brazil, Indonesia terus memainkan peran sebagai jembatan agar perbedaan sikap di antara negara G20 tidak mengganggu kerja G20 pada tingkatan yang lain," katanya.
Retno juga menyampaikan bahwa Indonesia terus mendorong agar G20 dapat tetap intact dan terus bekerja untuk membawa manfaat konkret yang sangat ditunggu oleh masyarakat dunia.
Advertisement