Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi mewanti-wanti akan segera menyetop ekspor timah. Kabar terbaru, pengusaha sektor timah mengaku telah siap menjalankan larangan tersebut.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengungkap kesiapan dari pihak pengusaha tersebut. Hal ini didapat setelah melalui berbagai kajian dan pertemuan dengan pengusaha sektor timah.
Advertisement
Dia mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengkajian mengenai larangan ekspor timah tersebut. Menurutnya, ini termasuk persiapan yang paling serius yang dilakukan.
"Jadi artinya jika larangan ekspor timah balok (tin ingot) dilakukan, apa yang akan terjadi dengan industri dalam negeri dan apa yang harus dilakukan, sejauh ini laporan sudah kami sampaikan kepada pimpinan," kata dia saat ditemui di Kemenko Maritim dan Invetasi, Jakarta, Jumat (3/3/2023).
Kesiapan Pelaku Usaha
Ridwan menggambarkan tingkat kesiapan dari pelaku usaha industri timah. Sebut saja soal pengolahan menjadi produk turunan timah, seperti timah solder.
"Beberapa perusahaan termasuk PT Timah juga sudah melakukan langkah antisipasi. Misalnya ada yang sudah menyiapkan untuk membangun tin solder, ada yang sekarang ini sudah melakukan kajian dengan konsultan terkenal apa yang mau dilakukan. Intinya reaksi perusahaan-perusahaah positif," terangnya.
Kendati begitu, mengenai kapan pelarangan dilakukan, pihaknya menyerahkan keputusan itu ke Jokowi. Lagi-lagi Ridwan hanya menegaskan kesiapan dari perusahaan menghadapi jika larangan itu berlaku.
"Kita tunggu presiden kalau itu. Pada dasarnya perusahaan-perusahaan siap," tegasnya.
Siapkan Aturan
Diberitakan sebelumnya, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Ridwan Djamaluddin mengatakan pihaknya sedang menyiapkan aturan pelarang ekspor timah.
"Kami melibatkan kementerian lain, Kadin (Kamar dagang dan Industri Indonesia) juga kita libatkan. Timah kalau kita larang gimana, cara kendala negatifnya apakah misalnya kita mau larang seluruhnya atau kita bertahap siapkan industri hilirnya. Sudah kita laporkan ke pimpinan, dan sudah kami antisipasi," ujar Ridwan dalam konferensi pers, di Direktorat Jenderal Minerba, Jakarta, Selasa (31/1/2023).
Dalam hal ini, Ridwan menambahkan sebelum melakukan pelarangan ekspor timah, pihaknya juga tengah memperhitungkan berbagai aspek, terkhusus pada pengembangan hilirisasi timah.
"Ada dan strategi umumnya, kita jangan bisa membuat saja tapi juga harus bisa menjual. Kita harus rangkul pemain global, timah ini perlu sedikit-sedikit tapi produk akhirnya banyak kita harus kerja sama dengan pelaku global," terang dia.
Advertisement
Wanti-Wanti Jokowi
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mewanti-wanti para pengurus baru dan anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi). Utamanya para pengusaha muda pemilik tambang mineral.
Hal ini berkaitan dengan komitmen pemerintah era Jokowi yang akan melarang banyak ekspor bahan tambang mentah. Sebut saja, komoditas nikel yang sudah dilarang, menyusul bauksit dipertengahan tahun 2023 ini, lalu rencana setop ekspor timah.
"Saya minta seluruh anggota Hipmi yang memiliki tambang, baik nikel, bauksit, tembaga, timah, emas, mulai siap-siap. Karena semuanya saya pastikan akan kita stop, kita stop, kita stop," ujar Jokowi dalam sambutannya di Pelantikan Pengurus Pusat Hipmi, di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Senin (20/2/2023).
Bukan tanpa alasan, Jokowi menegaskan keinginannya untuk meningkatkan nilai tambah bagi kantung negara. Rencana hilirisasi ini yang terus didorong oleh Jokowi dan seluruh kabinetnya.
Jokowi Tak Gentar
Melihat proses larangan ekspor nikel mentah yang sudah berlaku, dia menegaskan tidak gentar meski berkali-kali digugat ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Dia berpesan kepada pada pengusaha dan menteri kabinetnya yang hadir untuk tetap mengupayakan kebijakan itu.
"Hilirisasi induistri, meski tantangan juga tidak mudah, tapi terus akan kita teruskan, kita tidak akan berhenti meskipun didgugat, kita akan terus," ungkapnya.
"Karena yang kita inginkan adalah nilai tambah, meskipun kita sekarang ini pada proses banding digugat WTO tetep akan terus. Jangan sekali-kali kita belok (berubah pikiran/mengalah), kita takut, karena nilai tambahnya betul-betul sangat besar sekali," tegas Jokowi.
Advertisement