Liputan6.com, Pyongyang - Kasus kelaparan di Korea Utara membuat para orang tua memilih merelakan anak-anak mereka ke panti asuhan. Pilihan itu diambil agar sang buah hati bisa makan.
Dilaporkan Radio Free Asia (RFA), Jumat (3/3/2023), para orang tua percaya bahwa panti asuhan memiliki pasokan makanan dan obat yang berasal dari bantuan internasional.
Baca Juga
Advertisement
"Pada pagi hari (27 Februari), seorang pegawai panti asuhan di kabupaten Pukchang menemukan anak 2 tahun berbaring di pintu depan panti asuhan," ujar seorang warga di provinsi Pyongan Selatan kepada RFA.
"Para wanita yang biasanya kelaparan hingga meninggal secara diam-diam meninggalkan anak-anak mereka," ujar sumber itu.
Tindakan itu dilakukan pada malam hari atau dini hari, kemudian para orang tua itu menghilang tanpa jejak. Mereka yakin bahwa komunitas internasional mengirimkan barang seperti makanan, minyak, dan pakaian ke panti asuhan selama bertahun-tahun, sehingga anak-anak mereka tidak kelaparan di panti.
Sebenarnya, bantuan internasional ke Korea Utara berkurang karena pemerintahan Kim Jong Un sendiri. Mereka menolak bantuan asing di tengah COVID-19. Pada 2021, bantuan sempat mencapai US$14 juta, namun turut jadi US$2,3 juta pada 2022.
RFA menyorot bahwa masalah kekurangan makanan di Korea Utara kerap terjadi sejak Uni Soviet kolaps pada tahun 1990-an. Situasi COVID-19 juga memperburuk situasi karena Republik Rakyat China dan Korea Utara.
Konektivitas antara RRC dan Korea Utara telah kembali berlanjut, namun kekurangan makanan lebih parah dari sebelum pandemi COVID-19.
Anak Kim Jong Un Bikin Iri Rakyat Korea Utara
Terkait masalah kelaparan di Korea Utara, baru-baru ini pemerintahan Kim Jong Un juga melaksanakan sebuah pertemuan besar untuk menangani problem tersebut.
Namun, perhatian rakyat Korea Utara teralihkan oleh anak perempuan Kim Jong Un, yakni Kim Ju Ae. Gadis kecil itu tampil di depan kamera menemani ayahnya di acara-acara resmi.
Kehadiran Kim Ju Ae membuatnya diprediksi sebagai calon penerus kekuasaan keluarga Kim.
Berdasarkan laporan Radio Free Asia (RFA), Rabu (1/3/2023), usia Kim Ju Ae diperkirakan masih sembilan tahun. Selain ada spekulasi bahwa gadis itu akan menjadi calon pemimpin, para pakar juga menilai kehadiran gadis itu merupakan bagian propaganda untuk melembutkan citra ayahnya.
Di luar isu kekuasaan, kehadiran Kim Ju Ae ternyata memicu kekesalan bagi sejumlah rakyat Korea Utara. Gadis itu terlihat sehat, pipinya tembam, dan pakaiannya juga bagus. Kondisi Ju Ae dinilai berbeda dari rakyat kebanyakan.
"Ini membuat saya marah bahwa situasi saya sangat susah ditanggung, dan Kim Ju Ae, yang kita tahu makan dan hidup enak, seringkali tampil di TV dengan memakai baju-baju mahal," ujar seorang warga Provinsi Pyongan Utara kepada RFA.
"Orang-orang bilang, 'Gadis itu pasti makan dengan baik, wajahnya amat putih dan tembam seperti bulan'," lanjut warga Korea Utara itu. "Mayoritas masyarakat tidak bisa makan dengan layak, sehingga tulang pipi mereka terlihat di wajah mereka ketimbang sebelumnya."
Advertisement
Anak-Anak Lain Kurus
Warga-warga lain dari Provinsi Pyongan Selatan juga membandingkan penampilan Kim Ju Ae dengan anak-anak lain yang kurus.
"Mereka marah melihat wajah putih tembam dari Anak Tercinta seringkali muncul di propaganda," ujar sumber kedua.
Anak Tercinta adalah gelar resmi bagi Kim Ju Ae.
"Mereka bilang gadis itu terlihat amat berbeda dari anak-anak orang biasa, yang bahkan tak bisa makan tiga kali sehari karena kurangnya makanan," ungkapnya.
Berdasarkan laporan AP, pakar di Korea Selatan menyebut Korea Utara akan kekurangan 1 juta ton gandum tahun ini.
Pakaian dari Kim Ju Ae juga menyorot perhatian. Sebab, Korea Utara bukan negara kapitalis, tetapi pakaian Kim Ju Ae terlihat mewah. Anak-anak sekolah lain di Korut bisa dihukum jika dituding mengikuti budaya kapitalis.
"Pakaian Kim Ju Ae dan penampilannya sungguh berbeda dari apa yang bisa dikenakan remaja gadis biasa," ujar sumber kedua itu.
Kim Jong Un Gelar Rapat Akibat Masalah Krisis Pangan di Korea Utara
Sebelumnya dilaporkan, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un membuka konferensi politik besar yang didedikasikan untuk pertanian di tengah penilaian luar yang menunjukkan negara itu menghadapi krisis pangan yang serius, menurut laporan media pemerintah setempat pada Senin (27/2).
Pakar Korea Selatan memperkirakan Korea Utara kekurangan sekitar 1 juta ton biji-bijian, 20 persen dari permintaan tahunannya, setelah pandemi mengganggu pertanian dan impor dari China.
Selama pertemuan tingkat tinggi Partai Buruh yang berkuasa yang dimulai Minggu (26/2/2023), pejabat senior partai meninjau pekerjaan tahun lalu pada tujuan negara untuk mencapai "revolusi pedesaan di era baru," lapor Kantor Berita Pusat Korea atau Korean Central News Agency (KCNA).
Laporan itu mengatakan bahwa pertemuan Komite Pusat partai akan mengidentifikasi tugas-tugas penting tersebut dengan segera pada masalah pertanian dan "tugas-tugas mendesak yang muncul pada tahap pembangunan ekonomi nasional saat ini."
KCNA tidak mengatakan apakah Kim berbicara selama pertemuan atau berapa lama itu akan berlangsung. Pejabat senior seperti Perdana Menteri Kabinet Kim Tok Hun dan Jo Yong Won juga hadir, mereka adalah ajudan terdekat Kim yang menangani urusan organisasi Komite Sentral, dikutip dari AP.
Pertemuan tersebut merupakan kali pertama partai mengadakan sidang paripurna hanya untuk membahas pertanian. Laporan hari Senin itu tidak merinci agendanya, tetapi Politbiro mengatakan awal bulan ini bahwa "titik balik diperlukan untuk secara dinamis mempromosikan perubahan radikal dalam pembangunan pertanian."
Advertisement