Lockdown Covid-19 Usai, China Buka Pintu Lagi untuk Investor Internasional

Survei Kamar Dagang Amerika di China (AmCham) untuk pertama kalinya dalam 25 tahun menemukan bahwa kurang dari separuh responden survei tahunannya menempatkan China sebagai tiga prioritas investasi teratas.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 03 Mar 2023, 20:15 WIB
Seorang wanita yang mengenakan masker memberi isyarat untuk berfoto di Temple of Heaven, Beijing, China, Kamis (8/12/2022). Lockdown - sumber utama kemarahan publik - juga akan dibatasi sekecil mungkin, dan pihak berwenang diwajibkan untuk membebaskan area yang tidak menunjukkan kasus positif COVID-19 setelah lima hari. (AP Photo/Ng Han Guan)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah hampir dua tahun memberlakukan lockdown untuk menahan penyebaran Covid-19, China mencabut semua pemberhentian untuk mempertahankan perusahaan multinasional seperti Apple, dan pemasoknya Foxconn.

Upaya untuk menarik investasi asing itu terjadi ketika pandemi dan ketegangan geopolitik mendorong perusahaan untuk mendiversifikasi rantai pasokan mereka dari China.

Melansir CNBC International, Jumat (3/3/2023) survei Kamar Dagang Amerika di China (AmCham) untuk pertama kalinya dalam 25 tahun menemukan bahwa kurang dari separuh responden survei tahunannya menempatkan China sebagai tiga prioritas investasi teratas.

Survei tersebut juga menunjukkan, jumlah perusahaan AS yang sedang mempertimbangkan atau mulai merelokasi manufaktur mereka dan mengambil sumber di luar China naik 10 poin persentase dari tahun lalu.

Ditemukan juga, mayoritas responden tidak berencana untuk merelokasi rantai pasokan mereka.

Survei dilakukan musim gugur lalu, dan hasilnya tidak berubah secara signifikan sejak China mengakhiri pembatasan Covid-19 yang ketat, ungkap AmCham.

Negara itu kabarnya akan meluncurkan acara bertema "Tahun Investasi di China".

China sangat ingin memainkan bagaimana perusahaan multinasional lain tertarik pada peluang bisnis lokal, terutama sekarang perbatasan internasional telah dibuka kembali.

Perusahaan Multinasional Mulai Masuk ke China

Laporan CNBC menyebut, Eksekutif senior dari Apple, Pfizer dan Mercedes-Benz termasuk di antara mereka yang ingin mengunjungi China untuk membahas bisnis, kata juru bicara Kementerian Perdagangan negara itu pada konferensi pers pekan lalu.

Juru bicara itu mencatat, ada puluhan perusahaan multinasional yang berbicara dengan kementerian tentang kunjungan tingkat tinggi tersebut.

Mercedes-Benz mengonfirmasi kepada CNBC bahwa CEO-nya, yakni Ola Kallenius berencana untuk mengunjungi China.

Namun, pihak Pfizer dan Apple belum mengkonfirmasi kabar tersebut.

Investasi asing langsung naik 14,5 persen pada Januari dari tahun lalu menjadi 127,69 miliar yuan (USD 18,39 miliar), menurut Kementerian Perdagangan China. Angka itu menandai laju yang lebih cepat dari peningkatan 6,3 persen selama 2022.

Korea Selatan, Jerman, dan Inggris mennasi sumber investasi asing terbesar China pada 2022 lalu, kata kementerian itu, tanpa menyebut AS.


China Bantah Lagi Soal COVID-19 Bocor dari Lab: Politisasi Pelacakan Virus Rusak Kredibilitas AS

Seorang pekerja medis mengambil sampel swab dari seorang warga selama pemeriksaan Covid-19 dari pintu ke pintu di Kota Zhengzhou, China Tengah, Selasa (1/11/2022). Para pekerja iPhone Apple Inc meninggalkan pabrik karena lokasinya berada dalam zona industri Kota Zhengzhou yang sedang diberlakukan lockdown setelah adanya 64 laporan kasus virus corona di kawasan tersebut. (Chinatopix via AP)

Teori bocornya COVID-19 dari laboratorium kembali beredar di Amerika Serikat (AS). Kementerian Energi negara tersebut menyebut pandemi yang muncul di Wuhan itu merupakan virus yang bocor dari laboratorium.

Dilaporkan AP News, Rabu (1/3/2023), Kementerian Energi AS sebetulnya tidak sepenuhnya percaya diri dengan pernyataan mereka. Lembaga-lembaga AS juga belum sepakat mengenai asal virus tersebut.

Meski demikian, Kementerian Luar Negeri Republik Rakyat China (RRC) sudah memberikan reaksi dan kritikan ke AS.

Jubir Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China Mao Ning Mao menyebut negaranya telah "berbagi mayoritas data dan hasil penelitian pada pelacakan virus dan membuat kontribusi-kontribusi penting kepada penelitian pelacakan virus global".

China pun kembali menuduh AS melakukan politisasi isu virus ini.

"Mempolitisasi isu pelacakan virus tidak akan mencemarkan China tetapi hanya merusak krediblitas AS sendiri," ujar Mao.

Di lain pihak, pejabat AS serta anggota-anggota Kongres AS telah menuduh China tidak sepenuhnya kooperatif terkait pelacakan asal virus.

Grup pakar WHO juga berkata bahwa "bagian-bagian kunci dari data" untuk menjelaskan asal mula pandemi tersebut juga masih menghilang.

AP News sebelumnya juga melaporkan bahwa pemerintah China mengontrol ketat penelitian asal-mula pandemi. Pemerintah RRC justru mempromosikan teori-teori bahwa virusnya berasal dari luar negeri.

Kesimpulan dari Kementerian Energi AS pertama kali diungkap oleh The Wall Street Journal. Dokumen itu sebetulnya bersifat rahasia. Pihak Gedung Putih enggan memberikan konfirmasi terkait laporan tersebut. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, menyebut komunitas intelijen AS belum mencapai konsesus terkait asal virus.


Hong Kong Mulai Cabut Aturan Masker

Orang-orang menunggu trem di Hong Kong (1/3/2023). Pencabutan penggunaan masker sebagai salah satu upaya Hong Kong untuk menarik dan menyambut wisatawan dan pembisnis pasca aturan ketat hampir selama tiga tahun. (AFP/Isaac Lawrence)

Sementara itu, Hong Kong, salah satu kota besar terakhir yang masih memerintahkan warganya untuk menggunakan masker, akhirnya mengakhiri mandat penggunaannya setelah hampir tiga tahun atau selama 959 hari.

Dikutip dari CNN, Selasa (28/2/2023), mandat masker di Hong Kong ditegakkan dengan memasang denda yang dapat mencapai lebih dari $1.000. 

Mandat masker tersebut mewajibkan warga untuk menggunakan penutup wajah di semua ruang publik.

Aturan tersebut pertama kali diberlakukan untuk area transportasi umum yaitu pada 15 Juli 2020. Lalu diperluas dua minggu kemudian dengan mencakup area dalam dan luar ruangan. 

Sebelum diberlakukannya aturan tersebut, warga telah terlebih dahulu mulai menggunakan masker beberapa bulan sebelumnya. Hal ini dikarenakan laporan penyebaran infeksi Virus Corona yang semakin melonjak dan menyebar luas.

"Mandat akan dicabut sepenuhnya pada Rabu 1 Maret 2023," kata John Lee, Pemimpin Hong Kong, pada jumpa pers Selasa (27/2/2023), terhitung 959 hari sejak aturan mandat masker diberlakukan.

"Kita sekarang kembali normal," kata Lee, bertepatan dengan siapnya pusat keuangan Asia untuk menyambut kembali pelancong bisnis dan turis.

Hong Kong telah mengakhiri beberapa kontrol besar terkait pembatasan COVID-19 lainnya selama beberapa bulan terakhir, terutama karantina wajib untuk semua kedatangan internasional.

Dicabutnya aturan karantina COVID-19 wajib merupakan sebuah langkah besar yang disambut dengan baik oleh banyak kalangan mulai dari para pelancong hingga pebisnis lokal yang beberapa waktu ke belakang cukup disulitkan karenanya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya