Jelang Pemilu 2024, Media Sosial Diwanti Jangan Jadi Sumber Hoax

Menjelang Pemilu 2024 bakal banyak hoax yang berkembang di media sosial. Hoax ini berpotensi menyerang kaum muda yang telah menjadikan internet sebagai media untuk mengkoreksi informasi dan perkembangan di masyarakat.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Mar 2023, 07:51 WIB
Ilustrasi Pemilu 2024 (Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang Pemilu 2024 bakal banyak hoax yang berkembang di media sosial. Hoax ini berpotensi menyerang kaum muda yang telah menjadikan internet sebagai media untuk mengkoreksi informasi dan perkembangan di masyarakat.

Direktur Eksekutif Puga'S Institute, Akbar Riyadi, menyatakan bahwa kaum muda harus memanfaatkan kemajuan teknologi dengan baik untuk mengkoreksi informasi yang beredar tanpa penanggungjawabnya (anonim).

“Cara yang bisa digunakan oleh kaum muda untuk memperoleh informasi dengan benar. Pertama, memperkuat literasi digital dengan membaca informasi dari sumber terpercaya,” kata Akbar seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (3/3/2023).

Akbar mewanti, agar pengguna sosial media menghindari isu-isu viral yang tidak menyanyikan data yang valid dan masuk akal. Selain itu, diharapkan para warganet bisa memperkuat tradisi diskusi online dan offline dengan pakar atau teman yang senang membaca.

“Banjir informasi bakal menyulitkan kaum muda untuk mencari informasi yang benar. Semua informasi menyatakan dirinya yang paling patut dipercaya. Tetapi, ujung-ujungnya cara yang pantas untuk digunakan adalah dengan kembali ke sumber aslinya dan memperkuat budaya diskusi," ujar Akbar.


Medsos Berkembang di Desa

Akbar mengamini, perkembangan teknologi dan media sosial tidak hanya di perkotaan. Namun, di tingkat desa, media sosial sudah menjadi kebutuhan yang sulit untuk dihindari oleh masyarakat.

Karena itu, masyarakat desa juga mampu memanfaatkan keberadaan teknologi secara positif dengan mempromosikan produk lokal keberbagai daerah.

“Langkah produktif dari kaum muda desa melihat potensi dari internet ini bakal berdampak baik terhadap pertumbuhan ekonomi,” jelas dia.

Akbar percaya, menjelang Pemilu 2024 isu-isu yang berkembang di media sosial juga bakal sensitif dan dengan mudah menjadi percakapan di level desa. Padahal kebenaran dari informasi ini masih memerlukan ruang diskusi yang dalam.

“Percepatan informasi yang terlalu cepat di tingkat desa bakal mempermudah penyebaran isu hoax, fitnah, dan lainnya. Lompatan digital yang dialami desa jika tidak dibarengi dengan penyaringan informasi bakal berdampak terhadap sosiologis masyarakat,” dia menandasi.

Infografis PN Jakarta Pusat Perintahkan Penundaan Pemilu 2024, Respons KPU dan KY. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya