Liputan6.com, Jakarta - Forum B2B tahunan untuk para pelaku industri penyelenggara acara, Indonesia Professional Organizer Summit (IPOS) akan kembali digelar setelah dua tahun vacuum akibat pandemi. Tahun 2023 ini adalah gelaran IPOS volume kedelapan yang bertajuk “BAKUDAPA”, dan akan diadakan pada 16–18 Mei 2023 di The Sultan Hotel & Residence, Jakarta Pusat.
Pendiri IPOS bersama IVENDO (Dewan Industri Event Indonesia) selaku penyelenggara IPOS menggelar konferensi pers. Kembali digelarnya IPOS merupakan momentum untuk membangkitkan industri event tanah air.
Baca Juga
Advertisement
IPOS Vol. 8 diharapkan akan dihadiri oleh lebih dari 200 delegasi dari Professional Conference Organizer (PCO), Professional Exhibition Organizer (PEO), Events Organize (EO), Wedding Organizer (WO), Promotor termasuk Korporasi, Kementerian/Lembaga, industri perhotelan & venue-venue terkemuka di Indonesia.
Menurut survei IVENDO tentang dinamika industri event di Indonesia 2022-2023 terungkap data bahwa 97.86% penyelenggara event sudah kembali menerima pekerjaan di tahun 2022 yang diselenggarakan di 31 provinsi di seluruh Indonesia.
Event yang dilaksanakan meliputi Meeting (14.82 persen), Pameran (12.14 persen), Incentive (11.61 persen), Entertainment (11.61 persen), Festival (9.82 persen), Konvensi (8.21 persen), Pelatihan (8,04 persen), Sport (5.36 persen), lain-lain (18,40 persen).
Mulkan Kamaludin, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat IVENDO menyatakan bahwa pada 2022, sudah banyak acara yang digelar secara luring, dan kemungkinan meningkat di tahun 2023. "Di 2020, 2021 memang banyak yang hybrid. Tapi yang offline ini sekarang di 2022 sudah banyak sekali, di banding tahun sebelumnya," ujarnya pada konferensi pers Kamis 2 Maret 2022.
Mulkan melanjutkan, pada 2022 ternyata event sudah bergerak di 31 provinsi. Walaupun memang kalau dari data, masih lebih banyak di Jawa dan Bali. Provinsi penyelenggara event terbanyak ialah DKI Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Bali, Jawa Timur khususnya Surabaya, dan Jawa Tengah khususnya Semarang.
Belum Balik Modal
Pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia pada tahun 2020-2021 mengakibatkan krisis ekonomi global yang juga mengguncang industri event. Hal ini membuat industri event menghadapi tantangan berat untuk kembali bangkit
“Pascapandemi, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh perusahaan penyelenggara event. Satu, permodalan. Dua tahun modal tergerus habis. Tabungan habis. Aset beberapa dijual. Begitu dapat kerjaan, bingung duitnya dari mana,” jelas Mulkan.
Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengatasi masalah itu ialah bekerja sama dengan sesama penyelenggara acara atau event organizer (EO). Mulkan berkata, “Banyak kegiatan event di masa restarting ini yang berkolaborasi. Ada EO yang dapat pekerjaan, ada beberapa hal yang dimasukkan ke EO-EO temen-temennya.”
Kolaborasi antar EO dinilai lebih aman untuk mengatasi tantangan permodalan. “Jadi memang keuntungannya lebih kecil tapi modalnya juga masing-masing lebih kecil. Risikonya juga lebih ringan,” ujar Mulkan kepada awak media.
Selain masalah permodalan, usaha membangkitkan kembali industri event juga terhalang masalah sumber daya manusia. Banyak pekerja industri event yang sudah beralih pekerjaan karena industri tersebut sempat mati saat pandemi. Alhasil, para EO harus mencari pekerja baru dan banyak melakukan pelatihan kembali.
Advertisement
Omzet Masih Terpuruk
Walaupun pada tahun 2022, industri event berangsur-angsur kembali membaik, namun Mulkan mengungkapkan bahwa omzet industri event masih jauh sekali dari sebelum pandemi melanda. Ketua DPP INVENDO tersebut berkata, “Nilai omzet kotor di 2022 Rp534 miliar. Artinya masih di bawah sebelum pandemi.”
Harry D. Nugraha, pendiri acara Indonesia Professional Organizer Summit menambahkan, “Normalnya tuh hampir Rp97 triliun sampai Rp121 triliun untuk event di Indonesia sebelum pandemi.” Ia mengacu pada angka omzet pada tahun 2018 hingga 2019.
Salah satu alasan omzet turun drastis ialah lantaran skala event di tahun 2022 lebih banyak didominasi acara yang kecil hingga menengah. "Jumlah kegiatan rata-rata 23.000 event di 2022. Jumlah eventnya memang banyak sekali,” ungkap Mulkan. “tapi event-event sekelas 10-15 juta aja,” lanjutnya.
Dengan kata lain, omzet pada tahun 2022 masih di bawah 25 persen dibanding omzet sebelum pandemi. Pelaku usaha berharap akan ada peningkatan omzet di tahun 2023.
Optimis Industri Event Indonesia Kembali Membaik
Dalam survei yang diadakan INVENDO kepada pelaku industri event Indonesia, terkuak bahwa banyak yang merasa optimis bahwa keadaan industri akan membaik pada tahun 2023. Data menunjukkan bahwa 64 persen pelaku industri melihat situasi bisnis pada tahun 2023 sebagai baik atau sangat baik. Pada tahun-tahun sebelumnya, pelaku industri lebih banyak merasa pesimis.
“Di tahun 2022 sudah lebih confidence, mengatakan tahun 2023 lebih baik. Sangat baik,” ujar Mulkan menjelaskan temuannya.
Berbagai pihak termasuk pemerintah dan Presiden Indonesia juga mendukung kembali membangkitnya industri event. Presiden Joko Widodo dalam acara Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) baru-baru ini menyatakan, "Tahun 2023 ini diperkirakan ada kurang lebih 3000-an event olahraga dan seni, ini bagus untuk ekonomi kita,"
Lebih lanjut, IVENDO ingin mengusulkan Hari Pekerja Event Nasional. "Rasanya ini waktu yang tepat untuk mengusulkan ke pemerintah adanya Hari Pekerja Event Nasional, sebagai upaya untuk mengglorifikasikan bangkitnya industri pariwisata melalui event-event yang berkualitas di seluruh nusantara,” ujar Mulkan Kamaludin.
Advertisement