Mengapa PT Timah Baru Gunakan Teknologi TSL Ausmelt saat Ini?

Fasilitas TSL Ausmelt ini PT Timah Tbk berada di Unit metalurgi Muntok Bangka Barat Provinsi Bangka Belitung. Proyek ini adalah kelima di dunia yang menggunakan teknologi ausmelt.

oleh Arthur Gideon diperbarui 05 Mar 2023, 19:00 WIB
Ruang operasi peleburan timah dengan menggunakan teknologi teknologi Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace (TSL Ausmelt) di Unit Metalurgi Muntok PT Timah Tbk, Bangka Barat Pulau Bangka.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi dijadwalkan meresmikan fasilitas baru pengolahan hasil tambang atau smelter PT Timah Tbk (TINS) pada bulan ini. Fasilitas smelter yang baru tersebut  adalah Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace (TSL Ausmelt).

Direktur Pengembangan Usaha TINS Alwin Albar menjelaskan, fasilitas TSL Ausmelt ini berada di  Unit metalurgi Muntok Bangka Barat Provinsi Bangka Belitung. Proyek ini adalah kelima di dunia yang menggunakan teknologi ausmelt.

Empat smelter lain yang sudah menggunakan teknologi ini adalah Minsur Peru pada 2000. Disusul kemudian pada 2012 di China yaitu oleh Yunnan Tin dan China Tin. Selanjutnya adalah Vinto Bolivia pada 2014.

Alwin menjelaskan, kehadiran proyek ini dibutuhkan untuk mengatasi tantangan eksplorasi yang kini dihadapi oleh PT Timah. Selama ini proses pertambangan yang dijalankan PT Timah masih merupakan tambang aluvial dimana proses pengolahannya dapat dilakukan dengan tanur pelebur yang dimiliki saat ini.

Namun, sejak penghujung 2022 lalu TINS mulai mendapati banyaknya tambang primer berbentuk batuan yang membutuhkan proses peleburan yang berbeda.

"Hari ini resources kita posisinya 23 persen sudah dalam bentuk batuan di 900 ribu ton, hampir 1 juta ton," kata Alwin dikutip pada Minggu (5/3/2023).

Dengan kebutuhan eksplorasi pada tambang primer ini maka kehadiran fasilitas TSL Ausmelt sangat dibutuhkan.

Proyek dengan nilai investasi setara Rp 1,2 triliun ini berkapasitas 40 ribu ton. Kehadiran proyek ini bahkan diklaim menciptakan efisiensi biaya pengolahan hingga 25 persen.

Kapasitas Produksi

Direktur Operasi TINS Purwoko menambahkan, fasilitas TSL Ausmelt mendorong perusahaan untuk meningkatkan produksi secara bertahap guna memenuhi kebutuhan kapasitas yang ada.

"Dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) kira-kira sampai tiga tahun ke depan mesti mencapai 40 ribu ton," jelas Purwoko.

Untuk tahapan tahun pertama, utilisasi proyek ausmelt ditargetkan sebesar 55 persen kemudian pada tahun kedua mencapai 65 persen dan meningkat lagi ditahun keiga.

"Kita masih punya tiga tahun untuk kejar itu," tegas Purwoko.


Diresmikan Jokowi Bulan Depan, Smelter Baru PT Timah Siap Tancap Gas Produksi 40 Ribu Ton

Unit Metalurgi Muntok PT Timah Tbk Bangka Barat Pulau Bangka.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi rencananya akan meresmikan fasilitas pengolahan hasil tambang atau smelter PT Timah Tbk yang terletak di Unit metalurgi Muntok Bangka Barat Provinsi Bangka Belitung pada Maret nanti. Smelter yang akan diresmikan ini merupakan smelter baru dan teknologi pertama yang digunakan di Asia Tenggara.

Wakil Kepala Unit Metalurgi Muntok PT Timah Tbk Kopdi Saragih menjelaskan, smelter yang sudah selesai dibangun ini menggunakan teknologi Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace (TSL Ausmelt).

Teknologi ini sudah digunakan oleh lima smelter timah lain di dunia. Namun untuk di Asia Tenggara, PT Timah merupakan perusahaan pertama yang mengggunakannya.

Empat smelter lain yang sudah menggunakan teknologi ini adalah Minsur Peru pada 2000. Disusul kemudian pada 2012 di China yaitu oleh Yunnan Tin dan China Tin. Selanjutnya adalah Vinto Bolivia pada 2014.

"Ini adalah pabrik modern pertama di Asia Tenggara untuk peleburan timah konsentrat low grade. Menariknya, bahan bakar untuk peleburan ini bisa menggunakan batu bara yang ada banyak di Indonesia," jelas Kopdi Saragih.


Efisiensi

Ia pun kemudian menggambarkan efisiensi yang bisa didapat dengan peleburan timah menggunakan TSL Ausmelt ini jika dibandingkan dengan peleburan dengan tanur yang lama atau konvensional.

Untuk tanur lama dibutuhkan bijih timah dengan kadar 70 persen sedangkan untuk TSL Ausmelt ini bisa menggunakan bijih timah dengan kadar 40 persen. Untuk tanur lama yang saat ini jumlahnya mencapai 6 buah memiliki kapasitas 28 ribu ton per tahun sedangkan dengan TSL Ausmelt ini hanya dengan 1 unit memiliki kapasitas hingga 40 ribu ton per tahun.

Selain itu, jika di tanur lama semua dikerjalan manual maka dengan TSL Ausmelt ini semua otomatis dengan sistem kontrol. Tentu saja, dengan sistem otomatis ini maka bisa mengurangi Sumber Daya Manusia (SDM).

Infografis Dampak Larangan Ekspor CPO dan Produk Turunannya. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya