Menemukan Ayam Mati di Tengah Kemunculan Flu Burung H5N1, Kita Harus Gimana?

Ada sederet hal yang bisa dilakukan saat ada unggas mati di tengah gempuran Flu Burung H5N1

oleh Diviya Agatha diperbarui 06 Mar 2023, 06:00 WIB
Anak ayam terlihat di sebuah peternakan unggas selama pemeriksaan yang dilakukan oleh pegawai pemerintah untuk memeriksa tanda-tanda infeksi flu burung di Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Kamis (2/3/2023). Dinas Peternakan Provinsi Aceh melakukan disinfektan, pemeriksaan kesehatan, dan monitoring ke sejumlah usaha peternak unggas dalam upaya pencegahan flu burung. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Menemukan ada unggas yang mati di tengah munculnya kasus flu burung H5N1 mungkin membuat Anda khawatir. Namun, penting untuk lebih tahu apa yang perlu dilakukan dan dihindari dalam menyikapi hal ini.

Eks Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan bahwa masyarakat tidak perlu langsung panik jika menemukan ada unggas yang mati.

Mengingat belum tentu kematian unggas di lingkungan sekitar itu disebabkan oleh flu burung H5N1. Sehingga, baiknya penyebab itu dicari tahu lebih dulu.

"Kalau ada ayam yang mati di satu tempat, turunlah bersama-sama petugas kesehatan hewan dan petugas puskesmas," ujar Tjandra dalam webinar Kewaspadaan Penyakit Flu Burung H5N1 Bersama Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDIP) belum lama ini

"Jadi kalau ada ayam mati, belum tentu itu karena flu burung. Turunlah dulu bersama-sama (untuk mencari tahu)," tambahnya.

Perhatikan Ini Jika Menemukan Ayam Mati atau Unggas Lainnya

Tjandra menambahkan bahwa saat menemukan ada unggas yang mati tiba-tiba, hindari untuk menyentuhnya atau menguburnya. Lebih baik untuk menghubungi langsung saja dinas kesehatan hewan untuk menganalisa.

Sedangkan jika memang ada seseorang yang dicurigai mengalami flu burung, Tjandra menyarankan untuk mencari tahu itu bersama petugas puskesmas apakah memang ada keterkaitan penularan dari unggas.

"Kalau ada orang yang sakit dicurigai flu burung, mudah-mudahan jangan ada, turunlah petugas puskesmas dan kesehatan hewan untuk melihat apakah ada kemungkinan penularan dari unggas. Itu yang kita lakukan," kata Tjandra.


Pencegahan yang Utama, Tak Perlu Panik

Seorang pegawai pemerintah memeriksa anak ayam untuk mencari tanda-tanda infeksi flu burung di sebuah peternakan unggas di Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Kamis (2/3/2023). Dinas Peternakan Provinsi Aceh melakukan disinfektan, pemeriksaan kesehatan, dan monitoring ke sejumlah usaha peternak unggas dalam upaya pencegahan flu burung. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Dalam kesempatan yang sama, Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI), Dr dr Erlina Burhan, MSc, SpP(K) menjelaskan bahwa untuk kondisi saat ini, pencegahan masih jadi hal utama yang bisa dilakukan.

"Jangan sampai salah pengertian dan juga jangan membuat panik, karena sekarang dengan media sosial ini, saya sudah mulai baca 'Hati-hati ya nanti akan diumumkan pandemi flu burung', itu jangan percaya," ujar Erlina.

"Kita sebetulnya tidak akan sampai di sana (pandemi flu burung). Tapi kita wajib memberitahukan tentang masalah ini sudah ditemukan di hewan, jangan sampai ke manusia," dia menambahkan.

Dilanjutkan Tjandra Yoga, memang untuk kondisi seperti saat ini, ada kelompok yang dianggap berisiko tinggi. Kelompok itu tentunya orang-orang yang harus kontak langsung dengan unggas.

"Risiko lebih tinggi tentu yang kontak langsung dengan unggas itu. Sejauh ini memang berbagai jenis unggas. Utamanya ayam dan bebek," ujar Tjandra.


Bagi Kelompok yang Kontak Erat atau Berisiko Tinggi

Seorang pegawai pemerintah memeriksa anak ayam untuk mencari tanda-tanda infeksi flu burung di sebuah peternakan unggas di Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Kamis (2/3/2023). Dinas Peternakan Provinsi Aceh melakukan disinfektan, pemeriksaan kesehatan, dan monitoring ke sejumlah usaha peternak unggas dalam upaya pencegahan flu burung. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Erlina mengungkapkan bahwa pada kelompok yang masuk kategori berisiko tinggi seperti harus kontak dengan unggas, penting untuk melakukan perlindungan dengan cara sederhana.

Seperti tetap menggunakan masker dan sarung tangan. Erlina menambahkan, penting pula untuk tidak lupa mencuci tangan terutama saat hendak menyentuh bagian wajah atau mata.

"Orang yang memang pekerjaannya harus kontak dengan unggas, pakai masker. Pakai sarung tangan, dan kemudian kalau tidak sengaja berkontak, cuci tangan pakai disinfektan dan jangan menyentuh wajah atau gosok mata sebelum tangannya di cuci," ujar Erlina.

"Itulah yang harus dilakukan, dan kalau orang-orang yang tidak harus kontak dengan unggas, jangan iseng-iseng saja kontak sama unggas," tambahnya.


Bagi Masyarakat yang Memelihara Ayam atau Unggas Lain

Virus Flu Burung (Foto: Fox News)

Serta, Erlina turut mengingatkan bahwa bagi siapapun yang memang memelihara ayam atau jenis unggas lainnya seperti bebek dan burung di halaman rumah, jangan lupa untuk tetap menggunakan masker.

"Masyarakat yang memang punya burung atau ayam di belakang rumah, kalau mau kasih makan, pakai masker. Pakai sarung tangan," kata Erlina.

Saat membersihkan kandang atau kontak dengan unggas pun, sebaiknya gunakan sarung tangan. Termasuk saat proses mengolah unggas.

"Pakai sarung tangan jangan lupa. Ini termasuk pada saat mengolah unggas. Jadi, ibu-ibu yang mengolah unggas untuk dimakan, pakai sarung tangan ya," kata Erlina.

Infografis PeduliLindungi Jadi Satu Sehat Mobile per 1 Maret 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya