Liputan6.com, Yogyakarta - Tradisi ruwahan merupakan salah satu tradisi jelang Ramadan yang masih dilestarikan sebagian masyarakat Jawa. Tradisi ruwahan biasa dilakukan pada bulan Syaban dalam kalender Hijriya.
Tradisi ini juga berkembang di berbagai wilayah di Indonesia, salah satunya Yogyakarta. Dikutip dari buku berjudul "Kuliner Yogyakarta Pantas Dikenang Sepanjang Masa" (2017) oleh Murdijati Gardjito dkk, kue apem menjadi salah satu bagian penting dari tradisi ruwahan ala Masyarakat Yogyakarta.
Apem adalah jajan atau kue tradisional berbahan dasar tepung beras, santan, tape singkong, gula pasir, gula jawa dan garam. Apabila dimasak secara tradisional, adonan kue apem tersebut akan dimasak di atas wajan dengan tungku berupa anglo berbahan bakar kayu bakar hingga matang.
Baca Juga
Advertisement
Kue apem merupakan makanan sederhana yang sudah ada sejak zaman dahulu. Bahkan kue apem lekat dengan berbagai budaya masyarakat Jawa, termasuk dalam pelaksanaan beberapa tradisi termasuk Ruwahan.
Kue apem pada zaman dahulu juga kerap digunakan sebagai sesaji. Apem memiliki nilai filosofis yang mendalam, yakni nilai-nilai pengharapan, kebersamaan, dan kesederhanaan.
Sementara itu dalam tradisi ruwahan, apem memiliki simbol yang tak kalah penting. Pasalnya, penamaan tradisi ruwahan tak lepas dari makna filofofis dari kue apem.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Mohon Ampunan
Makna tradisi ruwahan untuk memohon ampunan dari Tuhan Yang Maha Kuasa selaras dengan arti nama kue apem. Kue apem merujuk pada kata ‘afuan, afwan, affan, atau afuwwun’ yang dalam bahasa Arab yang berarti maaf atau pengampunan.
Lata "afwan" kemudian diserap menjadi "apem" oleh masyarakat Jawa. Kemudian, kue apem ini lah dipandang sebagai salah satu simbol permohonan ampun atas berbagai kesalahan.
Kue apem dimaknai sebagai harapan agar manusia selalu bisa memberi maaf atau memaafkan kesalahan orang lain. Selain itu, apem juga dimaknai sebagai pertobatan manusia yang memohon ampun kepada Thuan Yang Maha Kuasa.
Sementara itu, asal-usul kue apem terbagi menjadi 3 sumber. Sumber pertama menyakinin kue apem diadabtasi dari kue Khamir asal Arab. Sementara dikutip dari laman Kemendikbud.go.id, kue apem disebut juga berasal dari India yang bernama Appam. Ada pula yang menyebut bahwa masuknya kue apem ke budaya Jawa dibawa oleh Ki Ageng Gribik.
Ia merupakan keturunan Prabu Brawijaya dan salah satu murid Sunan Kalijaga yang baru pulang dari ibadah haji.
Advertisement