Liputan6.com, Jakarta - Menjelang puasa 2023, harga kebutuhan pokok mulai berangsur naik. Namun, harga minyak goreng saat ini dapat dikatakan masih stabil atau belum mengalami perubahan drastis dari sebelumnya.
Berdasarkan hasil pantauan, harga minyak goreng curah di daerah Jakarta dan sekitarnya saat ini berada di kisaran Rp 14.000 hingga Rp 16.000 per kilogram (kg). Belum ada kenaikan yang signifikan dari harga minyak goreng curah ini.
Advertisement
Mengutip Info Pangan Jakarta pada Senin (6/3/2023), harga minyak goreng curah di Jakarta Selatan stabil di Rp 16.000.
Sedangkan di daerah Jakarta lainnya justru mengalami sedikit penurunan harga. Seperti harga minyak di Jakarta Barat menjadi Rp 15.200, Jakarta Pusat Rp 15.667, Jakarta Timur Rp 15.773, dan Jakarta Utara Rp 16.000 setelah sebelumnya di Rp 16.333.
Rata-rata harga minyak goreng curah di daerah sekitar Jakarta adalah Rp 14.133 untuk provinsi Banten, kemudian Rp 14.484 di Jawa Barat. Harga minyak goreng di Bekasi menjadi yang paling tinggi dibandingkan daerah lainnya di Jawa Barat, yaitu Rp 15.500.
Di sisi lain, harga minyak goreng kemasan masih tergolong tinggi. Di minimarket, harga minyak goreng kemasan sekitar Rp 18.000 hingga Rp 25.000.
Berikut daftar harga minyak goreng kemasan di laman Klikindomaret dan Alfagift:
Indomaret
- Harumas Minyak Goreng Refill 1L Rp 18.300
- Camar Minyak Goreng Refill 1L Rp 18.300
- Tropical Minyak Goreng Refill 1L Rp 25.900
- Sovia Minyak Goreng Refill 1L Rp 16.700
- Delima Minyak Goreng Refill 1L Rp 15.200
- Amanda Minyak Goreng Refill 1L Rp 22.200
- Bimoli Minyak Goreng Special Refill 1L Rp 21.200
- Sania Minyak Goreng Refill 1L Rp 17.900
Alfagift
- Bimoli Minyak Goreng Pouch 1L Rp 20.300
- Tropical Minyak Goreng Pouch 1L Rp 20.300
- Camar Minyak Goreng Pouch 1L Rp 17.900
- Alfamart Minyak Goreng 1L Rp 15.400
- Sania Minyak Goreng Pouch 1L Rp 18.400
- Fitri Minyak Goreng PET 1L Rp 25.000.
Mendag: Program Minyakita Terlalu Sukses, Makanya Langka
Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan mengungkapkan program Minyakita sangat sukses. Hal itu terbukti, banyak masyarakat yang tertarik dengan Minyakita meskipun murah tapi berkualitas baik.
Padahal awalnya, Minyakita ditujukan untuk kalangan menengah bawah agar kebutuhan minyak goreng terpenuhi. Namun, seiring berjalannya waktu justru masyarakat yang lainnya juga beralih ke Minyakita.
"Minyakita terlalu sukses, sehingga semua orang carinya Minyakita, padahal untuk ibu ibu dipasar tradisional yang kemampuannya kurang. Nah sekarang (pengguna minyak) premium turun ganti minyakita 80 persen," kata Mendag kepada awak media usai membuka rapat kerja Kemendag, di Lampung, Rabu (1/3/2023).
Awalnya minyakita didesain untuk dijual di pasar tradisional. Tapi berkat meningkatnya permintaan, Minyakita membanjiri toko ritel, hingga marketplace. Kemudian, minyakita sempat sulit didapatkan, Pemerintah pun akhirnya melarang penjualan Minyakita melalui platform digital atau secara online.
Advertisement
Tak Boleh Dijual di Ritel
Tak hanya itu saja, kii Minyakita juga tidak boleh dijual di ritel modern, baik supermarket maupun mini market. Mendag menegaskan, Minyakita hanya boleh dijual di pasar tradisional.
Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga harga Minyakita tetap sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) yakni Rp14.000 per liter dan Rp15.500 per kilogram.
"(Dijual) online minyakita ya ga cukup minyaknya. Oleh karena itu, kita kembalikan ke pasar tradisional lagi, yang di marketplace kita takedown," ujarnya.
Meskipun belum genap 1 tahun, harga minyak goreng Minyakita yang semula dipatok Rp 14.000 per liter, kini sudah tembus di Rp 15.000-16.500 per liter di beberapa daerah atau mengalami kenaikan di atas HET.
Menanggapi hal tersebut, Mendag akan memberikan sanksi kepada penjual yang masih menjual di atas HET. "Sudah pasti, karena kalau lebih disita barangnya, jualnya lebih Rp 14.000 lapor saja nanti satgas ambil. Karena kita sudah tambah (pasokan) biasanya sebulan 300 ribu ton sekarang jadi 450 ribu ton (per bulan)," pungkas Mendag.